Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Riau Siaga Darurat Virus Corona

Nasi Sagu Rempah dari Riau Dipercaya Bisa Menangkal Virus Corona, Hadir di Festival Sagu Nasional

Sagu sebagai salah satu alternatif makanan pokok selain nasi, ternyata bisa diolah menjadi berbagai jenis varian makanan yang nikmat dan juga sehat

Penulis: Rizky Armanda | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Rizky Armanda
Nasi Sagu Rempah dari Riau Dipercaya Bisa Menangkal Virus Corona, Hadir di Festival Sagu Nasional 

"Kita sudah punya teknologi, bantuan dari BBPT untuk mengolah pati sagu menjadi beras. Sekarang masalahnya bagaimana mengolah beras sagu tersebut. Harus punya teknik. Sagu ini seperti tanah liat, kebanyakan air dia larut, kurang air dia bisa pecah," jelasnya.

Dr. Nining memaparkan, kandungan dalam sagu juga sangat menyehatkan.

Sagu memiliki kadar gluten dan glukosa yang rendah, namun tinggi serat.

Kini, diterangkan Nining, beras sagu telah dipasarkan.

Terutama di daerah Jakarta dan sekitarnya.

Untuk satu kilogram beras sagu dipasarkan Rp50 ribu. 

Dia menyatakan, beras sagu sangat baik dijadikan pengganti beras padi.

Untuk itu, dia berkomitmen untuk terus berupaya mendorong sagu sebagai bahan makanan utama dan diterima masyarakat Indonesia dengan baik. 

Sementara itu, Deputi IV Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut (BRG) Haris Gunawan mengungkapkan, Festival Sagu menjadi salah satu kegiatan penting untuk menunjukkan jika ekosistem gambut, sebenarnya bisa memberikan keuntungan ekonomi yang lebih bagi masyarakat.

Salah satunya potensi sagu di lahan gambut.

Selain itu tak kalah penting, adalah bagaimana agar gambut juga terus terpelihara dan jauh dari kata kebakaran.

Terkait dengan inovasi yang dilakukan Dr. Nining disebutkan Haris, juga bisa menjadi contoh dalam pengembangan bisnis sagu.

"Kita juga tidak berhenti bagaimana proses hulu hingga ke hilirnya, bisa berjalan dengan baik. Untuk di hulu, bagaimana sekitar 36 ribu (hektare) kebun sagu di kesatuan hidrologis gambut (KHG) di Meranti terus terjaga, tidak ada lagi kebakaran, dipantau optimal. Bagaimana produktifitas," urainya.

"Untuk di hilirnya, kita juga berupaya untuk berinovasi. Produk sagunya bisa variatif dan beragam. Bisa familiar dengan lidah kita. Ini yang perlu kita kerjasamakan dengan mitra kita, khususnya peneliti dan inovator. Sehingga masyarakat bisa dapat manfaat dan keuntungannya secara ekonomi," imbuhnya lagi.

Haris menyebutkan, sagu tak ubahnya bak intan mutiara di Kabupaten Kepulauan Meranti. Untuk itu pengelolaannya mesti diperhatikan.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved