Pemerintah Dinilai Tak Punya Rencana Atasi Covid-19 di Indonesia, "Seakan-akan Tidak Ada Koordinasi"
Pandu Riono, epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) menilai, pemerintah tidak memiliki rencana untuk mengatasi pandemi Covid-19.
"Kalau kita lihat, strateginya berganti-ganti. Ada menteri yang bukan bidangnya, tapi katanya paling pinter di bidang manajemen."
"Yang saya tahu sih, pintar memarahi orang," ucapnya.
• Ada Penambahan 6 Kasus Positif Covid-19 di Kuansing, Gugus Tugas Masih Diam?
• Cek di Sini, Syarat Penerima Bansos Rp 500 Ribu Kemensos, Peserta Keluarga Penerima Manfaat
• Sembuh dari HIV AIDS, Pria ini Malah Meninggal Karena Kanker
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi komentar miring dirinya memimpin penanganan pandemi Covid-19 di 9 provinsi prioritas.
Salah satunya, ada yang menyebut dirinya bukan seorang epidemiolog.
Dalam rapat penanganan Covid-19 di 9 provinsi yang digelar secara virtual bersama KSAD, Wakapolri, dan Kasatgas Covid-19, Luhut membenarkan dirinya bukan seorang epidemiolog.
"Jadi kalau ada yang bilang saya bukan epidemiolog, memang betul."
"Tapi saya dibantu banyak orang-orang pintar, anak-anak muda, dokter Monika epidemiolog yang dari UI, lulusan Harvard juga, untuk epidemiologi," tutur Luhut dalam rapat, Jumat (18/9/2020).
Menurut Luhut, tidak ada hal istimewa yang ia lakukan dalam mengawal penanganan pandemi Covid-19 di 9 provinsi.
Dalam menjalankan tugas dari Presiden, ia hanya berperan sebagai manajer, dibantu oleh tim hebat dan berkualitas.
"Saya hanya manajer, dan saya boleh mengklaim saya manajer yang baik," katanya.
Luhut juga menjelaskan langkah pemerintah mengetatkan kembali aktivitas masyarakat atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Menurut Luhut, pengetatan tersebut dilakukan karena meningkatnya kasus Covid-19 , akibat dibukanya aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
Di satu sisi aktivitas sosial ekonomi masyarakat tidak boleh terlalu lama ditutup.
"Sekarang kita ketatkan lagi, ini sebenarnya seni, seperti science dan art."
"Bagaimana kita memelihara keseimbangan ini, antara penanganan Covid dan ekonomi dan menunggu masa kritikal ini dilewati, dengan adanya vaksin dan obat," paparnya.