China Interfensi WHO, Singkirkan Taiwan dari Agenda Pertemuan Anggota WHO
China lagi-lagi bikin ulah di kancah internasional, kelakuannya menyebabkan Taiwan tersingkirkan dari agenda WHO.
TRIBUNPEKANBARU.COM - China lagi-lagi bikin ulah di kancah internasional, kelakuannya menyebabkan Taiwan tersingkirkan dari agenda WHO.
Taiwan saat ini masih belum menerima undangan pertemuan utama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang akan digelar pekan ini.
Taipe mengklaim, ada campur tangan China.
Pertemuan WHO pekan ini akan fokus membahas mengenai upaya penanganan pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia.
Perwakilan Amerika Serikat (AS) di WHO minggu lalu telah mendesak Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus untuk mengundang Taiwan.
Tetapi, WHO justru memerintahkan Taiwan untuk datang ke Majelis Kesehatan Dunia (WHA).
Pada Minggu (8/11/2020), Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan, pihaknya belum menerima undangan ke pertemuan virtual WHO yang akan dihadiri 194 negara anggota.
"Kementerian Luar Negeri mengungkapkan penyesalan dan ketidakpuasan yang kuat atas hambatan China terhadap Taiwan yang berpartisipasi dalam WHO," tulis Kementerian Luar Negeri Taiwan dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.
"Dan, WHO yang terus mengabaikan kesehatan dan hak asasi manusia dari 23,5 juta orang Taiwan," imbuh mereka.
Taipe menilai ada alasan politis di balik tidak diundangnya Taiwan dalam pertemuan tersebut. Menurut Kementerian Luar Negeri Taiwan, perilaku tersebut tidak sesuai dengan visi WHO, “health for all”.
Sampai saat ini Taiwan masih sulit mendapatkan akses menuju sebagian besar organisasi internasional, termasuk WHO, karena ada keberatan dari China.
China merasa bahwa Taiwan masih merupakan salah satu provinsinya dan tidak memiliki hak sebagai suatu negara yang berdaulat.
AS sebagai pendukung utama Taiwan, belakangan ini telah melakukan lobi-lobi ke WHO agar Taiwan bisa ikut serta dalam pertemuan. Upaya tersebut jelas membuat China geram.
Pada Jumat (6/11), perwakilan China di PBB mengecam upaya AS tersebut dan mengatakan bahwa Taiwan boleh saja ambil bagian dalam pertemuan organisasi internasional asal bersedia mengakui bagian dari China, sebuah syarat yang tidak mungkin dituruti Taipe.
WHO sendiri menegaskan, pihaknya telah bekerjasama dengan Taiwan dalam berbagai masalah kesehatan termasuk pada aspek pandemi, dan bahwa pulau tersebut telah diberikan bantuan yang dibutuhkannya.
Artikel ini sebelumnya tayang di Kontan
Baca juga:
Amril Mukminin Divonis 6 Tahun Penjara, Ketua DPRD Bengkalis Doakan Bupati Non Aktif Tabah
Niatnya Sudah Menggebu Hendak Memperkosa, Pelaku Malah Membunuh Korban Dengan Cara Sadis
Saking Ngebetnya Ingin Lolos, Kurir Sabu Ini Ngaku Polisi dan Ubah Plat Mobil, Tapi Tewas Tertembak
WHO Ingatkan Situasi Pandemi Covid-19 akan Semakin Rumit
Siap-siap akan situasi yang semakin rumit akan Virus Corona, Covid-19 dalam beberapa bulan ke depan.
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Rusia Melita Vujnovic mengingatkan hal itu kepada publik.
“Secara global, kita berada pada tahap kritis pandemi, terutama di belahan Bumi Utara. Beberapa bulan ke depan, akan sangat sulit, dan beberapa negara berada dalam situasi sulit,” tegasnya kepada kantor berita TASS, Selasa (3/11).
"Kasus Covid-19 terus meningkat, sementara jumlah kematian baru relatif stabil baru-baru ini," kata dia.
Vujnovic mencatat, hingga 23 Oktober lalu, lebih dari 41 juta kasus virus corona dan 1,1 juta kematian akibat Covid-19 terkonfirmasi di seluruh dunia.
Kelanjutan dari gelombang pertama
“Situasi saat ini dapat dilihat sebagai kelanjutan dari gelombang pertama. Pada April-Juni, kami mengamati penurunan kasus baru, tetapi bukan karena penyebab alami, melainkan lantaran penguncian yang ketat," ujarnya.
"Namun, virus belum juga hilang. Di mana saja, virus tetap dalam populasi. Oleh karena itu, setelah penguncian ketat berakhir, virus kembali," imbuh Vujnovic.
Menurut Vujnovic, WHO menyerukan semua negara untuk mengambil langkah-langkah yang tepat guna mencegah lebih banyak kematian, melindungi sistem kesehatan untuk memberikan perawatan medis bagi pasien Covid-19 dan penyakit lain.
“Fasilitas vaksin, diagnosis, dan pengobatan yang efektif akan sangat penting untuk mengakhiri pandemi dan mempercepat pemulihan global," ungkap dia.
"Tapi, alat penyelamat hidup ini hanya akan benar-benar efektif jika tersedia bagi mereka yang paling rentan atas dasar kesetaraan dan di semua negara secara bersamaan," tegasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/bendera-china-di-sebuah-pasar-di-kota-wuhan-china-29-juli-2020.jpg)