Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Gizi Buruk di Riau

STORY - KISAH Keluarga Kurang Mampu di Riau yang Anaknya Alami Gizi Buruk, Sang Ibu hanya Pasrah

Perawakan bocah berumur lima tahun ini seperti seorang anak berumur 2 tahun. Jauh berbeda dari umur sebenarnya. Perut si anak juga terlihat buncit

Penulis: Ikhwanul Rubby | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Ikhwanul Rubby
STORY - KISAH Keluarga Kurang Mampu di Riau yang Anaknya Alami Gizi Buruk, Sang Ibu hanya Pasrah 

STORY - KISAH Keluarga Kurang Mampu di Riau yang Anaknya Alami Gizi Buruk, Sang Ibu hanya Pasrah

TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Desa Ranah Singkuang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Desa ini menjadi salah satu desa yang disorot karena jadi salah satu desa lokus stunting di Kampar.

Di desa ini berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar ada 155 kasus stunting terdapat di desa tersebut.

Desa ini berjarak sekitar 50 menit perjalanan jalur darat dari Kota Pekanbaru.

Dari Jalan Lintas Pekanbaru - Bangkinang menuju desa tersebut perlu kehati-hatian lebih karena kondisi jalan yang rusak parah.

Tribun Pekanbaru sempat menyambangi desa tersebut, memasuki wilayah desa tersebut disambut jajaran rumah batu dan kayu.

Desa ini memiliki bentang kontur geografis berbukit.

Jalan utama desa ini berujung di Kantor Kepala Desa Ranah Singkuang.

Di desa ini Tribun Pekanbaru sempat bertemu salah satu anak yang divonis stunting oleh Posko Layanan Terpadu di desa tersebut.

Anak tersebut bernama Fakri, bulan Agustus ini anak dari ibu bernama Nurlaiza ini genap berumur 5 tahun dan akan segera masuk sekolah.

Perawakan bocah berumur lima tahun ini seperti seorang anak berumur 2 tahun.

Jauh berbeda dari umur sebenarnya.

Perut si anak juga terlihat buncit.

Sambil malu-malu Fakri menyalami kami saat berkunjung ke rumah orang tuanya yang terbuat dari papan dan berlantaikan semen.

Ibu dari Fakri, Nurlaiza saat ini baru berumur 24 tahun namun sudah memiliki 3 anak, salah satu anaknya sudah sekolah tingkat sekolah dasar, dua lagi termasuk Fakri masih belum sekolah.

Dua saudara Fakri tumbuh normal seperti anak kebiasaan, berbeda dengannya.

Warga sekitar ada yang menyebut Fakri seperti Ucok Baba.

Nurlaiza mengaku sampai anaknya umur 6 bulan tidak tau ada permasalahan tumbuh kembang dialami anaknya.

Seperti anak biasanya, Fakri di masa kecil kuat menyusu badan, dikasi susu formula anaknya tersebut menolak.

Iya mengaku baru curiga saat anaknya umur 6 bulan tumbuh kembangnya terlihat berbeda dari anak lain yang seumuran.

Terlebih kekhawatirannya bertambah saat melihat anaknya yang sudah berumur lebih 6 bulan belum bisa berjalan.

Dirinya sempat pergi ke Posyandu dan pihak tersebut tidak memberi penjelasan bahwa anaknya mengalami stunting.

"Ada pergi ke Posyandu atau Pustu di kampung tapi orang itu bilang anaknya bisa tumbuh macam Ucok Baba aja, tiada penjelasan kalau anaknya terkena masalah stunting," katanya.

Nurlaiza mengaku baru tau ketika dilakukan pendataan pihak pemerintah anaknya divonis mengidap stunting.

Dijelaskan sehari-hari keluarganya ini bergantung pada pencarian nafkah yang dilakukan suami.

Ayah Fakri ini sehari-hari bekerja serabutan sebagai penderes getah karet di kebun milik orang.

Ketika harga getah karet yang murah, mata pencariannya juga hilang dan terpaksa beralih profesi jadi tukang atau apapun kerja yang bisa menghasilkan pundi rupiah.

Kondisi ini membuat pencarian si suami cuma cukup untuk memberi makan seadanya bagi keluarga.

"Karena stunting tersebut anaknya sempat mendapat bantuan dari pihak desa berupa sejumlah makanan bergizi selama 90 hari," ungkapnya.

Selain itu keluarganya juga telah menerima bantuan MCK dari pihak desa.

Nurlaiza mengaku saat ini masih bimbang dan khawatir dengan tumbuh kembang anaknya.

Ia khawatir tidak bisa menyekolahkan anaknya dengan kondisi ekonomi keluarganya seperti ini.

Dirinya juga khawatir anaknya di cemooh oleh teman seumurannya karena tumbuh pendek.

Selain itu Nurlaiza juga khawatir anaknya dimasa depan sulit mendapat pekerjaan dengan kondisi tubuhnya seperti itu.

Ia berharap pemerintah bisa sedikit meringankan keluarganya dan memberi harapan bagi Fakri bisa mengenyam pendidikan tinggi.

"Kami memohon sekali ada perhatian pemerintah membiayai pendidikan Fakri sampai kuliah sehingga anaknya bisa mendapatkan kerja layak dan tidak dicemooh orang," ungkapnya sambil terisak.

Kepala Desa Ranah Singkuang, Kamarudin mengaku benar ada kasus Stunting di desa yang di pimpinnya.

Namun dirinya menampik jumlah anak yang terkena stunting sebanyak 155 anak.

"Itu tidak benar. Kita sudah mendata seluruh warga, hanya ada 2 anak balita saja yang mengalami stunting di kampung kami," katanya.

Kamarudin menuturkan pendataan stunting dilakukan 2018 lalu saat pemerintah kabupaten mulai memperhatikan permasalahan stunting.

Ia mengaku penanganan masalah stunting dilakukan bersama tenaga kesehatan dan memanfaatkan anggaran dana desa.

"Hanya dua balita saja kita tangani untuk masalah stunting," katanya.

Namun demikian Kamarudin meminta waktu untuk mendata ulang terkait kasus stunting di desanya.

Keluarga Kurang Mampu dan Gizi Buruk di Riau - Tribunpekanbaru.com / Ikhwanul Rubby.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved