Bukan Main! Anak-anak di Simalungun Berjalan 2 Km Kemudian Panjat Pohon Kelapa Demi Belajar Online
Parahnya, jangankan untuk internet, untuk menelpon dari ketiga dusun ini pun tidak mungkin terakses.
Parahnya, jangankan untuk internet, untuk menelpon dari ketiga dusun ini pun tidak mungkin terakses.
"Saat ini aja kita duduk di ketinggian 947 meter. Ada beberapa puncak gunung di sini yang menghalangi (sinyal internet)," ujar salah satu kepala desa termuda di Kabupaten Simalungun ini.
Hendra menambahkan, sebetulnya ada tower kecil internet di Balai Desa.
Namun, kapasitas kecepatan internet tidak akan memadai jika dipakai beramai-ramai.
"Kita punya tower kecil. Cuma kalau dibuat ramai ramai malah gak bisa dimanfaatkan di kita sendiri untuk kirim file atau dokumen. Dan, kalau kita bukan untuk masyarakat lainnya, justru nanti ada yang iri iri," terang Hendra.
Tanggapan DPRD Simalungun
Sementara itu, kondisi tersebut ternyata sudah sampai ke anggota DPRD Simalungun.
Salah satunya Anggota Komisi IV DPRD Simalungun, Bernhard Damanik.
Dirinya mengaku akan segera menggelar rapat dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun untuk mencari jalan keluarnya.
"Kita akui kawasan di Simalungun ini berbeda-beda. Oleh sebab itu, kita minta Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sesuai topografi kawasan," ujar Bernhard, Minggu (26/7/2020) kemarin.
Berikut ini unggahan Renni secara lengkap:
"KAMI BISA KAMI BERJUANG PANTANG MENYERAH.. Nun...jauh di sana.. Diapit gunung Simarsuppit dan gunung Simarsolpah...Kec.Raya berjarak lebih kurang 19 km dari Ibu kota Kabupaten Simalungun.
Ada sebuah desa kecil namanya Desa BAHPASUNSANG. Penduduk nya lebih kurang 100 KK.
Nah, Desa Bahpasunsang menjadi topik ceritaku ini. Aku bercerita BUKAN tentang keasrian desa itu.
Bukan tentang beningnya Bahkulistik dan Bahbolon di pinggiran desa itu.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/anak-anak-di-simalungun-panjat-pohon-kelapa-untuk-belajar-online.jpg)