Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Biarawati Ini Berlutut Depan Polisi, Memohon Tidak Menyiksa Anak-anak, 'Tembak & Bunuhlah Saya'

Saya berlutut, memohon agar mereka tidak menembak dan menyiksa anak-anak, tapi tembak dan bunuhlah saya

Editor: Muhammad Ridho
AFP/MYITKYINA NEWS JOURNAL
Foto yang diambil pada Senin (8/3/2021) dan dirilis pada Selasa (9/3/2021) ini memperlihatkan seorang biarawati Katolik yang memohon kepada polisi untuk tidak menyakiti pengunjuk rasa yang berdemonstrasi di Myitkyina yang berada di Negara Bagian Kachin, Myanmar. 

Biarawati Ini Berlutut Depan Polisi, Memohon Tidak Menyiksa Anak-anak, 'Tembak & Bunuhlah Saya'

Sejak kudeta militer, Myitkyina telah menyaksikan tindakan keras otoritas termasuk kekerasan saat membubarkan aksi damai guru bulan lalu.

Sejauh ini, menurut lembaga Assistance Association for Political Prisoners, ada lebih dari 60 orang tewas dalam demonstrasi antikudeta di seluruh Myanmar.

====

TRIBUNPEKANBARU.COM - Lindungi anak-anak di Myanmar, biarawati Katolik ke polisi mohon tak siksa dan tembak mereka, "tapi tembak dan bunuhlah saya".

Viral foto seorang biarawati Katolik yang berlutut di hadapan sejumlah polisi bersenjata.

Foto itu mempelihatkan sang biarawati berlutut di jalanan berdebu Kota Myitkyina di Utara Myanmar, Suster Ann Rose Nu Tawng memohon pada sekelompok polisi untuk mengampuni “anak-anak” dan mengambil nyawanya sebagai gantinya.

Keberanian biarawati Katolik dengan pakaian putih dan tangan telentang saat memohon pada pasukan junta Myanmar saat akan menindak unjuk rasa menjadi viral dan mendapat pujian di negara dengan mayoritas umat Budha itu.

“Saya berlutut, memohon agar mereka tidak menembak dan menyiksa anak-anak, tapi tembak dan bunuhlah saya,” katanya.

Sikap Nu Tawng di Kota Myitkyina Senin (8/3/2021) itu terjadi saat gelombang protes melanda Myanmar pascakudeta militer yang menggulingkan Pemimpin Sipil Myanmar Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu.

Saat unjuk rasa ribuan rakyat Myanmar menuntut kembalinya demokrasi berlangsung junta militer mulai meningkatkan tekanannya dengan memakai gas air mata, meriam air, peluru karet, dan peluru tajam untuk membubarkan demonstrasi.

Pada Senin, para demonstran yang memakai topi dan membawa pelindung diri bikinan sendiri sebagai perisai memenuhi jalanan Myitkyina, ibukota Negara Bagian Kachin.

Pengunjuk rasa berlindung di balik perisai saat aparat keamanan mulai menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi antikudeta militer mereka di dekat pagoda Shwezigon di Nyaung-U, Myanmar, Minggu (7/3/2021).
Pengunjuk rasa berlindung di balik perisai saat aparat keamanan mulai menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi antikudeta militer mereka di dekat pagoda Shwezigon di Nyaung-U, Myanmar, Minggu (7/3/2021). (AFP VIA KOMPAS.COM)

Ketika polisi mulai mengelilingi mereka, Nu Tawng dan dan dua suster lainnya memohon mereka untuk pergi.

"Polisi mengejar untuk menangkap mereka dan saya khawatir akan anak-anak,” ujarnya.

Saat itulah perempuan berusia 45 tahun itu berlutut.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved