Amerika Tuduh China Kerahkan Hacker Untuk Mencuri Informasi Proyek Vaksin Corona Jepang, Benarkah?

Dikabarkan, bahwa China yang juga tengah mengembangkan vaksin Covid-19, berusaha melakukan tindakan kriminal terhadap negara Jepang.

Reuters
Sejumlah lembaga penelitian Jepang yang sedang dalam upaya pengembangan vaksin corona menjadi sasaran serangan siber demi mencuri informasi. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Pengembangan vaksin virus corona sudah dilakukan diberbagai negara, namun sampai saat ini, negara mana yang benar-benar telah membuat vaksi Covid-19 yang aman digunakan manusia.

Salah satu negara yang juga ikut mengembangkan vaksin Covid-19 ini adalah Jepang. Sampai saat ini pembuatan vaksin Covid-19 terus digesa, agar bisa mengahasilkan vaksin yang benar-benar aman.

Nampun nampaknya pengerjaan pembuatan vaksin Covid-19 di Jepang menemukan masalah.

Dikabarkan, bahwa China yang juga tengah mengembangkan vaksin Covid-19, berusaha melakukan tindakan kriminal terhadap negara Jepang.

Bukan negara Jepang yang mengabarkan kabar ini. Namun adalah negara Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara yang tengah bersiteru dengan China.

Benarkah China melakukan tindakan kejahatan itu, simak ulasannya dalam artikel ini.

CrowdStrike, perusahaan AS yang bergerak di bidang keamanan siber hari ini, Selasa (20/10), mengumumkan bahwa sejumlah proyek vaksin corona Jepang mengalami serangan peretas atau hacker.

CrowdStrike telah melakukan penuduhan terhadap China sesuai dengan temuan mereka.

CrowdStrike menyebut China telah menjadi dalang di balik upaya penyerangan ini.

Kyodo mengabarkan bahwa beberapa lembaga penelitian Jepang yang saat ini tengah mengembangkan vaksin virus corona menjadi korban serangan siber.

Hal ini juga diyakini sebagai kasus serangan siber pertama di sektor ini.

Menurut CrowdStrike, sejumlah proyek vaksin corona telah menjadi sasaran hacker sejak April tetapi tidak ada laporan kebocoran informasi apapun sejak saat itu.

Pusat Kesiapan dan Strategi Nasional untuk Keamanan Siber (NISC) Jepang saat ini mendesak para produsen obat-obatan serta organisasi penelitian terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya pencurian informasi.

Masakatsu Morii, pakar keamanan informasi siber dari Kobe University, mengatakan bahwa informasi tentang vaksin corona menjadi sasaran serangan siber karena kelompok peretas cenderung mencuri informasi rahasia yang menjadi pusat perhatian.

Ia menyarankan pemerintah untuk memberikan dukungan lebih terkait keamanan siber pada lembaga-lembaga penelitian tersebut.

"Pemerintah Jepang harus memberikan dukungan yang memadai untuk keamanan siber, tidak hanya dalam hal pengembangan vaksin corona, karena diproyeksikan akan memakan waktu beberapa tahun sebelum vaksin corona tersedia secara stabil," ungkap Morii seperti dikutip Kyodo.

Untuk saat ini CrowdStrike masih belum membocorkan nama-nama lembaga penelitian yang menjadi sasaran hacker, termasuk hacker yang melakukan serangan.

Tapi mereka meyakini bahwa hacker berasal dari China jika dilihat dari metode yang digunakan.

UPDATE Vaksin Covid-19: Bio Farma Pastikan Harga Vaksin Berkisar Rp 100 Ribu

Saat ini seluruh negara mempersiapkan Vaksin Covid-19.

Negara-negara di dunia serius menggarap vaksin ini agar pandemi segera berakhir.

Di Indonesia, Vaksin Covid-19 juga menjadi sorotan.

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir memastikan harga vaksin Covid-19 dari Sinovac di Indonesia tidak akan memberatkan.

Dia memperkirakan harga vaksin berada dikisaran Rp 200.000 per dosisnya.

Hal ini diungkapkan Honesti untuk menanggapi pemberitaan yang menyatakan bahwa Sinovac sudah menandatangani kontrak pengadaan vaksin dengan Brazil yang akan menjualnya dengan harga 1,96 dollar AS per dosis.

“Informasi harga vaksin Covid-19 di Brazil, telah kami klarifikasi ke pihak Sinovac.

Mereka sudah mengirimkan surat elektronik resmi ke Bio Farma yang memastikan bahwa informasi dalam pemberitaan tentang kontrak pembelian 46 juta dosis dengan nilai kontrak 90 juta dollar AS dengan pemerintah Brazil tidak tepat, dan mengenai harga 1,96 dollar AS per dosis pun tidak tepat,” ujar Honesti dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/10/2020).

Menurut Honesti, Sinovac saat ini tengah menelusuri atas informasi tersebut.

Pihaknya sendiri saat ini berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah menghadirkan vaksin Covid-19 dengan harga yang terjangkau untuk memberi perlindungan bagi penduduk Indonesia.

Honesti melanjutkan, dalam surat resmi yang disampaikan oleh Sinovac, menyampaikan bahwa dalam penentuan harga vaksin Covid-19, ada beberapa faktor yang menentukan harga vaksin.

“Salah satu faktornya adalah tergantung pada investasi pada studi klinis fase tiga, terutama dalam uji efikasi dalam skala besar.

Demikian juga dengan penentuan harga di Indonesia, mengikuti prinsip–prinsip tadi.

Dengan kata lain, skema pemberian harga vaksin Covid-19 ini, tidak dapat disamakan,” kata dia.

Untuk menjaga dan menjamin kualitas vaksin Covid-19 mulai dari bahan baku dan lainnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan terbang ke China guna melakukan visit audit proses pengembangan dan produksi vaksin corona di fasilitas Sinovac di Beijing, China.

Termasuk juga LP POM MUI untuk melaksanakan audit halal.

BPOM juga akan memastikan fasilitas dan proses produksi vaksin Covid-19 di Bio Farma memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)/Good Manufacturing Practice (GMP).

Saat ini, uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 masih berjalan di minggu kedua Oktober 2020 ini.

Data terakrhir menunjukan sampai dengan tanggal 9 Oktober 2020, 843 relawan yang sudah mendapat penyuntikan kedua, dan 449 relawan dalam tahap pengambilan darah pasca penyuntikan kedua/masuk periode monitoring.

Hingga saat ini Uji Klinis tajap 3 berjalan lancar dan belum ada dilaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius akibat pemberian suntikan calon vaksin Covid-19.

Sumber, sebagian dari Kontan

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved