Tak Terkendali, Polisi Thailand Kembali Pakai Pasal Penghinaan Raja Setelah 2 Tahun
dua tahun terakhir dakwaan diajukan berdasarkan apa yang disebut hukum lese majeste terkait penghinaan terhadap keluarga kerajaan.
Penulis: | Editor: Firmauli Sihaloho
"Mari kita rebut kembali properti yang seharusnya menjadi milik rakyat," kata kelompok protes FreeYouth.
Dikatakan perubahan itu dilakukan untuk menghindari konfrontasi, termasuk dengan loyalis kerajaan Thailand yang juga berencana pergi ke Biro Properti Mahkota untuk membela monarki.
Baca juga: Prabowo Subianto Beri Arahan Usai Menteri KKP Edhy Ditangkap KPK Terkait Ekspor Lobster, Ini Katanya
Baca juga: UPDATE Pria yang Tukar Bunga Keladi dengan Avanza: Dicemooh tapi Tetap Tegar
Baca juga: UPDATE Kasus Maybank: Dari Rp 22.9 Miliar, Maybank bakal Ganti Uang Winda Rp 16,8 Miliar, Sisanya?
Polisi tidak segera tersedia untuk mengomentari perubahan tersebut.
Lebih dari 50 orang terluka pada pekan lalu ketika polisi menggunakan meriam air dan gas air mata saat berhadapan dengan ribuan pengunjuk rasa di parlemen, yang dicatat sebagai hari paling kelam selama lebih dari empat bulan demonstrasi.
Istana Kerajaan tidak memberikan komentar sejak protes dimulai, meskipun Vajiralongkorn mengatakan bahwa semua pengunjuk rasa sama-sama dicintainya ketika dimintai komentar tentang demonstrasi terhadapnya.
Perdana Menteri Prayuth telah menolak seruan pengunjuk rasa untuk mengundurkan diri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/para-demonstran-pro-demokrasi.jpg)