Presiden Erdogan Sempat Mengancam, Nyatanya Turki Ciut dengan Yunani: Tarik Kapal Riset
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyambut baik langkah itu dan menyebutnya sebagai "langkah positif pertama."
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sebelumnya Presiden Turki Erdogan selalu sesumbar bisa dengan Yunani.
Kedua negara memang bersitegan di Laut Tengah.
Tapi kini, Turki menarik kapal risetnya yang menjadi sumber perdebatan soal eksplorasi minyak dan gas dengan Yunani.
Kini kapal riset Turki ini telah kembali ke perairan dekat selatan Turki.
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyambut baik langkah itu dan menyebutnya sebagai "langkah positif pertama."
Meski demikian, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan langkah itu bukan berarti Turki "menyerahkan hak-hak kami di sana."
Media Pro-Erdogan di Turki mengatakan penarikan Oruc Reis adalah "langkah untuk memberikan kesempatan pada diplomasi," dan mengaitkannya dengan upaya untuk memulai pembicaraan antara Yunani dan Turki.
Bahkan sebelumnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Presiden Perancis Emanuel Macron untuk tidak main-main dengan Turki.
• Tak Terapkan Lockdown, Warga Tak Bermasker, Tapi Swedia Mampu Tekan Angka Infeksi Corona
• Hendak Bertransaksi Sabu Pria Pengangguran Diciduk Polisi, Pemasoknya Lari Saat Rumahnya Digeledah
• Disaat Turis Bangga dengan Ulos, Wanita Batak Ini Malah Bakar Ulos, Alasannya Tak Mau Tertipu Debata
Peringatan itu dilontarkan Erdogan pada Sabtu (12/9/2020) di tengah ketegangannya dengan Yunani sebagaimana dilansir dari AFP.
"Jangan main-main dengan orang-orang Turki. Jangan main-main dengan Turki," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi pemerintah pada peringatan 40 tahun kudeta militer 1980.
Sebelumnya, Macron mengutuk keras Turki di tengah kebuntuannya dengan Yunani dan Siprus.
Macron juga mengutuk Turki atas klaimnya terhadap temuan cadangan minyak yang besar di Laut Mediterania Timur.
Erdogan mendesak Yunani untuk "menjauh dari tindakan yang salah" yang didukung oleh negara-negara seperti Perancis di perairan yang disengketakan itu.
Hal itu dibalas Perancis dengan meningkatkan kehadiran militernya di kawasan itu.
Pada Kamis (10/9/2020) Macron mengatakan orang Eropa harus dengan jelas dan tegas membedakan antara Turki sebagai bangsa dan rakyat dengan Erdogan melalui perbuatannya yang tidak dapat diterima.
• Siapa Sebenarnya Alpin Andria? Penusuk Syekh Ali Jaber, Badan Kurus Tapi Kekuatan Bukan Sembarangan
• Kasus Positif Covid-19 di Bengkalis Masih Bertambah, Dinkes Bengkalis Terus Lakukan Swab Test
• Peredaran Narkoba di S Club Star City Pekanbaru, Ini Kata Wakil Walikota Pekanbaru Ayat Cahyadi
Pemimpin Perancis itu mengatakan itu sebelum gelaran konferensi tingkat tinggi ( KTT) dengan tujuh negara Mediterania anggota Uni Eropa di mana mereka mengancam akan memberikan sanksi kepada Turki.
Ketegangan bermula saat Ankara mengirim kapal riset tersebut ke area survei yang diklaim oleh Yunani, Turki, dan Siprus.
Sejak saat itu, Ankara terancam dikenai sanksi oleh Uni Eropa, yang mendukung Yunani dan Siprus.
Mitsotakis meningkatkan tekanan pada Turki dengan mengumumkan pada Sabtu bahwa Yunani "mengerahkan kembali pasukan bersenjatanya."
Yunani juga akan membeli 18 jet tempur Rafale buatan Perancis, empat kapal frigat, dan empat helikopter angkatan laut.
Ia mengatakan militer Yunani akan menambah 15.000 personil bagi tentaranya dalam lima tahun mendatang.
Yunani dan Turki adalah anggota Nato, namun keduanya memiliki sejarah sengketa perbatasan dan mengklaim beberapa perairan yang sama.
• Tubuh Diinjak Tank & Gadis Jadi Budak Seks, Ini Daftar Eksekusi Kejam yang Dilakukan Kim Jong Un
• Tipu Daya Dukun Bejat, Ngakunya Transfer Ilmu, eh Malah Disetubuhi Berkali-kali
Pada 10 Agustus, Turki mengirim kapal riset seismik Oruc Reis, didampingi dikawal kapal perang, untuk mencari potensi deposit gas dan minyak yang melimpah di pulau Kastellorizo selatan, Yunani.
Saat itu, menteri luar negeri Yunani menyebut ini sebagai "eskalasi baru yang serius" yang "menguak peranan" Turki dalam "mengurangi stabilitas" di wilayah.
Tegangan juga terdeteksi di sekitar Siprus soal hak-hak eksplorasi tersebut.
Republik Siprus dan Yunani tidak mengakui Turki memiliki hak eksplorasi bagi wilayah utara Siprus, yang dikontrol Turki, di wilayah perairan sengketa.
Pada Minggu (13/09/2020), Akar mengonfirmasi bahwa Oruc Reis telah kembali ke perairan Turki.
Situs pelacak kapal menunjukkan bahwa kapal itu sekarang berada di dekat pelabuhan Antalya.
"Akan ada gerakan ke depan dan ke belakang yang telah direncanakan," kata Akar kepada kantor berita Turki, Anadolu.
Minggu lalu, angkatan laut Turki mengatakan bahwa Oruc Reis akan terus beroperasi di area tersebut sampai 12 September.
Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan pekerjaan penjelajahan migas akan dilanjutkan, namun sejauh ini tidak ada rencana untuk memperpanjang misi kapal.
"Ini adalah langkah positif pertama. Saya harap akan ada lebih banyak lagi," kata PM Yunani Mitsotakis dalam sebuah konferensi pers di Thessaloniki, Minggu (13/09).
Perancis -yang bersilang pendapat dengan Turki soal krisis Libya- baru-baru ini mengerahkan dua jet tempur Rafale dan sebuah kapal fregat angkatan laut di Mediterania Timur menyusul tegangan antara Yunani dan Turki.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan militernya akan memonitor situasi.
Ia juga mendorong Turki untuk menunda eksplorasi migas di perairan sengketa.
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Sempat Sesumbar Lumat Yunani, Kini Turki Loyo Tarik Kapal Riset Pemicu Ketegangan di Laut Tengah
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/recep-tayyip-erdogan-kirim-alat-medis.jpg)