Ditolak Warga Miskin di NTT, Sembako Bantuan Wabah Corona Jadi Rebutan ASN dan Orang Kaya di Riau
Seorang ibu asal Kabupaten Alor, NTT itu menolak bantuan sembako dari pemerintah pusat lantaran merasa bisa mencari makan sendiri.
Bertolak belakang di Riau. Bantuan sembako untuk warga miskin yang terdampak wabah Virus Corona malah menjadi rebutan bagi para ASN dan orang kaya di Riau.
Tak tanggung-tanggung, mereka yang turut rebutan bantuan untuk si miskin memiliki penghasilan Rp20 juta per bulan.
Keserakahan kalangan ASN dan orang kaya di Riau pun membuat geram Gubernur Riau Syamsuar.
Gubri mengaku sudah mendapatkan laporan terkait temuan tersebut dari bawahnya.
"Iya, kemarin mendapat cerita dari kepala Dinas Sosial Riau seperti itu, katanya ada orang kaya juga masuk data penerima bantuan," kata Syamsuar, Kamis (30/4/2020).
Namun sayang Gubri mengaku terlambat mendapat informasi tersebut.
Jika informasi tersebut cepat didapatkan Gubri mengaku tidak segan-segan untuk menempel rumah orang kaya tersebut dengan sticker bertuliskan pemilik rumah warga miskin.
"Harusnya kalau seperti itu cepat beritahu kami, biar kami tempel di rumahnya warga miskin. Cuma saya tidak dikasih tahu saat kejadian, kalau dikasih tahu saya dengan pak Edy Nasution (Wagubri) bergerak ke rumah orang-orang yang tak patut di masuk data penerima bantuan," katanya.
Bahkan ada juga penerima bantuan ini yang berprofesi sebagai pegawai dan dokter.
"Bergaji Rp 20 juta masuk data penerima, ada pegawai juga, dokter juga terdata, ini kan tak benar," ujarnya.
Dengan adanya temuan ini pihaknya meminta kepada seluruh dinas dan instasi terkait baik provinsi maupun kabupaten kota agar lebih teliti lagi dalam menetapkan penerima bantuan sosial.
Sebab jika salah memasukkan nama, bisa berakibat fatal.
Karena ada warga miskin yang menunggu bantuan tersebut ternyata tidak dapat dan justru bantuan diterima oleh masyarakat mampu yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa harus menunggu uluran tangan dari pemerintah.
"KPK juga sudah memberikan arahan kepada kami kemarin, bahwa yang berkenaan dengan pendataan ini, kalau salah datanya, maka penjara jodohnya. Makanya data penerima bantuan dampak Covid-19 harus tepat saran, orang yang patut menerima karena terdampak. Jadi tidak bisa semua orang menerima bantuan," katanya.
Terungkap saat didata ulang