Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

AJAIB! Salju Selimuti Gunung Batu di Arab Saudi, Gurun Kerontang Tiba-tiba Dingin

Salju turun di Arab Saudi. Jabal Al-Lawz yang kering kerontang dan panas tiba-tiba dingin

Penulis: buditengkar | Editor: Rinal Maradjo
Arabnews
Salju di Arab Saudi tepatnya di Jabal Al-Lawz 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Peristiwa langka terjadi di Arab Saudi. Di bagian barat laut negara ini, salju tiba-tiba turun.

Gunung batu yang kering kerontang dan berudara panas tiba-tiba berubah dingin.

Warna coklat dan hitam batu-batu cadas kini berubah putih karena berselimut salju.

Gunung batu yang bersalju itu bernama Jabal Al-Lawz atau dikenal juga dengan Gunung Almond.

Nama Almond disematkan karena di lereng gunung batu itu banyak ditumbuhi pohon almond.

Gunung Jabal Al-Lawz sendiri berdiri tegak di ketinggian lebih dari 2.600 meter di atas permukaan laut.

Turunnya salju di kawasan Gunung Jabal Al-Lawz langsung digarap oleh Pemerintah Arab Saudi sebagai jualan wisata negara mereka.

Bahkan, Otoritas Pariwisata Saudi (STA) telah memilih daerah itu sebagai salah satu dari 17 daerah tujuan wisata di negara itu.

Di tempat itu, Pemerintah Arab Saudi menyediakan area ski, seluncur salju, dan tubing serta arena pertarungan bola salju?

Tak hanya itu, di tempat itu juga disediakan kawasan untuk untuk berkemah di atas pasir lembut yang tertutup salju.

Dilansir Tribunpekanbaru.com dari Arabnews pada Minggu (31/1/2021) disebutkan,

Jejak salju di Arab Saudi yang lembut yang dipayungi langit berbintang adalah peristiwa langka yang sangat jarang terjadi di Arab Saudi.

Otoritas Pariwisata Saudi (STA) menyebutkan, pihaknya telah menyediakan berbagai macam paket wisata selama Musim Dingin Arab Saudi.

Paket itu dibedakan antara warga negara setempat, penduduk dan pengunjung negara-negara lainnya.

Diperkirakan, salju di Arab Saudi itu akan berakhir pada penghujung Maret nanti.

"Kami menyediakan lebih dari 300 tour guide berpengalaman dan 200 operator tur dan perusahaan pariwisata," sebut STA.

Gurun Sahara Bersalju

Gurun Sahara , gurun terluas di Dunia dan terkenal dengan udara ekstrimnya yang super panas tiba-tiba diselimuti salju. Bahkan suhu udaranya minus derajat celcius.

Peristiwa itu terjadi di Gurun Sahara di daerah Ain Sefra, di Aljazair pada Rabu (13/1) lalu.

Dari gambar yang diposting Karim Bouchetata di laman instagram dan facebooknya, terlihat gambar-gambar yang yang tak masuk di akal.

Di postingannya terlihat gurun-gurun pasir diselimuti butiran-butiran salju.

Salju itu menghampar luas, pasir gurun yang biasanya berwarna coklat tiba-tiba berubah putih.

Menurut Desert USA, Sahara dikenal memiliki salah satu iklim paling parah di Bumi, dengan curah hujan yang sangat sedikit, angin kencang dan rentang suhu yang luas.

Sementara itu, Menurut The Sun pada Rabu (20/1), Gurun yang terkenal terik itu pun mengalami penurunan suhu hingga -2 derajat Celsius.

Salju pun menutupi area yang dekat dengan kota gurun Ain Sefra, di Aljazair pada Rabu (13/1).

Tak hanya di Aljazair, di beberapa bagian Arab Saudi juga dilaporkan sempat mengalami hujan salju ringan.

Para penduduk setempat mengungkapkan kegembiraan atas fenomena langka tersebut.

Turunnya salju di wilayah Arab Saudi menandakan peristiwa ini terjadi untuk pertama kalinya dalam lebih dari setengah abad.

Ini juga pertama kalinya suhu di wilayah itu turun di bawah titik beku.

Menurut laporan, suhu sampai ke -2 Celsius di wilayah barat daya.

Menurut laporan Forbes, peristiwa langka itu hanya terjadi tiga kali dalam 37 tahun terakhir.

Tiga hujan salju sebelumnya terjadi pada 1979, 2016, dan 2017.

Dulunya Daerah Lembab

Wilayah Afrika utara dan barat yang ditutupi oleh Gurun Sahara telah mengalami fluktuasi suhu dan curah hujan sepanjang sejarah.

Meskipun saat ini kering dan gersang, hal ini tidak selalu terjadi.

Penelitian menunjukkan bahwa Afrika utara dulunya lembab dan subur, dengan banyak danau-danau besar, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan pemukiman manusia.

Dalam 15.000 tahun atau lebih, diperkirakan gurun Sahara akan menjadi subur dan hijau kembali.

Sahara, dan Afrika Utara pada umumnya, berayun di antara iklim basah dan kering setiap 20.000 tahun karena perubahan poros bumi saat planet kita mengorbit matahari.

Sahara bukanlah satu-satunya tempat di mana cuaca berubah secara tak terduga dalam beberapa minggu terakhir.

( Rinal Sagita / Tribunpekanbaru.com )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved