Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Belum Usai, Australia Ngotot Usulkan Penyelidikan Asal Usul Covid-19 Terhadap China

Australia dan China kini saling ngotot dan bersitegang terkait usulan penyelidikan asal usul Virus Corona, Covid-19.

Editor: Ilham Yafiz
NOEL CELIS / AFP
Staf medis yang mengenakan jas hazmat bekerja di dalam sebuah klinik pengujian asam nukleat di Beijing pada 29 April 2020. China sebagian besar telah mengendalikan virus korona sejak wabah pertama kali muncul di kota Wuhan akhir tahun lalu. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Australia dan China kini saling ngotot dan bersitegang terkait usulan penyelidikan asal usul Virus Corona, Covid-19.

Upaya Australia yang ingin mendorong penyelidikan asal-usul Covid-19 terus menimbulkan ketegangan dengan China.

Australia bahkan digambarkan sebagai "permen karet yang menempel di sepatu China".

Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne sebelumnya mendorong adanya penyelidikan menyeluruh atas asal-usul pandemi Covid-19, termasuk upaya awal penanganan yang dilakukan China di kota Wuhan.

Usulan ini mendapat dukungan bukan hanya dari kalangan pemerintah, seperti PM Scott Morrison dan Menteri Dalam Negeri Peter Dutton, tapi juga dari pihak oposisi.

Menanggapi permintaan Australia, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang menyebut usulan Australia sama sekali tidak berdasar.

"Keraguan mengenai transparansi China bukan hanya tak sesuai fakta, tapi juga tidak menghargai upaya dan pengorbanan luar biasa dari rakyat China," kata Geng Shuang.

Tak berhenti sampai di situ, Dubes China untuk Australia Cheng Jingye pada pekan lalu mengisyaratkan jika Australia terus mendorong penyelidikan ini, bisa saja konsumen di China berhenti membeli produk dan jasa Australia.

"Mungkin saja orang awam (di China) akan bilang, mengapa kita harus minum anggur Australia atau makan daging sapi Australia?" kata Cheng dalam wawancara dengan Australian Financial Review.

Pihak Australia yang menafsirkan pernyataan Dubes Cheng Jingye sebagai ancaman "tekanan ekonomi" menyatakan tidak akan mengubah kebijakannya.

Menteri Perdagangan, Simon Birmingham menyebutkan, Pemerintah Australia telah menghubungi Dubes China terkait permasalahan ini.

"Australia tidak akan mengubah posisi kebijakan kami pada masalah kesehatan masyarakat karena adanya tekanan atau ancaman tekanan ekonomi," kata Menteri Birmingham.

"Jelas rakyat Australia berharap pemerintahnya memastikan perlunya transparansi dan penyelidikan atas kematian ratusan ribu orang di seluruh dunia, untuk mencegah hal ini terjadi lagi," jelas Birmingham.

Ia menyatakan bahwa setiap perbedaan kebijakan Australia dan China, seharusnya tidak akan mengganggu hubungan perdagangan kedua negara.

"Ekonomi kita adalah pemasok penting bagi ekonomi China, begitu pula ekonomi China memasok barang, sumber daya alam, dan jasa bagi perekonomian Australia," ucap Menteri Birmingham.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved