Video Berita
VIDEO: Protokol Kesehatan jadi Senjata Pemasaran Hotel di Tengah Pandemi Covid-19
Berbagai kebijakan saat ini terus dikembangkan oleh hotel-hotel seluruh dunia saat pandemi virus corona. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan
TRIBUNPEKANBARU.com - Industri hotel dan restoran belum juga pulih dari hantaman pandemi covid-19. Kendati adaptasi normal baru telah digaungkan.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menegaskan, kondisi saat ini bukan normal namun menuju normal.
"Bagaimana kita mencegah penanggulangan Covid-19. Adaptasi normal baru tentu kita menggunakan standar protokol kesehatan, Kemenpar juga membuat Indonesia Care atau I Do Care," ujarnya dalam Zoom Meeting, Senin (31/8/2020).
Menurutnya, mau tidak mau pasar ingin yakin bahwa pemilik usaha harus konsisten, khususnya restoran sudah menerapkan protokol.
Protokol kesehatan menjadi satu kekhawatiran pasar, apakah tempat tersebut sudah cukup baik menerapkannya atau tidak.
"Protokol kesehatan bisa dijadikan strategi pemasaran, dengan publikasi. Sehingga opini publik terkait tempat usaha tersebut akan positif," tegasnya.
Terpisah Ketua PHRI Balikpapan Sahmal Ruhip menyebut, industri perhotelan belum mampu bangun. Sejak pandemi, tingkat hunian memang merangkak naik, namun sangat lambat.
Secara umum, okupansi perhotelan baru mencapai 20 persen. Angka ini cukup dianggap mendingan, dibanding selama Maret hingga Mei dimana angkanya bertahan dibawah 10 persen
"Sudah mengalami peningkatan, namun belum signifikan. Kita masih merangkak pelan-pelan. Ekonomi kan belum berjalan sebagai mana mestinya juga" pungkasnya.
Lakukan Perubahan Layanan dan Fasilitas di Massa Pandemi
Berbagai kebijakan saat ini terus dikembangkan oleh hotel-hotel seluruh dunia saat pandemi virus corona.
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pun beragam. Melihat kondisi ini, para tamu akan melihat perubahan besar saat mengunjungi hotel.
Untuk beberapa waktu ke depan, setidaknya hingga ditemukan vaksin dan tersedianya pengobatan efektif secara luas, hotel mengalami masalah tersendiri, terutama di hotel-hotel kelas atas di mana layanan dan fasilitas pribadi menjadi bagian dari keunggulannya.
Salah satunya, para tamu akan memilih check-in maupun check-out tanpa kunci dan kontak atau pun interaksi-interaksi personal lainnya.
Analisis ini diungkapkan oleh Profesor Bisnis di Cornell University's Hotel School, Ithaca, New York, Christopher Anderson.
"Akan ada lebih sedikit akses komunal di hotel-hotel," kata Anderson memprediksi sebagaimana dikutip CNN, 7 Mei 2020.
Jarak fisik dan kebersihan
Higienitas tentu menjadi perhatian utama pada layanan hotel saat ini. Banyak grup hotel besar yang juga telah menguraikan kebijakan-kebijakan baru.
Hotel Behemoth Hilton mengembangkan kebijakan dengan bantuan dari tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Mayo Clinic.
Hotel Marriott juga mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan penyemprot elektrostatik untuk membersihkan kamar tamu dan area umum.
Mereka juga tengah menguji teknologi cahaya ultraviolet. Langkah-langkah baru ini tentu memengaruhi biaya yang dikeluarkan.
"Mungkin biaya kebersihan akan menjadi biaya baru," kata Wakil Presiden Senior Firma STR Lodging Insights for Hospitality Analysis Jan Freitag.
Namun demikian, Freitag menyebut, menginap di hotel pada 2020 pasti jauh lebih murah daripada tahun lalu.
Tamu-tamu di hotel Marriott dapat menggunakan ponselnya untuk check-in, mengakses kamarnya dan memesan paket layanan kamar untuk dikirimkan ke pintu kamarnya tanpa kontak.
Masker dan sarung tangan pun akan dapat ditemukan dengan mudah di hotel-hotel, begitu pula dengan pembersih tangan dan tisu disinfektan.
Benda-benda tersebut akan menjadi tambahan baru di ruang-ruang publik maupun perlengkapan pribadi.
Menjaga keamanan tamu
Pemindaian suhu untuk tamu dan karyawan adalah salah satu cara untuk mendeteksi kemungkinan infeksi.
Akan tetapi, penerapan peraturan ini belum dapat dipastikan secara luas di hotel-hotel.
Sebab, tidak semua hotel memiliki langkah mitigasi maupun kemampuan sumber daya yang sama.
Namun demikian, penularan tanpa gejala berarti dibutuhkan penerapan jarak sosial atau fisik yang lebih ketat.
Manajer Umum di Hotel Four Seasons New York Rudy Tauscher merupakan salah satu orang yang bertanggung jawab dalam menjaga keamanan operasional hotel itu.
Ia mempertimbangkan berbagai hal yang akan berubah, kemungkinan modifikasi, hingga struktur biaya ataupun operasional.
Langkah social distancing atau jarak sosial, pengurangan kapasitas ruang publik, dan mendesain ulang restoran, bar, dan fasilitas fitness menjadi beberapa hal yang berubah.
Masa depan layanan dengan kontak tinggi
Banyak ruang publik dan fasilitas hotel yang membutuhkan perbaikan selama "era" pandemi virus corona.
Misalnya, layanan kamar mungkin akan tetap dilaksanakan sebagia kontrol atas benda-benda yang banyak disentuh di dalam ruangan.
Namun, kemungkinan layanan prasmanan akan ditiadakan. "Saya pikir kesadaran kita akan penularan sekarang akan meningkat.
Jadi, meskipun mungkin aman dan tidak lagi ada ketakutan pandemi, secara psikologis, hal tersebut menjadi tidak menarik lagi," kata Anderson.
Selain itu, area publik dengan intensitas kontak yang tinggi seperti spa dan kebugaran juga menjadi lokasi yang berisiko untuk menjadi tempat penularan.
Oleh karena itu, lebih banyak benda yang perlu dibersihkan di tempat-tempat tersebut.
Meski begitu, sejumlah hotel masih terus berupaya untuk mempertahankan layanan-layanan tersebut.
Hotel-hotel di seluruh dunia akan bekerja keras untuk meyakinkan tamu atas keamanan pada layanan dan fasilitas yang mereka sediakan.
Namun, hanya waktu yang dapat menjawab seberapa cepat kepercayaan tersebut dapat kembali.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejumlah Perubahan Layanan dan Fasilitas Hotel Setelah Pandemi Corona", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/10/112300065/sejumlah-perubahan-layanan-dan-fasilitas-hotel-setelah-pandemi-corona