Salurkan Listrik 700 KW, Menristek Resmikan PLTBg Kerja Sama BPPT-PTPN V di Kampar Riau

Menristek meresmikan pemanfaatan listrik produksi pembangkit listrik bertenaga biogas dari limbah pabrik kelapa sawit di Kampar.

Penulis: Rino Syahril | Editor: ihsan
tribun pekanbaru
Menristek Prof Bambang PS Brodjonegoro Ph.D didampingi Direktur Utama PTPN V Jatmiko K Santosa, Kepala BPPT Dr Ir Hammam Riza, meresmikan pemanfaatan listrik produksi pembangkit listrik bertenaga biogas dari limbah pabrik kelapa sawit di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof Bambang PS Brodjonegoro Ph.D meresmikan pemanfaatan listrik produksi pembangkit listrik bertenaga biogas dari limbah pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME) di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.

Pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) yang dibangun oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V sejak tahun 2017, berhasil menyalurkan 700 KW listrik yang diproduksi biogas untuk mendukung operasional Pabrik Palm Kernel Oil Tandun. Pembangkit itu diresmikan Jumat (6/3).

Menurut Direktur Utama PTPN V Jatmiko K Santosa meskipun produktivitas relatif tinggi tapi perusahaan menghadapi masalah klasik yakni biaya produksi yang tinggi.

"Maka kami menggunakan inovasi teknologi untuk meningkatkan operating excellent dan memanfaatkan nilai ekonomi dari sawit, diantaranya limbah yang masih memiliki manfaat ekonomi” ujar Jatmiko kepada Wartawan, Sabtu (7/3/2020).

Dengan memanfaatkan limbah untuk menghasilkan listrik, maka kata Jatmiko, PTPN V dapat menekan biaya produksi sehingga mampu membeli tandan buah sawit petani plasma dengan harga lebih baik.

"Kemudian biogas juga dapat menekan dampak emisi gas rumah kaca dan mendukung penerapan perkebunan yang lestari," ucapnya.

Jatmiko juga menyampaikan, penggunaan listrik dari gas metan limbah cair kelapa sawit membuat PTPN V mampu menghemat hingga Rp 6 miliar per tahun dari satu pembangkit berkapasitas 700 KW.

"Efisiensi biaya operasional bisa Rp6 miliar. Bayangkan kalau seluruh pabrik kelapa sawit kita pakai ini," ungkap Jatmiko.

Dalam hal ini kata Jatmiko lagi, BPPT punya riset, kajian, SDM, teknologi, dan peralatannya, sedangkan PTPN V memiliki potensi limbah sawit yang sangat besar, yang berasal dari hasil olah pabrik kelapa sawit berkapasitas 575 ton tandan buah sawit per jam.

"Untuk Itu kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah yang melalui BPPT telah memberikan dukungan secara langsung bagi proses produksi PTPN Group khusunya PTPN V," ujar Jatmiko.

Sementara itu Menteri Riset dan Teknologi Prof Bambang P.S Brodjonegoro Ph.D menyebutkan ketersediaan listrik secara mandiri oleh PTPN V selaras dengan konsep circular ekonomi.

"PTPN V dapat menekan biaya produksi, sementara limbah dapat diatasi sehingga daya beli tandan buah segar juga meningkat. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat juga atau tumbuh positif dan berbanding lurus dengan daya beli," ujar Menteri.

Hal paling digaris bawahi adalah aplikasi circular ekonomi atau ekonomi yang tidak ada ujungnya.

"Karena yang kita pelajari selama ini yang konvensional akan berujung pada sesuatu yaitu limbah," ucapnya.

Sinergi antara BPPT dan PTPN V ini sangat diapresiasi oleh Bambang Brodjonegoro, BPPT yang telah melakukan aplikasi bentuk inovasi teknologi langsung dalam sebuah proses produksi, serta tidak hanya memberikan nilai tambah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved