Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Video Berita

Video: Tetap Dukung Kartun Nabi Muhammad, Ribuan Warga Bangladesh Protes Terhadap Presiden Perancis

Sekitar 10.000 orang melakukan protes terhadap Presiden Perancis Emmanuel Macron terhadap hukum sekuler yang melindungi kartun Nabi Muhammad

Editor: aidil wardi

Guru yang dipenggal, Samuel Paty sebelumnya mengajar kelas kebebasan berpendapat yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad.

Dia merupakan simbol cita-cita sekuler Perancis yang kokoh dan penolakan terhadap interupsi atas nama agama di ruang publik.

Macron dan anggota pemerintahannya telah berjanji untuk terus mendukung karikatur nabi besar umat Islam yang dilindungi oleh kebebasan berekspresi.

Politisi muslim, ulama dan mayoritas masyarakat muslim mengutuk penggambaran semacam itu dan menganggapnya sebagai ujaran kebencian serta penghinaan pada kesakralan simbol Islam.

Sebagai respons, muslim yang berdemo menyerukan boikot produk Perancis.

Lima tahun yang lalu, ekstremis Al Qaeda kelahiran Perancis membunuh 12 karyawan majalah mingguan satir Perancis, Charlie Hebdo sebagai respons keras atas penerbitan karikatur yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Kartun-kartun itu juga memicu protes massal di negara-negara mayoritas Muslim, dengan beberapa di antaranya menjadi kasus yang mematikan.

Para demonstran di Bangladesh berkumpul di depan Masjid Baitul Mokarram utama di pusat kota Dhaka Selasa pagi waktu setempat.

Mereka berjalan menuju kedutaan besar Perancis, namun polisi menghalangi demonstran yang protes dan mengakhiri tanpa kekerasan.

Rezaul Karim, ketua kelompok Islami Andolon di Bangladesh, meminta Perancis menahan diri untuk tidak menampilkan karikatur nabi.

“Kami umat Islam tidak pernah membuat karikatur pemuka agama lain,” ujarnya.

"Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai pembawa perdamaian...

Macron dan rekan-rekannya tidak belajar apa pun dari sejarah," tambahnya, sebelum menyerukan umat Islam untuk memboikot barang-barang keluaran Perancis.

Karim juga mengatakan Macron harus dirawat karena "penyakit mental"-nya, pernyataan senada dengan yang dibuat beberapa hari sebelumnya oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan paling gencar dalam kritiknya di antara para pemimpin politik dengan mengatakan bahwa Macron perlu diperiksa kepalanya dan telah tersesat.

Namun, tidak seperti yang dilakukan Turki, Pakistan, dan negara-negara mayoritas Muslim lainnya, pemimpin politik Bangladesh tidak menyerukan protes.

Bangladesh sendiri negara berpenduduk 160 juta jiwa yang sebagian besar beragama Islam, diatur oleh konstitusi yang sekuler. (*)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved