Sosok Prof Hardi Darmawan, Dokter Pribadi Keluarga Akidi Tio Jadi Perantara Donasi Hoaks R 2 Triliun
Siapa Prof Hardi Darmawan, dokter pribadi keluarga Akidi Tio yang kini jadi pembicaraan menyusul kabar uang sumbangan hoaks Rp 2 Triliun.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Siapa Prof Hardi Darmawan, dokter pribadi keluarga Akidi Tio yang kini jadi pembicaraan menyusul kabar uang sumbangan hoaks Rp 2 Triliun.
Inilah sosok Prof Hardi Darmawan, dokter pribadi keluarga Akidi Tio.
Prof Hardi Darmawan merupakan orang yang mengungkap sosok Akidi Tio ke media kali pertama.
Pasalnya, sebelum adanya kabar donasi Rp 2 triliun itu hampir tak pernah ada catatan maupun pemberitaan terkait sosok Akidi Tio dan kekayaannya.
Saat itu Hardi menjelaskan, Akidi Tio adalah seorang pengusaha sukses di bidang pembangunan dan kontraktor.
"Di Palembang Akidi Tio sebagai kontraktor, ada bikin bangunan dan lain-lain. Jadi karena memang dia sudah lama di Palembang, maka kampung halamannya dia anggap di Palembang," katanya.
Menurut Prof Hardi, Akidi Tio memiliki 7 anak.
Sebagian besar anak Akidi Tio sukses menjadi pengusaha dan tinggal di Jakarta.
"Akidi Tio memiliki 7 anak, salah satunya tinggal di Palembang," kata Prof Hardi yang merupakan dokter keluarga Akidi Tio sejak 40 tahun lalu.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, mendiang Akidi Tio merupakan pengusaha yang salah satunya bergerak di bidang kontainer.
Kepada anaknya, Akidi selalu memberikan pesan agar membantu warga kurang mampu.
"Mendiang Bapak Akidi juga berpesan kepada anaknya, jika suskes dalam bidang usaha apapun agar membantu orang miskin."
"Almarhum itu pengusaha di bidang pembesian dan kontainer," kata Hardi.
Sejak dahulu, ujar Hardi, Akidi Tio memang tak pernah absen dalam memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Kebiasaan itu juga Akidi Tio ajarkan kepada tujuh anaknya yang kini juga sudah jadi pengusaha sukses dan mayoritas menetap di Jakarta.
"Sesuai dengan namanya, Akidi artinya keyakinan. Dia sudah berpesan pada anak, cucu, cicit, kalau kamu berhasil di bidang apapun, jangan lupa menyisihkan untuk orang-orang miskin, itu pesan beliau," ujar Hardi.
Diberitakan sebelumnya, keluarga almarhum Akidi Tio menyerahkan sumbangan untuk penanggulangan Covid-19 di Sumatera Selatan sebesar Rp 2 triliun.
Lalu, bagaimana reaksi Hardi setelah mengetahui donasi Rp 2 triliun itu hoax alias palsu?
Ternyata Hardi juga menerima imbas dari penipuan yang dilakukan anak Akidi Tio, Heriyanti.
Prof Hardi yang menjadi dokter keluarga sekaligus perantara saat penyerahan simbolis dana tersebut pun dipanggil penyidik Intelkam Polda Sumatera Selatan.
Prof Dr dr Hardi Darmawan hadir di gedung Ditkrimum Polda Sumsel hanya berselang sepuluh menit setelah kedatangan Heriyanti.
Dir Intelkam Polda Sumsel, Kombes Pol Ratno Kuncoro pun menanyakan sejumlah pertanyaan untuk Hardi.
"Ternyata Uang 2 T tidak ada, menurut bapak, Heriyanti salah atau tidak?," ujarnya, Senin (2/8/2021).
"Tidak benar pak sudah kita cek uang itu tidak ada. Nah dengan kondisi itu dia akan jadi tersangka," kata Ratno menambahkan.
Prof Hardi yang mantan Dirut RS RK Charitas lalu ditanyakan pendapatnya tentang Heriyanti.
"Maksudnya apakah bapak mengecam tindakan Heriyanti atau tetap mendukung dia," tanya Ratno.
"Bapak setuju kita penjarakan dia," kembali Ratno bertanya.
Mendengar pertanyaan itu, Hardi Darmawan hanya diam.
Ia masih tampak kebingungan dengan apa yang terjadi.
"Saya tidak tahu (uangnya ada atau tidak). Dia mengatakan pada saya ada (uang itu)," ujar dr Hardi.
Kombes Pol Ratno Kuncoro kembali menimpali pertanyaan, apakah Prof Hardi Darmawan setuju bila Heriyanti harus meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas kebohongan yang sudah dilakukannya.
"Ya kalau tidak ada, harus minta maaf ke masyarakat Indonesia," ujarnya.
Setelah menyampaikan hal tersebut, Prof Hardi Darmawan selanjutnya dibawa ke ruang Dir Krimum Polda Sumsel untuk bertemu langsung dengan Heriyanti.
Sosok Prof Hardi Darmawan
Sosok dokter Prof Hardi Darmawan cukup populer di Sumatera Selatan.
Pengabdiannya di dunia medis, dan pendidikan di Sumatera Selatan sudah dikenal cukup lama.
Karena hal ini lah yang membuat keluarga pengusaha Akidi Tio mengamanatkan donasi Rp 2 triliun untuk disampaikan pada masyarakat Sumatera Selatan.
Di akun YouTube Helmy Yahnya, Prof Hardi menceritakan bagaiamana ia dipaksa menerima uang Rp 2 triliun dari keluarga Akidi Tio sebagai amanat dari almarhum.
"Saya itu memang sudah kenal dengan keluarga ini, 36 tahun menjadi dokter keluarga mereka," sambung Prof Hardi.
Lalu, tiga hari sebelum tanggal 26 Juli lalu, Prof Hardi dihubungi oleh anak perempuan Prof Akidi Tio, Heriyati. Saat itu, Prof Hardi menyangka dihubungi karena ada anggota keluarga yang sakit.
"Saya ditelpon oleh anak perempuannya tersebut. Dua atau tiga hari sebelum tanggal 26 Juli itu, saya pikir mau janji berobat karena ada yang sakit. Karena biasanya seperti itu," ucap Prof Hardi.
Saat dihubungi oleh anak perempuan Akidi Tio tersebut, Prof Hardi diberitahu jika keluarga ingin berdonasi untuk penanganan COVID 19.
Saat itu, Heriyati mengungkapkan jika keluarga sangat bersedih akan kondisi pandemi COVID 19 ini. Banyak teman mereka yang susah mencari rumah sakit, ada juga akhirnya teman tersebut meninggal dan ada juga teman yang terpapar COVID 19,
"Dia hanya cerita ingin berdonasi," sambung Prof Hardi.
Lalu Prof Hardi mengiyakan keinginan keluarga tersebut.
Namun di sela sambungan telepon tersebut, Prof Hardi sempat dibuat kaget. Ia pun bertanya sampai dua kali, apakah nilai disebutkan benar.
"Awalnya tidak bilang nominal, hanya ingin menyumbang. Baru ketika disebut Rp 2 T, saya tercengang. Saya tanya lagi, apakah benar nilai yang disebutkan, saya tanya ulang," aku Prof Hardi.
"Benar Rp 2 T?, apa 2 T?, baru si dia sebut lengkap, iya benar Rp 2 triliun," ucap Prof Hardi.
Saat mendengar nominal Rp 2 Triliun, Prof Hardi sempat kaget dan terdiam. Ia mengaku sempat tidak percaya atau malah salah menaksirkan ucapan.
Namun beberapa detik kemudian, Prof Hardi langsung kembali mengiyakan.
Malah, diakui Prof Hardi, donasi Rp 2 triliun tersebut hanya ingin disampaikan oleh pihak keluarga di sebuah kamar hotel di Palembang.
"Malah dia bilang, nanti kami hantarkan uangnya, di kamar hotel saja, Prof," ujar Prof Hardi meniru ucapan anak perempuan Akidi Tio.
Namun keinginan kali ini ditolak Prof Hardi.
Menurut ia, dengan nilai donasi Rp 2 triliun tersebut, harus dikelola dengan transparan dan harus diketahui pihak yang berwenang dalam upaya penanganan COVID di Sumatera Selatan.
"Tidak bisa, saya jawab demikian. Nilai Rp 2 triliun tidak sedikit, harus transparan," ujar Prof Hardi.
Barulah, keluarga Akidi Tio mengungkapkan lagi, jika ingin menyerahkan donasi tersebut pada Prof Eko Indra Heri yang kini menjabat Kapolda Sumatera Selatan.
Anak Akidi Tio Tersangka
Terpisah, anak bungsu Akidi Tio, Heriyanti akhirnya ditetapkan sebagai tersangka kasus prank hibah Covid-19 sebsar Rp 2 triliun yang telanjur disanjung publik ternyata hoaks (berita bohong).
Sepekan lalu, nama keluarga Akidi Tio menjadi pembicaraan publik lantaran kedermawanannya akan menyumbangkan uang triliunan untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19.
Bahkan, dalam foto yang tersebar, keluarga Akidi Tio membawa papan bertuliskan nominal Rp 2 triliun dan diserahkan kepada Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel).
Usut punya usut, uang sumbangan sebesar Rp 2 triliun dari keluarga mendiang Akidi Tio ternyata tidak ada.
Sebelumnya, penyerahan dana bantuan turut disaksikan Gubernur Sumsel H Herman Deru, Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri, Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Dra Lesty Nuraini Apt Kes dan Danrem 044/Gapo, Brigjen TNI Jauhari Agus Suraji.
Namun, eks Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Hamid Awaluddin memberikan pandangan lain terkait hibah Covid-19 Rp 2 tiliun itu.
Hamid Awaluddin sempat mengajak pejabat dan masyarakat berpikir sehat terkait hibah uang sebesar itu.
Heriyanti dijemput Dir Intelkam Polda Sumsel, Kombes Pol Ratno Kuncoro dan dibawa ke Mapolda Sumsel Senin (2/8/2019) dan tiba pukul 12.59 WIB.
Dia langsung digiring masuk ke ruang Dir Ditkrimum Polda Sumsel dengan pengawalan sejumlah petugas.
Dia terlihat berjalan menunduk dan lebih banyak diam ketika ditanya oleh awak media.
Sementara itu Dir Ditreskrimum Polda Sumsel, Hisar Siallagan saat dikonfirmasi enggan memberikan komentar.
"Nanti saja ya," ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, Heriyanti masih berada di Mapolda Sumsel.
Tribunsumsel.com mengonfirmasi pejabat kepolisian yang ada di Polda Sumsel dan membenarkan bahwa status Heriyanti sudah ditetapkan tersangka
"Sebentar lagi akan dirilis," katanya.
Awal Kecurigaan
Tribunsumsel.com menyambangi kediaman Heriyanti, anak bungsu Akidi Tio yang tinggal di salah satu kawasan Kecamatan Ilir Timur I, Sabtu (31/7/2021).
Dari pantauan di lapangan sejak pukul 09.00 WIB rumah Heriyanti dalam keadaan sepi.
Hanya terlihat sedikit aktivitas penghuni rumah yang sesekali keluar dari pintu teras samping untuk mengambil sesuatu dari halaman depan.
Baru sekira pukul 11.58 WIB Heriyanti terlihat turun dari mobil Daihatsu Sigra warna hitam dan langsung bergegas masuk ke dalam rumah.
Menggunakan kemeja biru tua lengkap dengan masker, langkah Heriyanti jadi begitu cepat saat wartawan tribunsumsel.com berusaha mendekatinya.
Seorang pria paruh baya juga bergegas menutup pintu pagar depan di rumah bercat coklat ini.
Alhasil tidak ada statemen yang berhasil diperoleh dari Heriyanti.
Pantauan di lapangan rumah keluarga Heriyanti anak bungsu Akidi Tio yang tinggal di kawasan Jl Tugu Mulyo Kecamatan IT I Palembang terlihat tidak ada aktivitas sama sekali yang mencolok di rumah berlantai dua tersebut.
Selain itu, kondisi rumah gelap. Lampu penerangan di kediaman Heriyanti tidak ada yang menyala. Semua lampu baik teras rumah maupun di dalam rumah padam.
Warga sekitar sendiri, tidak mengetahui secara pasti keluarga mendiang Akidi Tio tersebut, dan selama ini tidak terlalu terbuka.
"Nunggu apa mas," tanya salah satu warga kepada sejumlah wartawan yang ada di lokasi, yang langsung berlalu mengetahui yang ditanya wartawan.
Hal senada diungkapkan Usman salah satu penjaga keamanan kampung, jika keluarga Heriyanti tinggal bersama sang suami (Rudi Sutadi) dan seorang anaknya.
"Iya, mereka tinggal bertiga selama ini," tuturnya.
Sebelumnya, dari pantauan tribunsumsel.com, Sabtu (31/7/2021) sekira pukul 14.56 WIB, nampak seorang pria yang mengaku bernama Darwin (45) keluar dari kediaman Heriyanti di kawasan Kecamatan Ilir Timur I Palembang.
Darwin mengaku sebagai pekerja yang baru beberapa bulan bekerja di kediaman Heriyanti.
Lagi tidak ada orang di rumah," kata Darwin sembari berusaha mengunci pagar besi dengan gembok yang dibawanya dari dalam rumah.
Padahal sebelumnya, wartawan tribunsumsel.com melihat langsung Heriyanti terlihat turun dari mobil Daihatsu Sigra warna hitam dan langsung bergegas masuk ke dalam rumah pada pukul 11.32 WIB.
Selanjutnya dari pantauan di lapangan, Heriyanti sama sekali tidak keluar dari rumahnya.
Saat disampaikan terkait pantauan tersebut, Darwin sempat terdiam sesaat dan tak lama kemudian kembali menegaskan
bahwa tidak ada orang di dalam rumah.
"Ibu pergi dari pagi, belum pulang," ucapnya sembari terus berusaha mengunci pagar dari luar.
Setelah berhasil, Darwin lantas pergi meninggalkan kediaman Heriyanti dengan menggunakan sepeda motornya.
"Wah saya tidak tahu apa-apa. Sudah ya, saya mau pulang. Saya cuma kerja bantu memperbaiki rumah. Kalau ada yang rusak-rusak, ya saya perbaiki," ucap Darwin seraya melajukan sepeda motornya.
Dari pantauan tribunsumsel.com sejak pukul 09.00 hingga 19.00 WIB kediaman Heriyanti terpantau sepi.
Warga juga tak banyak yang keluar rumah. Hanya terlihat dan terdengar suara keras dari pekerja bangunan yang sedang membangun rumah persis di sebelah kediaman Heriyanti.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Sosok Prof Hardi Darmawan Dokter Keluarga Akidi Tio yang Jadi Perantara Donasi Rp 2 Triliun Hoax, https://surabaya.tribunnews.com/2021/08/02/sosok-prof-hardi-darmawan-dokter-keluarga-akidi-tio-yang-jadi-perantara-donasi-rp-2-triliun-hoax?page=all.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/kapolda-sumsel-dokter-keluarga-alm-akidi.jpg)