Ingat Si Kembar Trena dan Treni Terpisah 20 Tahun? Ternyata Hal Tak Disangka Ini Buat Mereka Pisah
Ternyata, terpisahnya Trena dan Treani bakan tanpa sebab. Ada hal yang tak disangka-sangka membuat keduanya harus bertemu 20 tahun kemudian.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sosok Trena dan Treni yang terpisah 20 tahun kembali berjumpa menghebohkan media sosial khususnya Tiktok.
Ternyata, terpisahnya dua gadis ini bakan tanpa sebab. Ada hal yang tak disangka-sangka membuat keduanya harus bertemu 20 tahun kemudian.
Treni diketahui menggunakan akun TikTok hanya iseng untuk mengisi waktu luang.
Informasi yang didapat Treni dari Trena, awalnya video TikTok Treni tidak sengaja dilihat oleh tetangga Trena.
"Tetangga Trena memuji Trena 'kok bikin TikTok bagus-bagus', padahal Trena jarang membuat video," ungkap Treni.
Saat itu Trena hanya menganggap jika itu hanya orang yang mirip dengannya.
"Kemudian ada tiga orang yang bilang ke Trena kalau ada yang bikin video mirip dia," kata Treni.
"Lalu tetangga-tetangga Trena ngecek sosial media aku, karena saya juga berjualan online, jadi ada kontak saya yang tercantum."
"Kemudian kakak-kakak dan Trena ngontak aku semua," ujar Treni.
Awalnya, kakak kandung Treni mengontak untuk bertanya produk yang ia jual.
"Setelah itu tanya lebih lanjut, dia tanya hal pribadi, tanya nama saya siapa, nama orangtua saya siapa."

"Saya awalnya hanya cuek, karena saya merasa tidak kenal dan takut kalau penipuan."
"Lalu kakak saya bilang nama orangtua (asuh) saya siapa, dan saya syok kok bisa tahu," jelas Treni.
Kemudian, kakak Treni mengirimkan foto KTP Trena.
"Di situ saya lihat wajahnya sangat mirip dengan saya, tapi tanggal lahirnya berbeda."
"Saya masih nggak percaya, saya pikir hanya mirip, saya juga nyuekin saudara kembar saya," ungkapnya.
Kemudian, Treni diminta untuk mengecek Facebook milik Trena.
"Pas saya cek bener-bener mirip, dari gaya foto, cara berjilbab, dan lain-lain," kata Treni.
"Saya syok, kaget, ngerasa seneng iya, badan panas dingin, sama kakak-kakak dibilangin 'kamu itu adik aku'," ungkap Treni.
Hal itu dirasakan Treni karena rahasia tersebut tidak pernah disampaikan kepadanya.
"Kemudian sama kakak disuruh konfirmasi sama ibuk (asuh), karena saya tidak mau langsung bertanya dan takut kalau beliau syok, saya bilang ke kakak agar bapak (kandung) untuk bertanya langusng ke ibuk, orangtua ke orangtua," ungkap Treni.
"Akhirnya mereka komunikasi, ibuk juga kaget, syok, dan ibuk masih bilang saya nggak mau kehilangan anak," lanjutnya.
Namun, bapak Treni bilang jika tidak bermaksud mengambil kembali anaknya.
"Tapi bapak bilang 'saya ingin berterima kasih sudah merawat Treni, saya ingin tahu keadaan Treni seperti apa'," ungkap Treni.
Treni tidak menaruh rasa kecewa kepada ibu asuh yang menyembunyikan kenyataan tersebut.
"Kalau rasa kecewa tidak ada sama sekali, karena saya meyakini takdirnya seperti ini."
"Yang saya pikirkan sekarang adalah saya bahagia, seneng banget sampai ga bisa diungkapkan rasa senengnya," ungkap Treni.
Terpisah Karena Sakit-sakitan
Terpisah kembar Trena (24) dan Treni (24) selama 20 tahun berawal dari kepercayaan adat istiadat.
Saat masih balita, kedua bocah tersebut kerap sakit-sakitan.
Menurut kepercayaan, keduanya harus dipisahkan.
Hal itu diungkapkan sendiri Enceng Dedi (59), ayah kandung si kembar, saat ditemui di rumahnya di Kampung Cipaingeun, Kelurahan Sukamaju Kaler, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Senin (19/10/2020) sore.
"Anak kembar kami, Trena dan Treni, dipisahkan karena berdasar kepercayaan adat Sunda, kalau anak kembar sakit-sakitan harus dipisahkan," ucapnya.

Enceng menuturkan, saat usia Trena dan Treni memasuki balita memang kerap sakit-sakitan. Saat itu mereka tinggal di Maluku sebagai transmigran.
"Lalu ada saran dari orang tua jika anak kembar suka sakit-sakitan harus dipisahkan. Tidak boleh disatukan," ujar Enceng.
Terlebih, lanjut Enceng, anak kembar kakak istrinya pun meninggal dunia pada waktu yang hampir bersamaan.
"Kakak istri saya pun punya anak kembar, dan keduanya meninggal dunia karena suka sakit," kata Enceng.
Merasa khawatir dengan kondisi seperti itu, Enceng bersama istrinya, Enok Rohaenah (almarhumah) kemudian memutuskan menitipkan Trena dan Treni ke tetangga sesama transmigran.
Trena dititipkan kepada orang Garut sedangkan Treni kepada pasangan Misranto dan Rini asal Malang, Jatim.
"Setahun kemudian, kami masih bisa bertemu dengan Treni. Yaitu pada saat istri saya melahirkan anak bungsu atau anak kesembilan," ujar Enceng.
Pada tahun 1999 meletuslah kerusuhan Maluku. Banyak peserta transmigrasi yang kembali ke kampung halaman, termasuk Enceng dan keluarganya.
"Karena situasi cukup kacau saat itu, kami pulang tanpa sempat mengetahui keberadaan Treni yang dibawa oleh orang tua angkatnya," kata Enceng.
Sejak saat itulah, Enceng kehilangan Treni.
"Saya sempat mencarinya ke Malang. Tapi tidak ditemukan dan akhirnya pulang dengan tangan hampa," ujarnya.
Sejak saat itulah Treni tak diketahui lagi keberadaanya, hingga 20 tahun kemudian Treni tayang di aplikasi Tik Tok, tepatnya hari Senin (12/1/2020).
Tayangan Treni itulah menjadi awal mula bertemunya kembali si kembar yang terpisah selama 20 tahun, Euis Trena Mustika dan Elis Treni Mustika alias Fitriana. Nama Fitriana adalah pemberian orang tua angkatnya.
Keduanya direncanakan akan melakukan pertemuan pertama di Tasikmalaya, Kamis (22/10).
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kepercayaan Terhadap Adat Istiadat Penyebab Awal Kembar Trena dan Treni Terpisahkan Selama 20 Tahun