Asesmen Nasional vs Ujian Nasional, Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Perlu Bimbel, Ini Penjelasannya
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau Mendikbud Nadiem Makarim meminta para orangtua murid tak khawatir terhadap pelaksanaan Asesmen Nasional
Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
Laporan hasil Asesmen Nasional akan dirancang untuk menjadi 'cermin' atau umpan balik yang berguna bagi sekolah dan Dinas Pendidikan dalam proses evaluasi diri dan perencanaan program.
Mengapa yang diukur adalah literasi dan numerasi?
Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi Membaca dan Literasi Matematika (atau Numerasi).
Keduanya dipilih karena merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan diperlukan oleh semua murid, terlepas dari profesi dan cita-citanya di masa depan.
Literasi dan numerasi juga merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran.
Kemampuan membaca yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya dikembangkan tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga pelajaran agama, IPA, IPS, dan pelajaran lainnya.
Kemampuan berpikir logis-sistematis yang diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui berbagai pelajaran.
Mengukur literasi dan numerasi, Asesmen Nasional mendorong guru semua mata pelajaran untuk berfokus pada pengembangan kompetensi membaca dan berpikir logis-sistematis.
Mengapa Asesmen Nasional juga mengukur karakter murid?
Asesmen Nasional tidak hanya memotret hasil belajar kognitif murid namun juga memotret hasil belajar sosial emosional.
Asesmen nasional diharapkan dapat memotret sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja murid di berbagai konteks yang relevan.
Hal ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa proses belajar-mengajar harus mengembangkan potensi murid secara utuh baik kognitif maupun non kognitif.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Asesmen Nasional Beda dengan UN, Menteri Nadiem: Tak Tentukan Kelulusan, Orang Tua Tak Usah Khawatir.