Para Sultan Sumurgeneng Pada Bikin Rumah Mewah di Kawasan Relokasi, Tak Puas Sama Mobil Baru
kini warga Desa Sumurgeneng yang kaya mendadak karena pembebasan lahan proyek kilang Pertamina, ramai-ramai membangun rumah mewah dan baru
Sebab di tiga dusun di Desa Wadung, yang terdampak di Desa Wadung sebagian besar adalah bangunan.
"Nilai tanah dan bangunan yang dibeli hampir sama dengan yang saya beli tanah untuk bmemuat rumah baru. Tanah dihargai Pertamina Rp 600.000, saya beli tanah juga sekarang harganya segitu," pungkasnya.
Pria yang sempat menolak pembangunan kilang itu mengungkapkan alasan melakukan relokasi mandiri.
Hal itu karena relokasi yang dijanjikan oleh Pertamina tidak jelas, sehingga keputusan relokasi mandiri itu diambil bersama warga lainnya.
Di sisi lain, warga juga tidak mau relokasi yang ditawarkan Pertamina di luar Desa Wadung.
"Tidak jelas relokasi yang ditawarkan Pertamina, makanya kami relokasi mandiri. Tidak masalah, lebih baik begini karena kami tidak ingin keluar dari Desa Wadung," tutupnya.
Sekadar diketahui, lahan warga dihargai appraisal sekitar Rp 600.000 sampai Rp 800.000 per meter, menyesuaikan lokasi.
Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektare.
Rinciannya, lahan warga 384 hektare di Desa Sumurgeneng, Kaliuntu dan Wadung, KLHK 328 hektare dan Perhutani 109 hektare.
Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi pada 2026. Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.
Warga Tetap Jadi Petani
Selain itu, meski telah mendapat miliaran rupiah yang dipergunakan untuk bangun rumah, tabungan, beli mobil dan tanah, namun aktivitas warga setempat masih sama sebagai petani.
Ali Sutrisno misalnya.
Dia telah memborong tiga mobil.
"Ya tetap bertani, seperti sekarang jemur jagung," kata Ali Sutrisno (37).
