Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

China Dituduh Jadi Penjahat Cyber Paling Berbahaya di Dunia, Negara Ini Ketakutan

Kanada menyebutkan, China, Rusia, Iran dan Korea Utara adalah penjahat cyber paling berbahaya di dunia.

Penulis: Hendri Gusmulyadi | Editor: Rinal Maradjo
unsplash.com
China dituduh menjadi penjahat cyber paling berbahaya di dunia 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kanada menyebutkan, China, Rusia, Iran dan Korea Utara adalah penjahat cyber paling berbahaya di dunia.

Pernyataan itu disampaikan oleh Badan Keamanan Komunikasi (CSE) Kanada dalam sebuah laporan kepada Badan Intelijen negara itu pada Rabu (18/11/2020).

Dikutip Tribunpekanbaru.com dari Strait Times pada Kamis (19/11/2020), kejahatan cyber tersebut dipastikan akan menganggu stabilitas negara mereka.

"Aktivitas dunia maya yang disponsori negara umumnya merupakan ancaman paling canggih," kata CSE.

Data serupa juga pernah dirilis oleh CSE pada 2018.

Saat itu, CSE menyebut aktor berbasis asing tanpa mengidentifikasi mereka.

Namun kini, CSE terang-terangan menyampaikan bahwa pelaku kejahatan cyber itu adalah China, Rusia, Iran dan Korea Utara.

Sebelumnya, pada bulan Juli lalu, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat menuduh peretas yang didukung Rusia mencoba mencuri data vaksin Covid-19.

Tudingan itu sendiri, telah berulang kali dibantah oleh China dan Rusia.

Mereka menyanggah bahwa telah berulang kali mencoba masuk ke infrastruktur penting negara lain.

Tudingan terbaru dari Kanada itu sendiri muncul di tengah memburuknya hubungan Kanada dengan China selama dua tahun terakhir.

"Kami tentu memiliki sejarah panjang dalam mencatat perilaku dari China yang tidak sesuai dengan harapan kami," kata Scott Jones, kepala keamanan dunia maya di CSE pada Rabu (18/11/2020).

Jones sendiri tidak menjawab secara langsung ketika ditanya tuduhannya terhadap empat negara tersebut.

CSE mengatakan sangat tidak mungkin peretas akan mencoba menyebabkan kerusakan besar atau membunuh orang tanpa adanya perang.

"Mungkin menargetkan organisasi Kanada yang kritis untuk melakukan pra-posisi untuk kegiatan di masa depan, atau sebagai bentuk intimidasi," tambahnya.

"Aktor yang disponsori negara sangat mungkin mencoba untuk mengembangkan kemampuan dunia maya tambahan yang diperlukan untuk stabilitas negara lewat peretasan sistem digital," katanya.

CSE mengatakan ancaman potensi peretasan serius sangat mungkin dilakukan, mengingat berapa banyak orang yang mengandalkan layanan digital di tengah pandemi virus corona.

Saat ini, CSE sedang menyelidiki Huawei Technologies Co Ltd China dapat memasok peralatan untuk jaringan 5G generasi berikutnya.

Amerika Serikat dan sekutunya, saat ini telah memblokir Huawei.

Pemblokiran dilakukan karena adanya kecurigaan aktivitas mata-mata yang dilakukan oleh raksasa teknoligi China tersebut.
( Tribunpekanbaru.com / Nolpitos Hendri )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved