Ngeri Juga, Kisah Ketika Pasukan Khusus Indonesia Diterjunkan ke Wilayah Suku Pemakan Manusia
Salah satu kisah menegangkan yang dialami pasukan 'Baret Merah' adalah ketika mereka diterjunkan ke wilayah terasing di Irian Barat pada tahun 60-an.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Indonesia memiliki pasukan khusus yang memiliki tugas yang mungkin tak pernah dimiliki pasukan-pasukan lainnya.
Cerita soal pasukan khusus Indonesia ini, selalu menarik untuk disimak, dan kadang kisahnya tak pernah terbayangkan oleh banyak orang.
Berbagai misi telah dijalankan oleh pasukan khususnya Indonesia, yang membuat pasukan ini makin dibanggakan oleh masyarakat tanah air.
Sebagai pasukan khusus Indonesia, anggota yang bergaubung di dalamnya harus siap diterjunkan dalam misi berbahaya apapun dan medan menantang manapun.
Termasuk dikirim ke wilayah pedalaman yang terkenal akan kengeriannya.
Salah satu kisah menegangkan yang dialami pasukan 'Baret Merah' adalah ketika mereka diterjunkan ke wilayah terasing di Irian Barat pada tahun 60-an.
Pada tahun 1961 Michael Rockfeller putra raja minyak AS yang super kaya melaksanakan ekspedisi ke pedalaman Papua Nugini tapi tak lama kemudian Rockfeller dinyatakan hilang.
Sekitar dua bulan kemudian setelah diupayakan pencarian, jasad Rockfeller hanya ditemukan berupa sepotong kaki yang masih mengenakan sepatu.
Berdasar jenis sepatu itulah sepotong kaki itu kemudian dikenali sebagai jasad dari mendiang Rockfeller.
Kabar kematian Rockfeller dengan cara yang sangat tragis itu pun menjadi perhatian dunia internasional termasuk rumor bahwa Rockfeller telah dimakan oleh suku terasing yang tinggal di hutan belantara Papua Nugini.
Rumor tentang keberadaan suku pemakan manusia tidak hanya beredar di Papua Nugini tapi juga menyebar ke kawasan pedalaman Irian Barat (Papua) yang di tahun 1960-an masih merupakan hutan lebat yang belum terjamah.
Pada 5 Mei 1969 meski rumor tentang keberadaan suku pemakan manusia di pedalaman Papua masih santer, sekitar 7 anggota pasukan baret merah (RPKAD/Kopassus), 5 anggota Kodam XVII Cenderawasih Papua dan tiga warga asing yang juga kru televisi NBC AS, serta satu wartawan TVRI, Hendro Subroto melaksanakan ekspedisi ke Lembah X yang berlokasi di lereng utara gunung Jayawijaya.
Tim ekspedisi yang berjumlah total 16 orang itu dipimpin oleh personel RPKAD Kapten Feisal Tanjung sebagai Komandan Tim dan Lettu Sintong Panjaitan sebagai Perwira Operasi.
Lokasi ekspedisi disebut sebagai Lembah X dan berada di lereng utara Gunung Jayawijaya yang berpemandangan elok sekaligus merupakan tempat yang belum pernah dijamah oleh manusia dari luar.
Suku setempat masih dikenal sebagai suku yang sangat terasing dan dimungkinkan merupakan suku yang masih memakan manusia seperti yang dialami oleh Rockfeller.