Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Dikaitkan dengan Gerakan PKI, Ternyata Inilah Maksud Penciptanya Membuat Lagu 'Gendjer-gendjer'

Tak banyak yang tahu, ternyata lagu genjer-genjer yang diidentikan dnegan gerakan PKI ternyata ini maksud penciptakan membuat lagu tersebut

Editor: Budi Rahmat
Pasukan Cakrabirawa 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Dikaitkan dengan gerakan PKI, ternyata ini maksud penciptanya membuat lagu genjer.

Tak banyak yang tahu mengapa genjer kemudian identik dengan lagu yang dinyanyikan PKI.

Namun sejalan waktu, ternyata inilah yang maksud penciptanya yang bernama Muhammad Arief

Ya, Genjer, Nama Sayuran yang Dikaitkan dengan PKI, Ini Pecipta Lagu Genjer yang Populer di Era Soekarno.

Jenderal Kedelapan Selamat dari Kekejaman Komunis PKI dalam G30S PKI, Siapa Jenderal Itu?

 

Mengapa Ahmad Yani jadi Target Gerakan PKI, Berikut Sosok sang Jenderal

 

Panglima TNI Hadi Tjahjanto Didesak untuk Memutar Kembali Film G30S/PKI di Televisi

Sayur genjer boleh jadi nikmat dan menjadi penyelamat wong cilik dari kelaparan sebelum kemerdekaan RI.

Namun citra genjer sempat tercoreng pasca 1965.

Berikut Kompas.com rangkum beberapa fakta menarik seputar genjer, sayuran yang diidentikan dengan PKI:

1. Genjer populer pada masa Orde Lama karena lagu

"Gendjer-gendjer, nong kedokan pating keleler.

Genjer-genjer, nong kedokan pating keleler.

Ema'e thole teko-teko muputi genjer.

Ema'e thole teko-teko muputi genjer.

Oleh satenong mungkur sedot sing toleh-toleh.

Gendjer-gendjer saiki wis digowo mulih,"

Itulah sepenggal lirik lagu "Gendjer-gendjer" yang dibawakan Bing Slamet dan Lilis Suryani.

Lagu ini sempat populer pada masa Orde Lama era Presiden Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Karena sering diputar di radio, sekitar 1960.

Pencipta lagu Gendjer-gendjer, Muhammad Arief.

Ia menciptakan lagu tersebut untuk menggambarkan penderitaan masyarakat pada zaman penjajahan Jepang, yaitu tahun 1943.

Hal itu disampaikan putranya Sinar Syamsi.

Pasca kejadian G30S/ PKI, Muhammad Arief ditahan oleh tentara dan sampai saat ini tak pernah kembali.

2. Genjer makanan wong cilik

Sejarawan yang juga akademisi Jurusan Sejarah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, mengatakan sejak dulu sayur genjer telah menjadi makanan keseharian wong cilik.

“Wong cilik terbiasa mengolah bahan yang ada di sekitarnya, termasuk genjer atau paku rawan (Limnocharis flava).

Sayuran ini cukup akrab dalam ekologi persawahan,” kata Heri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/9/2019)

Petani desa dahulu mengandalkan persawahan dan tumbuhan di lingkungan sekitar untuk santapan.

Tokoh Sentral Gerakan 30S/PKI, DN Aidit yang Juga Ketua PKI, Masa Kecilnya Pernah Khatam Al Quran

 

Dokter yang Otopsi Jasad Para Korban G30S/PKI Buka Suara, Benarkah Korban Disiksa Hingga Tewas?

 

Lemhanas Respon Isu Kebangkitan PKI, UU Harus Lebih Konkret

3. Genjer dipercaya baik bagi kesehatan

Masyarakat Jawa pada umumnya sejak dulu meyakini bahwa genjer berguna bagi kesehatan.

Tanpa harus bicara khasiat yang terukur lewat kerja laboratorium, mereka tetap menyantap sayur genjer.

Heri mengatakan, kakek moyang orang Jawa meyakini segala sayuran yang tumbuh di pekarangan maupun persawahan pasti memiliki manfaat bagi tubuh.

“Sayuran bagian dari tombo atau ramuan," kata Heri.

Ia menjelaskan hal ini dipahami dengan metode ‘ilmu titen’.

Istana Bantah Pernyataan Gatot Nurmantyo Yang Menyebut Pergantiannya Karena Memutar Film G30S/PKI

Daun genjer
Daun genjer (internet)

Kisah Kolonel Abdul Latief dalam Pergolakan G 30S PKI, Disebut Bocorkan Rencana Penculikan Jenderal

Pengalaman empiris masyarakat Jawa menikmati sayuran genjer menghasilkan kesimpulan bahwa sayuran ini tidak beracun.

"Makanya genjer terus hidup dan berhasil menerobos sekat waktu, walau hanya akrab di dunia wong cilik,” tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Salah Genjer? Sayuran yang Kerap Dikaitkan dengan G30S/ PKI",

Video Langka Ungkap Sosok Pembunuh Para Jenderal dalam Tragedi G30S/PKI

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved