Hiu Berkepala Dua Ditemukan di India, Apakah Mutasi itu Berkaitan Dengan Pencemaran Air di India?
Para ilmuwan percaya bahwa berbagai faktor dapat menyebabkan hiu tersebut, yang merupakan Hiu spadenose (Scoliodon laticaudus), mengalami mutasi ini.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Mutasi aneh pada hewan kembali ditemukan di dunia. Kali ini fenomena gajil tersebut dilaporkan dari India.
Warga Maharashtra di India barat menemukan seekor Hiu aneh yang bermutasi. Predator laut itu berkepala dua.
Hewan aneh tersebut ditemukan oleh seorang nelayan saat memancing ikan di laut.
Dilansir dari Dailymail, Nitin Patil sedang memancing di perairan Maharashtra di India barat ketika dia menyeret Hiu mutan, yang masih hidup, dari kedalaman.
Namun, warga desa Satpati distrik Palghar itu membuang Hiu itu kembali ke laut setelah mengambil fotonya.
"Kami tidak makan ikan kecil seperti itu, terutama Hiu, jadi saya pikir itu aneh tapi tetap memutuskan untuk membuangnya, '' katanya.
Tapi dia segera mengetahui betapa tidak biasa hasil tangkapan itu.
"Kami belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," kata Umesh Palekar, seorang nelayan lainnya.
"Kami yakin salah satu hiu yang lebih besar mungkin telah melahirkan bayi Hiu berkepala dua ini."
Dr KV Akhilesh, dari Dewan Penelitian Pertanian India - Institut Penelitian Perikanan Laut Pusat, hanya dapat memikirkan dua kali lagi makhluk seperti itu ditemukan.
"Ini laporan langka untuk India," katanya.
'Hiu berkepala dua yang serupa dilaporkan dari Gujarat pada tahun 1964, dan satu lagi pada tahun 1991 dari Karnataka.
'Yang lainnya bisa saja diamati, tetapi tidak difoto atau dikumpulkan.'
Pak Patil tidak menyadari betapa langka makhluk itu dan melemparkannya kembali ke laut
Para ilmuwan percaya bahwa berbagai faktor dapat menyebabkan Hiu tersebut, yang merupakan Hiu spadenose (Scoliodon laticaudus), mengalami mutasi ini.
'Penemuan ini sangat langka sehingga sulit untuk menemukan penyebab anomali tersebut,' kata ahli biologi kelautan Swapnil Tandel.
'Gangguan genetik atau metabolisme, virus, polusi atau penangkapan ikan berlebihan bisa menjadi alasan yang mungkin.'
Apa pun penyebabnya, kata Dr Akhilesh, kemungkinan makhluk itu untuk bertahan hidup hingga dewasa tidaklah besar.
"Satu mata kepala cacat dan ada dua sirip punggung pertama, '' katanya
'Ini kesempatan yang sangat langka. Semua Hiu berkepala dua yang serupa adalah embrio atau bayi baru lahir. '
Hiu berkepala dua sebelumnya adalah Hiu susu (Rhizoprionodon acutus) pada tahun 1964 dan satu lagi spadenose pada tahun 1991.
Dr Akhilesh memuji media sosial karena memastikan penampakan lebih lanjut ini direkam.
'Hanya karena berbagi media sosial kita bisa mengetahuinya,' katanya.
"Kalau tidak, itu juga akan menjadi kasus yang dibuang."
Pencemaran Gangga
Sungai Gangga adalah nadi kehidupan warga India.
Namun sungai berjuluk "ibu" itu kian sekarat oleh sampah plastik, limbah pabrik, dan bahkan jenazah manusia.
Setiap tahun, tak kurang dari 115.000 ton sampah plastik mengotori sungai itu.
Padahal sungai yang mengalir dari Pegunungan Himalaya hingga ke Teluk Bengal itu menghidupi jutaan orang.
Bukan hanya sampah, polusi limbah pabrik dan rumah tangga mempercepat kematian sungai suci itu.
Sungai Gangga lahir dari curahan air gletser di Himalaya.
Namun seiring mendekati laut, sungai sepanjang 2.620 kilometer itu mulai dicemari sampah dan limbah manusia.
Sungai ini melewati 29 kota dengan populasi lebih dari 100.000 orang dan 23 kota lain yang berpopulasi di atas 50.000 penduduk.
Tentu, Gangga memainkan peranan besar dalam ritual keagamaan Hindu dan sudah membumi sejak ratusan tahun silam.
Umat Hindu meyakini Sungai Gangga sebagai titisan Tuhan yang mengalir dari surga buat membersihkan Bumi.
Maka membasuh diri dengan menggunakan air Sungai Gangga diyakini akan menyucikan manusia dari semua dosa.
Tidak heran jika setiap hari ribuan peziarah menyemuti bantaran sungai ini untuk mandi dan berdoa.
Bantaran Sungai Gangga juga digunakan umat Hindu sebagai tempat kremasi atau pembakaran jenazah.
Tradisi itu dipercaya akan membebaskan manusia dari lingkaran hidup dan mati itu setiap tahun menghasilkan upacara pembakaran 32.000 jenazah.
Hasilnya, ada ratusan ton potongan tubuh manusia di sungai itu. Kesucian Sungai Gangga turut mengundang jutaan peziarah setiap tahunnya.
Pada sebuah hari suci agama Hindu yang cuma dirayakan selama 12 tahun sekali, jumlah pengunjung bahkan menembus angka 12 juta orang.
Sebab itu pula, polusi di Sungai Gangga kini dianggap sebagai penyebab utama tingginya angka kematian bayi, dan gangguan kesehatan buat penduduk di sekitar. Kondisi tersebut memaksa Perdana Menteri Narendra Modi bertindak.
Ia menjanjikan pembangunan pusat pemurnian air dan memindahkan 400 pabrik pengolahan kulit dari bantaran sungai.
Namun proyek lingkungan senilai tiga miliar dollar AS itu belum banyak terwujud. Hingga kini, hanya sepertiga dari 4.800 juta liter limbah yang disuling sebelum dibuang ke sungai.
Demi proyek ambisius tersebut Bank Dunia bahkan bersedia meminjamkan dana senilai satu milyar dollar AS.
Namun, upaya pemerintah di New Delhi membersihkan Sungai Gangga dianggap menjadi ujian terhadap kemampuan India memodernisasi struktur pemerintahan, mengentaskan korupsi, dan membenahi manajemen limbah.
Ular berkepala dua di Bali

Warga Dusun Tengah, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali dihebohkan dengan penemuan seekor ular berkepala dua, Jumat (30/8/2019) tengah hari, 12.00 WIB.
Terkait penemuan tersebut, Kepala Desa Kukuh, I Made Sugianto mengatakan, kejadian penemuan ular di jalan umum baru pertama kali ditemukan.
"Yang saya lihat melalui berita itu lokasinya berdekatan dengan sekolah SMP. Lokasi tepatnya itu di Gang Arjuna, gang menuju sekre bajang (kuburan bagi balita). Lokasi itu kan memang kami yakini sebagai tempat yang angker," tambahnya
Ia menyebutkan, kemunculan ular itu memang aneh tapi nyata karena berkepala dua dan jarang ditemukan.
"Kalau pun ada, tidak akan bertahan lama di alam liar. Memang baru kali ini ditemukan ular di jalan umum dan berkepala dua," ujar Sugianto.
Dengan ditemukan binatang yang tidak lazim itu, dirinya meyakini menjadi pertanda baik atau positif.
"Apakah itu bertanda baik atau buruk, saya tidak berani berkomentar. Kalau saya sih apa pun yang muncul itu bertanda baik. Hal positifnya kan banyak warga yang datang dan melihat ular berkepala dua. Kalau ular muncul di rumahkan, kami yakini itu pertanda leteh," ujarnya.
Diketahui, Jro Mangku Pura Dalem Gede Desa Kukuh sempat memperhatikan ular itu.
Setelah itu beberapa menit kemudian meminta upakara segehan lelipi (sesajen ular).
"Pasti kami dukung, jika pemangku atau tokoh adat berkomentar seperti itu ya apapun yang terjadi kami dukung. Itu kan prosesnya pemangku yang tahu. Biasanya kan punya firasat lain jika menemukan mahkluk-mahkluk di luar kewajaran,"
"Biasanya nanti diadakan pecaruan yang digelar untuk menetralisir tempat penemuan ular itu agar normal kembali, disamping itu juga ada supat. Supat itu adalah agar binatang yang muncul itu kita doakan, kelak di kehidupan mendatang biar ada peningkatan status," ucapnya.
"Kondisi ularnya masih diam di sana. Pergerakannya lambat karena kepalanya berat," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, penemuan seekor ular berkepala dua menggegerkan warga.
Kejadian ular berkepala dua menggegerkan warga tersebut terjadi Jumat (30/8/2019).
Warga Dusun Tengah, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali digegerkan dengan penemuan seekor ular berkepala dua, Jumat (30/8/2019).
Menariknya, munculnya ular ini bertepatan dengan Rerahinan Tilem tepat pada pukul 12.00 Wita.
Ular tersebut ditemukan di jalan menuju Setra Bajang di dusun setempat.
Bahkan, penemuan ini membuat warga setempat serta yang berasal dari luar dusun menjadi berdatangan untuk melihat peristiwa aneh ini.
Ular berkepala dua ini dirasa aneh dan membuat penasaran.
Hingga akhirnya, Jro Mangku Pura Dalem Gede Desa Kukuh memperhatikan ular itu, setelah itu setelah beberapa menit kemudian meminta upakara segehan lelipi (sesajen ular).
Menurut warga yang menemukan, Gusti Bagus Eka Budaya (42), ular tersebut ditemukan di Gang Arjuna atau jalan menuju Setra Bajang di depan rumahnya.
Saat itu, tepat pukul 12.00 Wita, ia baru saja pulang dari bekerja.
Namun ketika akan memarkir kendaraannya, ia justru melihat ular berwarna kecokelatan dengan panjang sekitar 40 cm dalam posisi melingkar.
Bahkan, kata dia, awalnya ia mengira ular tersebut sedang melahap katak sehingga bagian kepalanya kembung.
Namun, karena rasa penasaran, ia kemudian mendekati ular tersebut dan mencoba menggerakkannya dengan kayu.
Ketika disentuh dengan kayu, ular ini justru bergerak, dan ternyata bukan sedang melahap katak, tapi berkepala dua.
"Langsung jering bulun kalong (merinding) saya setelah tau ularnya berkepala dua. Soalnya ini kejadian aneh," kata Bagus Eka, Jumat (30/8/2091).
Setelah mengetahui keanehan tersebut, kata dia, ia pun bergegas ke dalam rumahnya untuk mengambil canang dan menghaturkannya tepat pada ular tersebut.
"Apalagi di sini lokasinya adalah jalan menuju Setra Bajang . Jaraknya sekitar 20 meter ini dari setra (kuburan)," ungkapnya sembari menyatakan kondisi ular saat ditemukan dalam keadaan hidup dan melingkar.
Dia melanjutkan, dengan temuannya itu barulah diinformasikan ke warga setempat dan kemudian banyak warga yang berdatangan untuk mencari informasi kebenarannya.
Bahkan banyak warga yang mengira ukuran ular ini seperti pada umumnya.
Disinggung mengenai kelanjutannya, Bagus Eka berencana akan menanyakan hal tersebut ke orang pintar, dan jika sudah ada petunjuk baru akan melakukan tindakan seperti contohnya mecaru.
Artinya masih menunggu petunjuk secara Niskala terkait kelanjutan dari ular yang aneh ini.
"Sementara kita menunggu dulu, jika sudah ada petunjuk baru kita berani bertindak. Karena jalur ini juga merupakan jalur yang dikenal angker sehingga tak boleh ada hal leteh (kotor) yang boleh lewat sini," tandasnya.
(*)