Perdana Menteri Armenia Mengaku Kalah Perang, Rakyatnya Menuntut Mundur
Ribuan orang Armenia menggelar aksi di ibukota negara itu, Kota Yerevan pada hari Sabtu (20/12/2020). Mereka menuntut Perdana Manteri Armenia mundur
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Rinal Maradjo
TRIBUNPEKANBARU.COM - Ribuan orang Armenia menggelar aksi di ibukota negara itu, Kota Yerevan pada hari Sabtu (20/12/2020).
Aksi itu digelar untuk memperingati tentara yang tewas dalam perang enam minggu di wilayah Nagorno-Karabakh pada bulan lalu.
Dalam perang itu, Armenia mengaku kalah dan melepaskan wilayah Nagorno Karabakh kepada Azerbaijan.
Akibatnya, ratusan ribu warga Armenia yang telah berdomisili di kota selama berpuluh tahun terpaksa angkat kaki.
Tak hanya itu, ratusan tentara Armenia juga tewas dalam pertempuran dengan tentara Azerbaijan dalam pertempuran tersebut.
Banyaknya korban jiwa dan korban harta di pihak Armenia,
membuat tekanan terhadap Perdana Menteri Nikol Pashinyan makin meningkat.
Salah satunya adalah aksi unjuk rasa yang berlangsung saban waktu di ibukota Armenia sejak kekalahan dalam perang di Nagorno Karabakh.
Para pengunjuk rasa yang menggelar aksi pada Sabtu kemarin, juga mengusung tuntutan utama meminta sang perdana menteri mundur dari kursi kekuasaan.
Pashinyan sendiri di waktu bersamaan juga memimpin pawai hari berkabung, ke pemakaman militer Yerablur untuk menyalakan dupa di atas kuburan tentara yang tewas bersama dengan pejabat senior lainnya.
Meskipun para pendukungnya memenuhi pemakaman itu,
namun dalam rekaman yang dipublikasikan di televisi Armenia terlihat jelas bahwa para pengunjuk rasa dengan lantang meneriakkan "Nikol adalah pengkhianat!" di depan konvoi pawai sang perdana menteri.
Sementara itu, Oposisi Armenia telah meminta para pendukungnya untuk bergabung dalam pemogokan nasional pada 22 Desember, di akhir masa berkabung selama tiga hari,
Aksi mogok itu ditujukan untuk menekan Pashinyan agar mengundurkan diri atas kerugian yang ditimbulkan dalam konflik di Nagorno-Karabkh.
Pashinyan sendiri sebelumnya telah menyatakan tidak akan mundur dari jabatannya.
Ia bersikeras, tindakan yang diambilnya dalam menghadapi perang di Nagorno Karabakh adalah keputusan yang menyelamatkan bangsa itu secara umum.
Sementara itu, di perbatasn Nagorno Karabakh, pasukan Azerbeijan menangkap belasan tentara Armenia pada Rabu lalu.
Penangkapan itu menambah ketegangan pada kesepakatan gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran bulan lalu.
Kedua belah pihak masih mulai bertukar kelompok tawanan perang sebagai bagian dari pertukaran "semua untuk semua" yang dimediasi oleh Rusia.
Moskow telah mengerahkan pasukan penjaga perdamaian untuk mengawasi gencatan senjata, tetapi pertempuran kecil tetap dilaporkan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/rakyat-armenia-protes-usai-kalah-perang-dengan-azerbaijan.jpg)