Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sosok Datuk Gigi Putih Masih Misteri, Ada yang Bilang Peliharaan Gaib Guru Laksamana Raja di Laut

Hingga kini, Kelompok Sadar Wisata Desa Tamiang juga masih menggali sejarah, cerita, dan latarbelakang tentang Datuk Gigi Putih

Penulis: Muhammad Natsir | Editor: Nurul Qomariah
Tribun Pekanbaru/Muhammad Natsir
Makam Datuk Gigi Putih di Desa Temiang, Kecamatan Bandar Laksamana, kabupaten Bengkalis 

Laporan masyarakat ini diteruskan kepada Bupati Bengkalis dan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga.

Setelah laporan ini, sekitar sepekan kemudian yang tim Balai Pengkajian Budaya dari Batu Sangkar turun ke Desa Tamiang.

Tim dari Batusangkar ini turun sebanyak empat orang dan melakukan pemeriksaan selama kurang lebih tiga hari berada di sana.

"Informasi saat itu kata peniliti yang turun, batu yang ditemukan di sini berasal dari abad ke 14, bisa jadi bekas bangunan yang kita temukan ini lebih tua dari Istana Siak. Namun mereka perlu lakukan penelitian lebih dalam temuan ini," pungkasnya.

Kemungkinan para peneliti dari Batusangkar ini akan kembali lagi.

Karena dari keterangan mereka harus ada penelitian lebih lanjut lagi untuk mengetahui secara detail temuan yang punya nilai sejarah tersebut.

"Untuk sementara tempat temuan ini sudah digaris polisi. Kita diminta untuk tidak menganggu tapak pendopo yang baru ditemukan dan beberapa makam lainnya," tambah Samiun.

Dengan temuan ini Samiun bersama kelompoknya punya harapan cukup besar terhadap tempat temuan dilokasi wisata religi makam Datuk Gigi Putih.

Mereka berharap pemerintah bisa menjadi lokasi wisata sejarah seperti istana Siak.

"Kalau kita maunya nanti ada tamannya juga di sini samalah seperti istana Siak, sehingga banyak pengunjung dari luar Bengkalis," ungapnya.

Kelompok Sadar Wisata Tamiang sendiri sebenarnya baru dua tahun belakangan ini mengembangkan kawasan wisata di makam Datuk Gigi Putih.

Mereka merawat secara swadaya makam tersebut karena dinilai memiliki nilai sejarah.

Kelompok ini beranggotakan sekitar sebelas orang, niat awal mereka ingin menjadikan makam ini sebagai tempat wisata religi.

Keinginan ini, ternyata disambut baik oleh Kepala Desa Tamiang.

Pihak desa membangunkan gapura sebagai tanda pintu masuk untuk menuju makam tersebut. Dengan bantuan desa ini, kelompok sadar wisata Desa Tamiang, semakin rutin membersihkan lokasi makam.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved