Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Soal Rontoknya Stafsus Presiden Jokowi,Pakar Sebut Milenial Buat Pamer, Ali Ngabalin Juga Disinggung

Mundurnya 2 orang Staf Khusus presiden Jokowi, memunculkan berbagai pertanyaan dan tanggapan dari berbagai pihak, terkecuali pakar yang kompeten.

Tribunnews/HO/Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris
Presiden Joko Widodo mengenalkan tujuh orang sebagai Staf Khusus Presiden untuk membantunya dalam pemerintahan pada sebuah acara perkenalan yang berlangsung dengan santai di veranda Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2019) sore. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Mundurnya 2 orang Staf Khusus presiden Jokowi, memunculkan berbagai pertanyaan dan tanggapan dari berbagai pihak, terkecuali pakar yang kompeten.

Pakar Tata Hukum Negara, Refly Harun mengaku bingung mengapa Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkat tujuh Staf Khusus (Stafsus) Milenial pada masa jabatan 2019-2024.

Hal itu diungkapkan melalui channel YouTube Refly Harun pada Jumat (24/4/2020).

Pada kesempatan itu Refly Harun sempat menyinggung posisi Tenaga Ahli Staf Kantor Presiden, Ali Mochtar Ngabalin.

Mulanya, Refly menyinggung dua dari tujuh Stafsus Milenial telah mengundurkan diri dari jabatannya, yakni Belva Devara dan Andy Taufan Garuda Putra.

"Sudah dua yang rontok. Pertama adalah Mas Belva Devara, yang kedua Andy Taufan Garuda Putra. Masih ada lima lagi."

"Pertanyaanya bukan rontok satu demi satu, dari awal saya termasuk orang yang mempertanyakkan buat apa sih fungsi staf khusus itu sebenarnya?" ujar Refly.

Ia menduga bahwa Jokowi mengangkat tujuh anak muda beprestasi, untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa di Indonesia juga memiliki generasi yang membanggakan.

"Ada kesan bahwa Pemerintahan Jokowi atau Presiden Jokowi sendiri ingin memamerkan tujuh anak muda yang dianggap berprestasi, hebat secara akademik, lulusan Hardvard, berhasil dalam bisnisnya, pantas diganjar dengan jabatan tinggi staf khusus presiden," lanjutnya.

Sehingga, Refly turut mempertanyakan pejabat-pejabat yang sering muncul di depan publik, Ali Mochtar Ngabalin.

"Bayangkan atau bandingkan atau misalnya juru bicara juru bicara yang sering berada di luar, bicara seperti Ali Mochtar Ngabalin misalnya."

"Jabatannya secara struktural tidak tinggi karena dia hanyalah tenaga ahli kedeputian," ungkap Refly.

Pakar Tata Hukum Negara lulusan Universitas Notre Dame, Amerika Serikat ini juga mengaku bekum tahu tingkat jabatan Ali Mochtar Ngabalin.

"Jadi kalau pakai struktural, kalau yang namanya staf khusus presiden eselon I A, kemudian staf khusus menteri, atau staf khusus kepala KSP misalnya itu eselon I B."

"Rekan saya Ali Mochtar Ngabalin enggak tahu eselon berapa di dalam struktur lingkar Istana tersebut," katanya.

Ali Ngabalin saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia TV One pada Sabtu (29/2/2020).
Ali Ngabalin saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia TV One pada Sabtu (29/2/2020). (Capture YouTube Talk Show Tv One)
Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved