Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

China Makin Berambisi Ciptakan Tentara Super, Manusia Tahan Sakit dan Tak Punya Rasa Takut

Tentara super diharapkan menjadi andalan di masa depan dalam berbagai kepentingan militer China.

Editor: Muhammad Ridho
screengrab facebook
Tentara China Menangis Ketakutan setelah Tahu Ditugaskan ke Perbatasan India, Videonya. Tentara China menangis ketakutan dalam bus yang membawa mereka ke perbatasan India. 

Pada 2019, terbit tulisan akademis soal militer China "yang aktif mengeksplorasi teknik modifikasi genetika untuk membangun tentara super". 

Disebutkan pula China "mengeksplorasi kemungkinan mengembangkan seragam canggih dan kolaborasi antara manusia dan mesin". 

Tulisan ini disusun sebagian besar mendasarkan pada pendapat pakar strategi China. Namun, salah seorang penulis artikel tersebut, Elsa Kania, juga mengungkap hal lain. 

"Memang penting mendiskusikan mengapa militer China membahas dan ingin mewujudkan ambisi mereka, tapi penting juga untuk mengakui kesenjangan antara ambisi dan kemampuan teknologi mereka secara riil," kata Kania. 

Ia menjelaskan militer di seluruh dunia punya ketertarikan yang besar soal kemungkinan manusia membangun tentara super.

Namun pada akhirnya semua tersadarkan oleh kenyataan bahwa sains juga punya keterbatasan, yang membuat ambisi membangun tentara super, tak bisa diwujudkan. 

Dr Helen O'Neill, pakar genetika molekuler dari University College London, Inggris, berpendapat pertanyaanya bukan soal apakah pengembangangan tentara super dimungkinkan atau tidak, tapi lebih ke apakah para saintis mau menggunakan teknologi yang tersedia. 

Ia mengatakan teknologi yang dimaksud, penyuntingan genom dan kombinasinya dengan metode reproduksi berbantu (assisted reproduction), sudah semakin sering diterapkan di bidang transgenik dan pertanian. 

"Namun untuk saat ini penerapannya pada manusia masih dianggap tidak etis," kata O'Neill. 

Pada 2018, saintis China, He Jiankui, mengeluarkan pengakuan mengejutkan bahwa "ia berhasil mengubah DNA pada embrio dua gadis kembar agar mereka tak tertular HIV". 

Pengakuannya memicu kemarahan. Penyuntingan DNA dilarang di banyak negara, termasuk China.

Biasanya dibolehkan dalam situasi khusus dan hanya dibatasi untuk embrio hasil bayi tabung yang gagal. 

Masih ada persyaratan lain, embrio tersebut dihancurkan dan tak dipakai untuk membuat bayi.

He Jiankui membela diri namun ia kemudian dipenjara karena melanggar larangan pemerintah. 

Pengakuan He Jiankui memicu perdebatan. Ada yang setuju dan tentu saja ada yang tidak.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved