Perang Dagang Terbuka, Donald Trump Marah Besar, Tegaskan Tak Ada Negosiasi Ulang dengan China
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump marah besar terhadap China dan menentang proses negosiasi ulang perdagangan.
Komentar itu datang hanya beberapa jam setelah pejabat perdagangan utama dari kedua negara berjanji untuk terus maju dengan mengimplementasikan perjanjian tersebut.
Tsunami kemarahan
Ketegangan AS dan China yang meningkat atas wabah virus corona telah membuat outlook kesepakatan perdagangan Fase 2 diragukan akan terjadi.
Pemerintahan Trump menegaskan ada bukti bahwa virus corona baru datang dari laboratorium Wuhan. China menolak mentah-mentah hal tersebut.
Pada hari Senin, ada sumber ketegangan baru yang muncul. Yakni dengan adanya laporan bahwa pemerintah AS berencana untuk mengeluarkan peringatan bahwa peretas komputer yang terikat dengan pemerintah China berusaha mencuri informasi dari para peneliti AS.
The Global Times mengatakan serangan jahat oleh Amerika Serikat telah memicu "tsunami kemarahan" di China setelah Tiongkok melakukan kompromi dalam pakta Tahap 1.
"Sebenarnya, mengakhiri kesepakatan dagang fase 1 adalah demi kepentingan China," demikian kata seorang penasihat perdagangan untuk pemerintah China kepada Global Times.
Dia mengutip melemahnya ekonomi AS dan pemilihan presiden AS mendatang. "AS sekarang tidak mampu memulai kembali perang dagang dengan China jika semuanya kembali ke titik awal."
Clete Willems, mantan penasihat perdagangan Gedung Putih yang mengambil peran aktif dalam negosiasi AS-China, mengatakan China telah menindaklanjuti sebagian besar ketentuan struktural dalam kesepakatan Fase 1, termasuk aturan baru untuk melindungi kekayaan intelektual.
"Saya tidak berpikir kita pada titik di mana kita harus menyerah pada kesepakatan. Sejauh ini, hasilnya positif," kata Willems, yang sekarang bekerja di firma hukum Akin Gump di Washington kepada Reuters.
( Tribunpekanbaru.com )
Artikel ini sebelumnya tayang di Kontan