Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Masih Bergejolak Kudeta Militer, Kini Myanmar Beresiko Jadi Negara Penyebar Super Covid-19

Myanmar kini dalam kepungan Virus Corona, Covid-19 di tengah kisruh kudeta militer internal negara tersebut.

Editor: Ilham Yafiz
Ye Aung THU / AFP
Relawan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) membawa jenazah korban virus corona Covid-19 ke pemakaman di Kotapraja Hlegu di Yangon pada 10 Juli 2021. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Myanmar kini dalam kepungan Virus Corona, Covid-19 di tengah kisruh kudeta militer internal negara tersebut.

Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (HAM) di Myanmar pada pekan lalu memperingatkan bahwa negara itu berisiko 'menjadi negara penyebar super virus corona (Covid-19).

Pada hari Senin (19/7/2021), tim Negara PBB di Myanmar juga menyampaikan bahwa gelombang infeksi baru dapat menjadi bencana besar bagi negara berpenduduk 54 juta orang itu.

"Wabah Covid-19 saat ini diprediksi memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi kesehatan penduduk dan ekonomi," kata tim itu dalam sebuah pernyataan.

Perlu diketahui bahwa saat ini di Myanmar, relawan medis dilaporkan 'mendatangi rumah ke rumah' untuk mengumpulkan jumlah korban yang meninggal, termasuk di Yangon, ibu kota negara itu.

"Setiap hari tim saya mengumpulkan antara 30 sampai 40 mayat, saya pikir tim lain akan sama seperti kami. Kadang-kadang, kami menemukan dua mayat dalam satu rumah," kata salah satu relawan, Than Than Soe.

Sementara itu, sebagian besar rumah sakit di seluruh penjuru Myanmar dalam keadaan kosong, tidak ada dokter dan pasien di sana.

Ini karena pemogokan jangka panjang yang mereka lakukan terhadap para jenderal militer yang merebut kekuasaan pemerintahan sejak Februari lalu.

Baca juga: Tak Hanya Indonesia, Kasus Covid-19 Juga Melonjak Tajam di Malaysia, Thailand, Vietnam dan Myanmar

Kemarahan yang meluas pada kudeta dan ketakutan untuk bekerja sama dengan militer juga diduga membuat mayoritas masyarakat menjauhi rumah sakit yang dikelola oleh militer.

Dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (20/7/2021), fenomena ini tentunya membuat banyak warga yang sekarat kehabisan oksigen bahkan akhirnya meninggal di rumah.

Para relawan pun kini sibuk mencari oksigen dan membawa orang mati dari rumah ke rumah untuk dikremasi.

Pada hitungan terbarunya, negara itu telah melaporkan sekitar 230.000 kasus Covid-19 dan setidaknya 5.000 kematian.

Namun para pengamat mengatakan jumlah sebenarnya kemungkinan jauh melampaui angka yang dilaporkan, karena banyak pula kematian yang terjadi di rumah.

Pekan lalu, militer meminta dokter dan perawat untuk menjadi relawan dalam upaya penanganan Covid-19.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved