Kata Menlu Kualitas Vaksin Bio Farma Diakui Internasional, Terus Kenapa Masih Niat Beli dari LN?
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, kualitas dan kuantitas produksi vaksin Covid-19 oleh PT Bio Farma sudah diakui secara internasional.
"Apabila terjadi kahar (force majeure) selama pengembangan vaksin itu, maka kerja sama yang dilakukan dapat dihentikan yang menyesuaikan dengan perjanjian kontrak yang tertera," ucapnya.

Hal tersebut, kata Wiku, telah tertera dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020.
Wiku juga menegaskan, pemerintah telah berkonsultasi dengan para pakar terkait keputusan pembelian vaksin dari tiga perusahaan di luar negeri.
"Dengan tujuan segera memenuhi kebutuhan penanganan Covid-19 jangka pendek," tuturnya.
"Di satu sisi kita tetap mengutamakan kemandirian dengan berupaya mengembangkan vaksin sendiri dengan melibatkan langsung ahli dalam produksinya," tambah Wiku.
Efektifitas dan Keamanan Vaksin LN Dipertanyakan
Sebelumnya, ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengingatkan efektivitas dan keamanan vaksin yang sedang diupayakan pengadaannya oleh pemerintah dari tiga produsen asal luar negeri.
Menurut Pandu, tiga produsen yang menjalin produsen dengan pemerintah baru memproduksi bakal vaksin Covid-19.
"Mengapa kita harus membeli produk yang belum jadi? Itu masih kandidat. Saya tekankan, yang dari tiga produsen itu masih dalam tahap evaluasi klinis," ujar Pandu ketika dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (14/10/2020).
"Yang perlu diingat, itu sedang diuji tahap ketiga, dan yang bisa lolos (uji klinis) cuma sedikit," lanjutnya.
Pandu menjelaskan, secara klinis, setelah diuji coba tahap ketiga dan ada hasilnya, para ahli akan memberikan ulasan atas hasil itu.

Dalam ulasan itulah akan ada rekomendasi atau keputusan apakah vaksin yang telah diuji coba itu akurat atau tidak jika dipergunakan untuk masyarakat.
"Jadi (vaksin dari tiga produsen) ini sedang diuji ya. Belum bisa berubah menjadi vaksin terpercaya," kata Pandu.
Pandu mengingatkan soal perkembangan uji klinis vaksin Covid-19 dari sejumlah perusahaan farmasi dunia.
Salah satunya, Johnson & Johnson yang menghentikan uji klinis.