Lapor Pak Nadiem! Guru di Riau Terpaksa Tatap Muka dengan Siswa karena Minim Jaringan Seluler
Kita tidak bisa paksakan belajar Daring, sebab di Siak tidak semua wilayahnya mempunyai jaringan seluler yang baik," kata Kepala Dinas Pendidikan
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Meski telah berbulan-bulan masa pandemi Covid 19, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ternyata tidak gampang diterapkan.
Apalagi di kabupaten Siak, masih banyak bagian wilayahnya yang tidak mempunyai jaringan seluler.
"Kita tidak bisa paksakan belajar Daring, sebab di Siak tidak semua wilayahnya mempunyai jaringan seluler yang baik," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Siak Lukman, Kamis (18/11/2020).
Dari hasil penjajakannya, di kampung Mandiangin, kecamatan Kandis hanya 40 persen yang bisa bisa Daring.
Persoalan lain di sana adalah masih banyak masyarakat yang tidak memiliki sarana untuk belajar Daring.
Akibatnya ada juga guru-guru yang mengajarkan anak didiknya secara tatap muka di sekolah di masa pandemi ini.
"Karena sulitnya jaringan internet di daerah tersebut, karena tidak bisa Daring kami harus membuat pembelajaran Luring," kata dia.
Menurut dia, belajar secara Luring ini, ada yang dilakukan dengan cara siswanya ke sekolah dan ada juga yang gurunya mendatangi siswanya di pos-pos tertentu.
Waktu belajarnya juga biasanya tidak terlalu lama seperti belajar biasanya.
"Biasanya kalau ke sekolah itu jumlah siswa dibatasi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, pakai masker dan menjaga jarak serta mencuci tangan sebelum masuk kelas," kata dia.
Lukman menegaskan, hingga saat ini Disdikbud Kabupaten Siak belum ada mengeluarkan kebijakan resmi untuk mengaktifkan kembali belajar tatap muka di sekolah ini.
"Kemungkinan akan kita mulai belajar tatap muka ini pada awal semester genap.
Sekarang ini kita lakukan persiapan mulai dari daftar periksa secara fisik maupun adminitrasi dan izin orangtua," kata dia.
Meski nanti belajar tatap muka di sekolah aktif kembali, belajar daring tetap dilakukan jika ada orangtua yang khawatir anaknya tertular Covid-19 dari lingkungan sekolah.
"Kita siapkan skenarionya sekarang. Kita sudah mulai sosialisasikan AKM untuk peserta didik dan guru.
Simulasinya tahun ini sudah kita mulai di Kecamatan Sungai Apit, di daerah Penyengat," kata dia.
Alasannya, di Penyengat tidak ada warga yang terkena Covid-19 hingga saat ini.
Kampung masih bersih dan menjadi kampung alternatif.
" Kita tetap membuat protokol kesehatan yang ketat, sebab keselamatan dan kesehatan itu yang pertama," kata dia. (Tribunpekanbaru.com/mayonal putra)