Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

UEFA Nilai EURO 2020 Tidak Adil, Banyak Penggemar yang Dirugikan Gara-gara Ini

UEFA menilai pelaksanaan EURO 2020 tidak adil. Banyak sekali penggemar yang dirugikan. Setelah dikaji, ternyata inilah penyebabnya

Editor: Budi Rahmat
ANDY RAIN / POOL / AFP
Para pemain Inggris merayakan kemenangan mereka dalam pertandingan sepak bola babak 16 besar UEFA EURO 2020 antara Inggris dan Jerman di Stadion Wembley di London pada 29 Juni 2021. 

TRIBUNPEKANBARU.COM- UEFA membeberkan penggemar banyak yang dirugikan pada gelaran EURO 2020 tahun 2021.

Sebab ada beberapa negara yang diuntungkan hingga mereka bisa lolos ke babak yang lebih tinggi dibandingkan negara lainnya.

Salah satu yang mendapat sorotan adalah Inggris.

The Three Lions enam kali menjadi tuan rumah dalam EURO 2020 ini.

Termasuk pada partai puncak nanti menghadapi Italia.

Baca juga: Jadwal Final EURO 2020, Italia vs Inggris, Adu Kuat Fisik dan Skill, Azzurri Diunggulkan Berkat Ini

Baca juga: Pertandingan Inggris vs Denmark Bermasalah, UEFA Turun Tangan, Final EURO 2020 Bagaimana Nasibnya,

Inggris akan bermain di Stadion Wembley kota London.

Kenyataan tersebut sangat menguntungkan Inggris. Makanya mereka bisa melaju ke partai puncak sejauh ini.

Selain tentunya kemampuan negara tersebut dalam melakoni setiap pertandingan.

Namun UEFA memandang bahwa INggris sangat diuntungkan karena mereka banyak bermain di markasnya sendiri.

Kenyataan yang membuat UEFA akan mengatur lagi terkait dnegan tuan rumah pertandingan EURO

Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, menyebut gelaran EURO 2020 yang menggunakan sistem multi-kota sebagai tuan rumah tidak adil.

EURO 2020 memang menggunakan sistem yang sama seperti edisi sebelumnya, EURO 2016, yakni putaran final yang diikuti 24 tim dan babak gugur dimulai dari 16 besar.

Namun, ada yang berbeda antara EURO 2016 dengan Piala Eropa kali ini terkait tuan rumah penyelenggara,

Pada gelaran EURO 2016, Prancis menjadi tuan rumah tunggal dan menyediakan 10 stadion untuk menggelar seluruh pertandingan.

Sementara dalam gelaran tahun ini, EURO 2020 menggunakan sistem tuan rumah multi-kota, yang berarti tidak hanya satu negara yang menjadi tuan rumah partai Piala Eropa.

Awalnya ada 13 kota di seluruh Eropa yang akan menjadi tuan rumah EURO 2020.

Namun, karena pandemi COVID-19, jumlah tuan rumah EURO 2020 dikurangi menjadi 11 kota, yakni London, Glasgow, Amsterdam, Kopenhagen, Saint Petersburg, Seville, Munich, Baku, Roma, Bucharest, dan Budapest.

Keputusan menggelar EURO 2020 dengan sistem tuan rumah multi-kota pun menuai kritik.

Baca juga: Final EURO 2020 jadi Bermasalah, Inggris Dapat Hukuman dari UEFA Gara-gara Aksi Tak Terpuji Ini

Baca juga: Gawat, UEFA Jatuhkan Sanksi ke Inggris Terkait Insiden Laser, Bagaimana Pertandingan Final EURO 2020

Pasalnya, tim yang mampu melangkah jauh pada gelaran Piala Eropa kali ini hanyalah tim yang memainkan semua pertandingan fase grupnya di rumah sendiri.

Setidaknya ada empat tim yang melangkah jauh karena memainkan tiga pertandingan fase grupnya di kandang sendiri, yakni Denmark, Inggris, Italia, serta Spanyol, dan keempat tim itu lolos ke semifinal EURO 2020.

Bahkan, Inggris bakal memainkan enam pertandingan di kandang sendiri, Stadion Wembley.

Rincian dari pertandingan timnas Inggris di Wembley dalam gelaran EURO 2020 adalah tiga pada fase grup, satu pada babak 16 besar, satu pada semifinal, dan terakhir adalah partai final, di mana timnas Inggris akan berhadapan dengan timnas Italia.

Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, sadar betul akan besarnya keuntungan dan kerugian yang dialami tim peserta EURO 2020 karena sistem tuan rumah multi-kota.

Oleh karena itu, Aleksandar Ceferin pun menegaskan bahwa dia tidak akan lagi mendukung gelaran Piala Eropa dengan tuan rumah multi-kota karena menurutnya itu tidak adil, khususnya untuk para penggemar.

"Saya tidak akan mendukungnya lagi," kata Ceferin saat ditanya tentang Piala Eropa multi-kota lainnya seperti dikutip BolaSport.com dari BBC Sport.

"Terlalu menantang. Di satu sisi, tidak benar bahwa beberapa tim harus menempuh lebih dari 10.000 km, sementara yang lain hanya menempuh 1.000 km."

"Ini tidak adil bagi para penggemar yang harus berada di Roma hari ini, dan harus berada di Baku beberapa hari berikutnya, yang membutuhkan empat setengah jam penerbangan."

"Kami juga harus banyak bepergian, ke negara-negara dengan yurisdiksi berbeda, mata uang berbeda, negara-negara di Uni Eropa (UE) dan Non-UE, jadi itu tidak mudah."

Baca juga: Gawat, UEFA Jatuhkan Sanksi ke Inggris Terkait Insiden Laser, Bagaimana Pertandingan Final EURO 2020

Baca juga: Final EURO 2020, Ibarat Punya Nafas Kuda Italia Siap bikin Inggris Terengah-engah

"Namun, itu adalah keputusan yang diambil sebelum saya menjabat, jadi saya tetap menghormatinya."

"Ini tetap ide yang menarik, namun sulit untuk diterapkan dan saya rasa kami tidak akan melakukannya lagi," tutur Ceferin menambahkan.

Demikian informasi terkait dengan gelaran EURO 2020 yang malah menguntungkan Inggris. UEFA bilang tak adil. (*)

Sumber BolaSport.com

Sumber: BolaSport.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved