Vaksin Covid-19 Bisa Picu Alergi Parah, Siapa Saja yang Sebaiknya Tidak Diberi Vaksin Corona?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) sedang memantau laporan reaksi alergi terhadap vaksinasi Covid-19

Editor: Nurul Qomariah
JOEL SAGET / AFP
Jarum suntik dan botol bertuliskan "Vaccine Covid-19". 

TRIBUNPEKANBARU.COM,NEW YORK - Para penderita alergi sebaiknya tidak diberi vaksin Covid-19 karena berbahaya bagi kesehatan mereka.

Belakangan ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) sedang memantau laporan reaksi alergi terhadap vaksinasi Covid-19.

CDC juga membuat rekomendasi tentang siapa saja yang tidak bisa mendapatkan vaksinansi Covid-19 lanjutan bila ada ada reaksi parah.

Siapa pun yang memiliki reaksi parah terhadap vaksin Covid-19, menurut CDC seharusnya tidak mendapatkan dosis kedua, demikian dikutip dari Reuters.

Baca juga: Buka hingga Jam 7 Malam,Berapa Tarif Rapid Test Antigen Bandara SSK II Pekanbaru? Ini Penjelasannya

Baca juga: PROMO SPESIAL NATAL, Christmas Dinner with Sukiyaki hanya Rp120 ribu di Hotel Labersa

Baca juga: DETIK-detik Kapal Banawa Oleng danTerbalik,Rinaldi Gemetar Kisahkan Korban Tewas Duduk di Sampingnya

CDC mendefinisikan reaksi parah itu adalah mereka yang membutuhkan obat epinefrin atau perawatan di rumah sakit.

Orang yang mengalami reaksi alergi parah terhadap bahan apa pun dalam vaksin Covid-19 harus menghindari formulasi vaksin yang mengandung bahan tersebut, kata CDC.

Dua vaksin telah disetujui di Amerika Serikat di bawah otorisasi penggunaan darurat.

Individu dengan riwayat reaksi alergi parah terhadap vaksin harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang suntikan vaksin Covid-19.

CDC menyebutkan, orang dengan alergi parah terhadap makanan, hewan peliharaan, lateks atau kondisi lingkungan serta orang dengan alergi obat oral atau riwayat keluarga dengan reaksi alergi parah masih bisa divaksinasi.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sedang menyelidiki sekitar lima kasus reaksi alergi terjadi setelah orang diberikan vaksin Covid-19 Pfizer Inc dan BioNTech SE di Amerika Serikat minggu ini.

Pada Jumat lalu, FDA menyatakan, vaksin Moderna Inc, yang mendapat izin penggunaan darurat.

Tidak boleh diberikan kepada individu yang diketahui memiliki riwayat reaksi alergi parah terhadap komponen suntikan apa pun.

Sementara, regulator medis Inggris menyebutkan, siapa pun dengan riwayat anafilaksis.

Atau reaksi alergi parah terhadap obat atau makanan, tidak boleh diberi vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech.

Kelemahan Vaksin Pfizer

Vaksinasi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) telah dimulai pada Senin (14/12/2020) setelah regulator setempat menyetujui penggunaan darurat vaksin corona buatan Pfizer dan BioNTech.

Presiden AS terpilih Joe Biden direncakan akan mendapatkan vaksin secepatnya minggu depan.

Namun, peluncuran awal vaksin Pfizer-BioNTech di AS diwarnai berbagai kendala. Seorang petugas kesehatan di Alaska dikabarkan mengalami reaksi alergi serius setelah disuntik vaksin pada 15 Desember.

Walaupun saat ini kondisinya sudah mulai stabil, menurut Otoritas Kesehatan Masyarakat yang dikutip Reuters, Rabu (17/12/2020).

Reaksi itu terjadi beberapa menit setelah mendapatkan suntikan vaksin. Itu serupa dengan dua kasus yang dilaporkan minggu lalu di Inggris.

Regulator medis Inggris telah mengimbau semua orang yang punya riwayat anafilaksis atau reaksi alergi parah terhadap obat atau makanan, tidak boleh mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech.

Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyebutkan, kebanyakan orang Amerika yang alergi aman menerima vaksin.

Hanya orang yang sebelumnya memiliki reaksi alergi parah terhadap vaksin atau bahan dalam vaksin saja yang harus menghindari suntikan.

Lindy Jones, Direktur Departemen Gawat Darurat di ibukota Alaska tempat pasien dirawat mengatakan, pasien tersebut tidak punya riwayat reaksi alergi.

Gejala pada pasien paruh baya itu sembuh setelah diberikan pengobatan alergi epinefrin.

Pfizer menyebutkan, vaksin mereka dilengkapi dengan peringatan yang jelas bahwa perawatan dan pengawasan medis yang tepat harus selalu tersedia jika terjadi anafilaksis.

Pfizer berjanji akan memperbarui bahasa pelabelan untuk vaksin jika memang diperlukan.

Selain itu, peluncuran Pfizer ini juga mengalami kendala karena vaksin disimpan dalam suhu yang terlalu dingin.

Setidaknya dua baki dosis vaksin yang dikirim di California perlu diganti setelah suhu penyimpanannya turun di bawah minus 80 Celcius (minus 112 Fahrenheit).

Seharusnya vaksin itu disimpan pada suhu sekitar minus 70C.

Para pejabat setempat sedang menyelidiki apakah menyimpan vaksin pada suhu yang terlalu dingin menimbulkan risiko keamanan atau kemanjuran

Ugur Sahin, Kepala Eksekutif BioNTech mengatakan kepada Reuters pekan lalu, target produksi awal Pfizer sebesar 100 juta dosis.

Dikurangi setengahnya awal tahun ini sebagian karena masalah dengan pasokan bahan mentah.

Dia mengatakan, masalah itu telah diselesaikan dan produksi telah dimulai dalam skala besar.

Para pejabat mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka berencana mengalokasikan 2 juta dosis vaksin Pfizer minggu depan.

Dan 5,9 juta dosis dari Moderna Inc dengan asumsi telah menerima otorisasi peraturan. Vaksin Moderna kemungkinan akan disahkan secepatnya pada hari Jumat.

Jenis-jenis Vaksin Covid-19 dan Keunggulannya

Sejumlah perusahaan farmasi telah membuat langkah besar dalam perlombaaan global memproduksi vaksin.

Selain kongsi AS-Jerman dengan produksi vaksin Pfizer-BioNTech, di barat ada vaksin Moderna dan Astrazeneca yang dikembangkan cukup cepat.

Dari China ada dua vaksin yang melaju cepat dan sudah meramah ke luar negeri yakni Sinovac dan Sinopharm. Sedangkan Rusia mengembangkan Gamaleya.

Vaksin yang dikembangkan Sinovac merupakan jenis CoronaVac yakni vaksin yang tidak aktif.

Cara kerjanya menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk mengekspos sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa risiko respons penyakit yang serius.

Sementara vaksin Moderna dan Pfizer merupakan jenis vaksin mRNA dimana cara kerjanya bagian dari kode genetik virus corona disuntikkan ke dalam tubuh.

Memicu tubuh untuk mulai membuat protein virus, tetapi tidak seluruh virus, yang cukup untuk melatih sistem kekebalan untuk menyerang.

Associate Prof Luo Dahai dari Nanyang Technological University mengatakan, CoronaVac adalah metode vaksin yang lebih tradisional yang berhasil digunakan di banyak vaksin terkenal.

"Sedangkan mRNA adalah jenis vaksin baru, belum ada contoh yang berhasil digunakan dalam populasi," katanya dikutip BBC.

Salah satu keunggulan utama Sinovac adalah dapat disimpan di lemari es standar pada suhu 2-8 derajat Celcius, sama seperti AstraZeneca.

Sementara, vaksin Moderna perlu disimpan pada suhu -20C dan vaksin Pfizer pada -70C.

Ini berarti vaksin Sinovac dan Oxford-AstraZeneca jauh lebih berguna bagi negara berkembang yang mungkin tidak dapat menyimpan vaksin dalam jumlah besar pada suhu rendah.

( Sumber: Kontan.co.id )

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved