Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berapa Biaya Perawatan Pasien Covid-19 sehingga OTG Isolasi Mandiri? Ahli Epidemiologi Angkat Bicara

Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi (Paei) Provinsi Riau, dr Wildan Asfan Hasibuan mengungkapkan, isolasi madiri di rumah itu ternyata tidak efektif

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Ilustrasi/Nolpitos Hendri
Berapa Biaya Perawatan Pasien Covid-19 sehingga OTG Isolasi Mandiri? Ahli Epidemiologi Angkat Bicara 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi (Paei) Provinsi Riau, dr Wildan Asfan Hasibuan mengungkapkan, berdasarkan pengalaman di banyak tempat, isolasi madiri di rumah itu ternyata tidak efektif.

Pertama, karena pasienya tidak disiplin, karena orang ini tidak diawasi selama 24 jam oleh petugas.

"Kemudian yang kedua, kondisi rumah juga harus layak, itu Puskemas yang mengecek dan menentukan layak atau tidak untuk isolasi mandiri," kata Wildan, Rabu (7/10/2020).

"Apalagi kalau di rumah itu banyak keluarganya, dia akan tetap berinteraksi dengan keluarganya, ini kan bahaya, karena berpotensi menularkan ke keluarganya yang lain," imbuhnya.

Selain itu, pasien ini karena tidak diawasi, dikhawatirkan berkeliaran keluar rumah, ke warung cari makan, beli rokok dan lainya. Kalau ini terjadi maka akan menularkan banyak orang didekatnya.

"Jadi dalam rangka memutus mata rantai penularan Covid-19 memang sebaiknya pasien tidak bergejala itu dirawa di tempat yang disiapkan pemerintah," ujarnya.

Sebab pasien yang dirawat di tempat isolasi yang disiapkan pemerintah daerah ada banyak keuntungannya.

Diantaranya bisa dipantau selama 10 sampai 14 hari itu tidak akan kemana-mana.

"Disana sudah ada dokter dan ambulance dan dokter yang standby, jadi kalau ada apa-apa bisa langsung dirujuk ke rumah sakit," katanya.

Keuntungan lainya, pasien yang dirawat di tempat khusus yang disiapkan pemerintah juga akan mendapatkan obat, akomodasi,makan dan tempat menginap.

Semua ditanggung pemerintah selama orang ini menjalani isolasi.

"Kalau dirumah kan belum tentu, apalagi kalau orang ini pekerja harian, sudah tidak bekerja, harus diisolasi mandiri di rumah, harus memikirkan belanja hidup sehari-hari kan banyak pertimbangan, makanya lebih bagus isolasinya di tempat yang disiapkan pemerintah," kata Wildan.

Rincian Biaya Perawatan Pasien Covid-19

Angka positif Corona Covid-19 di Indonesia belum terkendali.

Semakin hari semakin naik jumlahnya.

Dilansir dari covid19.go.id, data terakhir menunjukkan 315.714 orang kasus positif Corona di Indonesia.

Jumlah ini terus mengalami kenaikan.

Sementara yang sembuh lebih dari 240 ribu orang.

Dan yang meninggal lebih dari 11.472 orang. 

Peningkatan angka positif ini terjadi semenjak pelonggaran pembatasan sosial.

Bahkan PSBB di sejumlah wilayah tidak lagi diberlakukan.

Lalu berapa sebenarnya biaya perawana pasien Covid-19?

Pelonggaran pembatasan yang telah dilakukan selama beberapa pekan ini membawa dampak pada ramainya kembali aktivitas masyarakat di berbagai tempat.

Meski diingatkan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan, tak semua mematuhinya.

Misalnya, kegiatan car free day pada 21 Juni 2020 yang disoroti karena berkumpulnya banyak orang di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat.

Ada yang mengenakan masker, ada pula yang tidak.

Ada yang menjaga jarak aman, ada pula yang tidak.

Di media sosial, pada akhir pekan kemarin, beredar sejumlah foto dan video yang menunjukkan ramainya masyarakat yang mengunjungi lokasi wisata dan rumah makan.

Situasi ini memunculkan kekhawatiran akan risiko penularan.

Tempat ramai merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko penularan dan penyebaran virus corona.

Pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona juga berulang kali mengingatkan agar masyarakat patuh pada anjuran pemerintah, seperti disiplin mengenakan masker, dan tetap berada di rumah jika tak ada kepentingan mendesak.

Tahukah Anda, ada biaya besar yang menanti jika terinfeksi virus corona?

Beberapa waktu lalu, seorang warganet berbagi informasi betapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan bagi pasien Covid-19.

Ia menjalani sejumlah pemeriksaan yang biayanya ditanggung sendiri sebelum akhirnya dirawat di Rumah Sakit Darurat Covid-19.

Warganet lainnya membagikan informasi biaya perawatan pasien infeksi virus corona yang mencapai lebih dari Rp 290 juta.

Biaya pasien Covid-19

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, saat dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu, juga mengakui, biaya untuk pasien Covid-19 sangat besar.

Bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Ada sejumlah alasan mengapa biaya perawatan pasien Covid-19 sangat mahal.

Pasien harus menjalani sejumlah tahapan pemeriksaan.

Untuk ini, biaya ketersediaan alat medis tidak murah. Misalnya, untuk keperluan rapid test.

"Itu tidak gratis.

Kalau orang dengan Covid-19 itu dites dulu positif, menunggu polymerase chain reaction (PCR)-nya, biasanya dalam sekali tes habis Rp 1 juta," ujar Zubairi.

Setelah menjalani tes PCR, pasien positif Covid-19 akan menjalani masa karantina dan rawat inap di rumah sakit.

Perawatan ini akan membuat biaya semakin bertambah.

Apalagi, dengan obat perawatan pasien Covid-19 yang juga tidak murah.

"Kalau sekarang yang rutin diberikan yang rawat inap diberi obat anti-pembekuan darah, tapi ada juga yang molekuler itu yang lumayan mahal.

Sekali suntik Rp 300.000 sampai Rp 400.000 dalam satu obat, belum obat-obatan yang lainnya," kata Zubairi.

Biaya pelayanan ruangan juga akan menambah besaran biaya perawatan pasien Covid-19.

Bagi pasien yang membutuhkan perawatan intensif di ruang ICU dengan sejumlah alat penunjang kesehatan pasien, biayanya akan semakin besar lagi.

Apalagi, jika pasien mengalami dampak serius pada organ lainnya seperti gagal organ jantung, paru, ginjal, otak, atau pembekuan darah di mana-mana.

Wakil Direktur Pendidikan dan Diklit sekaligus Jubir Satgas Covid-19/RS UNS, dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, penanganan pasien Covid-19 memerlukan perawatan dengan alur terpisah dan peralatan terpisah.

"Penanganan pasien Covid relatif tinggi biayanya, karena keharusan sarpras dan lokasi perawatan di ruang khusus.

Jadi meningkat biayanya," ujar Tonang kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Komponen biaya perawatan pasien Covid-19 juga mahal karena tenaga medis yang melakukan penanganan membutuhkan alat pelindung diri (APD).

Sebagian besar beban biaya pengadaan APD nakes tidak dibiayai oleh pemerintah sehingga dibebankan kepada pasien dan keluarga.

Sedih! Sempat Dirawat di Ruang ICU, Anak Yatim yang Nafkahi Dua Adik Meninggal Dunia Akibat Covid-19

Kabar duka kembali menyelimuti tenaga kesehatan di Riau setelah seorang perawat bernama Sisca dan seorang anak yatim meninggal dunia akibat Covid-19.

Salah seorang perawat yang sehari-hari menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Ibnu Sina meninggal dunia, Rabu (7/10/2020).

Perawat tersebut adalah Ns Sisca Febrianti warga Kedung Sari, Sukajadi Pekanbaru.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Riau dr Indra Yopi, Rabu (7/10/2020) membenarkan kabar duka tersebut.

Menurut keterangan Indra Yopi, Sisca adalah perawat yang menangani pasien Covid di ruangan Isolasi Covid RS Ibnu Sina sejak bulan April.

Sisca meninggal dunia di usia yang masih muda, 31 tahun.

"Beliau perawat berdedikasi tinggi, tidak pernah mengeluh selama enam bulan dan tidak pernah minta pindah area kerja," katanya.

Sedihnya lagi, Sisca merupakan anak yatim yang juga menafkahi 2 orang adik-adiknya.

Sisca merupakan tulang punggung untuk keluarganya.

"Beliau anak yatim yang menafkahi dua orang adiknya, beliau terpapar Covid-19 sejak 8 hari yang lalu, dipindahkan ke ICU sejak 6 hari yang lalu dan memakai ventilator," ujar Indra Yopi.

Menurut ketengan Indra Yopi, Sisca merupakan tenaga kesehatan pertama yang meninggal dunia setelah berjuang menangani Covid-19 langsung dan terpapar langsung.

"Kami semua tenaga kesehatan yang maju langsung menangani Covid-19 di ruangan Isolasi Covid-19 sangat terpukul dan sedih atas musibah hari ini," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya tetap akan terus melayani semua pasien Covid-19 di semua rumah sakit di Riau.

"Kami tidak akan mundur hanya gara-gara isu-isu yang tidak penting, kami ikhlas dan tetap bersemangat.

Sisca akan selalu kami kenang, kami tidak akan mengecewakan beliau, kami akan terus berjuang.

Terima kasih untuk semua yang sudah mendoakan Sisca dan mendoakan perjuangan kami," kata Indra Yopi.

Sempat Positif Covid-19, Said Hasyim-Abdul Rauf Kini Boleh Lega

Satu pasangan calon Pilkada yang belum ditetapkan di Kabupaten Kepulauan Meranti akan ditetapkan 13 Oktober 2020 mendatang.

Tiga hari setelah ditetapkan baru bisa melakukan kampanye secara terbuka kepada masyarakat.

Demikian dikatakan Plt Ketua KPU Riau Joni Suhaidi, menurutnya saat ini sedang dilakukan uji publik sebelum dilakukan penetapan calon.

Sebagaimana diketahui pasangan Said Hasyim - Abdul Rauf ini terlambat ditetapkan karena sempat Positif Covid-19 sebelumnya.

Setelah menjalani proses penyembuhan akhirnya calon wakil bupati Abdul Rauf bisa kembali mengikuti tahapan meskipun tertinggal dari tahapan yang sudah ditetapkan.

"13 Oktober 2020 itu akan ditetapkan sedangkan pencabutan nomor urut dilakukan 14 Oktober 2020,"ujar Joni Suhaidi kepada tribunpekanbaru.com Rabu (7/10/2020).

Menurut Joni Suhaidi proses pencabutan nomor urut untuk Paslon ini tetap dibuat sesuai protokol acara yang sudah pernah digelar sebelumnya.

"Walaupun satu Paslon protokol harus dijalankan sama karena sebelumnya diberlakukan sama juga, Paslon tetap mencabut nomor urutnya sendiri meskipun sudah pasti nomornya,"ujarnya.

Sedangkan untuk kampanye terbuka dengan masyarakat sendiri baru boleh dimulai 16 Oktober 2020.

Sementara terkait satu Paslon yang masih Positif Covid-19 yakni Halim menurut Joni Suhaidi akan menjalani kembali kampanye terbuka dengan masyarakat bila kondisinya sudah pulih.

"Satu Paslon yang masih covid hanya control covid, jika sudah pulih maka bisa berkampanye lagi,"ujarnya. (Tribunpekanbaru.com / Syaiful Misgiono )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved