Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

PM Kanada Justin Trudeau Berlutut di Halaman Gedung DPR, Beri Penghormatan Pada George Floyd

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berlutut dalam demonstrasi Black Lives Matter yang digelar di Kota Ottawa,Kanada Jumat (5/6/2020)

Penulis: aries | Editor: Rinal Maradjo
AFP
PM Kanada Justin Trudeau Berlutut dalam aksi Black Lives Matter di halaman Gedung Parlemen Kanada di Kota Ottawa, Jumat (6/6/2020) 

Gray berujar, kliennya itu sempat dua kali bertanya kepada Derek Chauvin yang notabene instruktur mereka. "Haruskah kita membalikannya?" tanyanya.

Lane takut jika Floyd mengalami delirium, yaitu demam atau keracunan yang ditandai dengan kegelisahan, ilusi, atau ketidaktepatan pikiran serta perkataan.

"Apa yang bisa klien saya lakukan selain menaati apa yang diperintahkan oleh instruktur," jelas Gray selama sidang berlangsung.

Beberapa video yang menyebar di media sosial memperlihatkan Chauvin menindih leher Floyd, dengan tiga lainnya berusaha mengendalikannya.

"Tolong, tolong, aku tak bisa bernapas," pinta Floyd dalam video. "Perutku sakit, leherku sakit. Tolong, aku tak bisa bernapas," lanjut dia.

Dalam laporan pidana, Lane dan Kueng yang pertama kali datang merespons laporan pegawai Cup Foods, toko kelontong yang didatangi Floyd.

Saat itu, si pegawai toko menduga korban menggunakan uang palsu senilai 20 dollar AS, atau sekitar Rp 282.077, untuk membeli barang.

Ketika Lane melihat Floyd masih berada di parkiran, dia segera mengacungkan pistol, mengeluarkannya dari mobil, dan memborgolnya.

Setelah itu, Floyd yang masih terborgol dijatuhkan ke aspal jalan, dengan Kueng memegangi punggung sementara Lane menekan kakinya.

Sementara Floyd terus mengerang dengan mengatakan "Mama", "aku tak bisa bernapas", dan "tolong" beberapa kali, Lane sempat bertanya apa dia perlu membalikannya.

"Tidak, biarkan saja dia seperti ini," jawab Chauvin. "Saya takut jika dia terkena delirium atau semacamnya," sergah Lane.

Berdasarkan otopsi dari kantor pemeriksa medis Hennepin County, Floyd tewas karena "tekanan kardiopulmoner karena leher yang ditekan".

Hasil pemeriksaan post-mortem memang menyebut Floyd adalah korban pembunuhan, namun meneknakan pria 46 tahun itu juga punya riwayat kesehatan serius.

Di antaranya adalah penyakit jantung serta tekanan darah tinggi, keracunan fentanyl, hingga mengonsumsi methamphetamine.

Tapi, hasil otopsi dari pihak keluarga mengeluarkan fakta berbeda, di mana Floyd tewas karena sesak napas yang disebabkan putusnya aliran darah ke otak.

( Tribunpekanbaru.com )

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved