Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

New Normal di Riau

New Normal Tunggu Petunjuk Pemerintah Pusat, PSBB di Bengkalis Tidak Diperpanjang, Herd Immunity?

Kita saat ini masih menunggu bagaimana mekanisme penerapannya dari pemerintah pusat. Mudah mudahan dalam pekan ini keluar dalam bentuk Inpres

Penulis: Muhammad Natsir | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Ilustrasi/Nolpitos Hendri
New Normal Tunggu Petunjuk Pemerintah Pusat, PSBB di Bengkalis Tidak Diperpanjang 

Berikut adalah penjelasan mengenai Herd Immunity dan dampaknya bagi masyarakat.

Penyakit yang disebabkan oleh virus bisa hilang saat lebih banyak masyarakat yang kebal dan individu beresiko terlindungi oleh masyarakat yang kebal, sehingga virus akan sulit untuk mendapatkan inang untuk hidup dan berkembang biak, situasi ini disebut Herd Immunity.

Kondisi ini menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect), yaitu membuat masyarakat lain turut terlindungi.

Jadi, apabila kelompok yang rentan seperti bayi dan balita terlindungi melalui imunisasi atau vaksin, maka penularan penyakit di masyarakat pun akan terkendali, tapi untuk virus corona vaksinnya belum ada.

Kelompok usia yang lebih dewasa pun ikut terlindungi karena transmisi penyakit menjadi rendah.

Kondisi tersebut hanya akan berhasil jika cakupan imunisasi dapat terlaksana secara merata di kalangan masyarakat, taoi sekali lagi vaksin untuk virus corona belum ada.

Sementara itu, dikutip dari nationalgeographic.com, strategi Herd Immunity ini sempat menjadi rencana medis untuk menekan korban Virus Corona.

Herd Immunity ini dianggap dapat membantu mengurangi menambah kekebalan imunitas pada populasi masyarakat.

Herd Immunity diharapkan membuat efek dari penyakit menular akibat virus dapat berkurang, seperti pada kasus penyakit campak.

Dikutip dari gavi.org, penyakit tersebut menginfeksi 18 orang dan 95% orang lainnya kebal terhadap penyakit ini karena memiliki Herd Immunity.

Penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa coronavirus memiliki tingkat infeksi yang lebih rendah daripada campak.

Begitu juga dengan virus Covid-19 ini, rata-rata setiap orang terinfeksi menularkan kepada dua atau tiga orang baru, dan akan menghasilkan Herd Immunity sebesar 60% kepada populasi dan akan menjadikan masyarakat kebal terhadap Covid-19.

Untuk mencapai kekebalan kelompok, mayoritas populasi harus sembuh dari infeksi patogen agar sel memori imun merekam ciri-ciri patogen penyebab penyakit.

Caranya bisa ditempuh dengan vaksinasi atau membiarkan tubuh mendapat paparan penyakit secara alami, namun untuk virus corona belum ada vaksinnya.

Ketika pandemik flu 1918 atau familiar disebut flu spanyol, dunia pernah dengan terpaksa menjalani langkah alami membentuk herd immunity.

Penyakit ini dipicu oleh infeksi virus influenza, terjadi dari Maret 1918 hingga Juni 1920.

Sekitar 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia terinfeksi virus ini.

CDC memperkirakan jumlah kematian mencapai 50 juta di seluruh dunia.

“Tak ada vaksin, upaya pengendalian terbatas pada isolasi, karantina, menjaga kebersihan, memakai disinfektan, dan pembatasan. Itu pun tidak merata,” tulis CDC.

Kekebalan kelompok dari infeksi alami berisiko menimbulkan sakit parah bahkan kematian.

American Heart Association bahkan mengatakan pemulihan infeksinya memakan waktu lama hingga hitungan bulan bahkan tahunan.

Bayangkan berapa banyak negara harus menanggung kerugian dengan menempuh cara ini.

“Penyebaran infeksi ke kelompok berisiko tinggi tak bisa dibatasi. Beberapa orang yang terinfeksi akan mengembangkan penyakit sangat parah, dan sebagian akan mati,” ungkap Paul Hunter, seorang profesor kedokteran dari Universitas East Anglia, Inggris.

Sebaliknya vaksin meminimalisir risiko tersebut karena patogen telah dilemahkan, diuji coba, dan terjamin aman.

Vaksinasi, penyebaran infeksi kepada kelompok berisiko bisa ditekan dengan memilih kelompok kuat untuk dijadikan populasi kebal.

Namun perlakuan ini nampaknya belum bisa diterapkan untuk kasus COVID-19 karena vaksinnya belum ditemukan.

New Normal - Tribunpekanbaru.com / Muhammad Natsir.

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved