Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sukses Greysia/Apriyani Tak Lepas dari Tangan Dingin Eng Hian,Dari Tak Diunggulkan Raih Medali Emas

Kesuksesan Greysia/Apriyani tak lepas dari tangan dingin pelatih Eng Hian. Pasangan ini sebenarnya bukan yang diunggulkan tapi berhasil raih emas

Editor: Nurul Qomariah
PEDRO PARDO / AFP
Momen haru pelatih ganda Putri Indonesia Eng Hian saat merayakan kemenangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Kesukseskan ganda putri Indonesia ini tak lepas dari tangan dingin Eng Hian sang pelatih. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kesuksesan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu tak lepas dari tangan dingin sang peltih Eng Hian. Pasangan ini sebenarnya bukan yang diunggulkan tapi langsung berhasil mengubah posisi jadi yang terbaik hingga meraih medali emas.

Datang dan tampil sebagai pasangan yang tidak diunggulkan (unseeded players),justru sukses memukau dunia dengan torehan medali emasnya.

Ketua Harian PB Jaya Raya, Imelda Wigoeno mengatakan pencapaian tinggi Greysia/Apriyani di Olimpiade ini selain karena berkat kerja keras mereka juga karena peran penting dari sang pelatih, Eng Hian.

Eng Hian merupakan seorang legenda bulu tangkis Indonesia.

Apriyani Rahayu (kanan) dan Greysia Polii Indonesia berpose dengan medali emas ganda putri pada upacara selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 2 Agustus 2021.
Apriyani Rahayu (kanan) dan Greysia Polii Indonesia berpose dengan medali emas ganda putri pada upacara selama Olimpiade Tokyo 2020 . (Alexander NEMENOV / AFP)

Bersama Flandy Limpele, Eng Hian pria yang akrab disapa Didi itu berhasil mempersembahkan medali perunggu bagi Merah Putih pada Olimpiade Athena 2004.

Imelda mewakili Jaya Raya pun mengucapkan terima kasih kepada Eng Hian yang sudah bisa melatih kedua pemain jebolan Jaya Raya tersebut.

“Saya juga tidak lupa berterima kasih kepada pelatihnya (Eng Hian) yang sudah melatih Greysia/Apriyani, atas nama Jaya Raya, atas nama PT Pembangunan Jaya Group atas yayasan kita, kita berterima kasih banget. Kamu sudah melatih anak dua ini sehingga bisa mendapatkan medali emas Olimpiade,” kata Imelda seperti dikutip dari Tribunnews, Senin (2/8/2021).

“Karena tidak mungkin lepas dari peran pelatih, apalagi kalau putri kan susah, kalau sekarang ada, besok belum tentu ada lho, tapi dengan Eng Hian saya lihat hubungan mereka itu baik,” lanjutnya.

“Istri Eng Hian juga baik jadi ada kekeluargaannya. Di luar teknis, jadi anak-anak ini tidak takut mengeluarkan perasaannya. Kami terima kasih banget karena untuk membimbing Apri kan tidak mudah, kan waktu itu belum dewasa lah,” ujar Imelda.

Atas raihan medali emas Greysia/Apriyani, Imelda Wigoeno mengatakan pihaknya sangat bangga sekali melihat kedua atlet binaan Jaya Raya itu bisa mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade 2020.

Ia pun menyebut bakal ada apresiasi atau bonus yang diberikan PB Jaya Raya kepada Greysia/Apriyani.

Namun, dirinya belum memastikan berapa nominal yang bakal diterima Greysia/Apriyani.

“Kalau soal itu (bonus) sudah pasti ada tapi saya belum bisa ngomong dulu. Tapi yang jelas sudah pasti, itu kan tradisi. Yang dapat medali di Olimpiade dapat apa, tinggal nanti dari pimpinan saya saja,” kata Imelda.

Seperti diketahui, PB Jaya Raya memang kerap memberikan apresiasi kepada para atletnya yang sudah membawa nama baik Indonesia dan klub.

Terakhir, PB Jaya Raya memberikan bonus kepada atletnya yang mendapatkan medali di Kejuaraan Dunia Badminton BWF 2019, Basel, Swiss.

Saat itu, Hendra Setiawan yang merupakan pemain asal Jaya Raya mendapatkan bonus sebesar Rp 500 juta lantaran sukses menjadi kampiun di ajang tersebut bersama dengan Mohamad Ahsan.

Tak hanya itu, PB Jaya Raya juga memberikan masing-masing Rp 125 juta kepada atlet binaan mereka Muhammad Rian Ardianto, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu.

Rian yang bermain di nomor ganda putra bersama Fajar Alfian sukses meraih medali perunggu, begitu juga dengan Greysia/Apriyani yang memperolehnya di ganda putri.

Tak hanya atlet, kala itu PB Jaya Raya juga memberikan bonus kepada kepala pelatih ganda putra Pelatnas PBSI, Herry Iman Pierngadi sebesar Rp 50 juta dan pelatih kepala ganda putri Pelatnas PBSI, Eng Hian Rp 30 juta.

Pelatih Puji Semangat Apriyani

Greysia Polii/Apriyani Rahayu saat berada di Olimpiade Tokyo
Greysia Polii/Apriyani Rahayu saat berada di Olimpiade Tokyo (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA/AP/Markus Schreiber)

Perjuangan Apriyani tak semulus yang dibayangkan orang.

Eng Hian ungkap awal Apriyani saat masuk Pelatnas yakni hanya punya raket dan Rp 200 ribu serta semangat.

Bahkan, ada momen spesial saat Apriyani Rahayu menangis sesegukan saat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pelatihnya Eng Hian .

Terungkap saat-saat awal Apriyani Rahayu bergabung dengan Pelatnas terucap dari mulut Eng Hian .

"Tapi masih panjang ya," kata Eng Hian kepada Apriyani Rahayu dalam cuplikan video yang diunggah  greyspolii.fanbase dari Instastory akun Instagram noc.indonesia.

Eng Hian terus memotivasi atletnya bahwa perjuangan dia masih panjang.

Masih banyak turnamen yang harus diikuti oleh Apri.

"Ya? Gold sebanyak-banyaknya," Ucap Eng Hian yang langsung dijawab "Iya" oleh Apri dalam pelukan pelatihnya.

Pada momen Apri menangis sambil memeluk pelatihnya itu, Eng Hian sempat menjawab pertanyaan wartawan.

Saat itu apa yang dibawa Apriyani saat pertama masuk pelatnas.

"Apri cuma bawa uang Rp200 ribu, mau diapain?"

"Luar biasa Apri, gak pernah kenal lelah, gak pernah kenal capek. Program apa aja saya makan koh kata Apri. Luar biasa (kamu) Apri," ucap Eng Hian menirukan momen Apri bicara kepada saat itu.

"Terima kasih Koh," kata Apri.

"Jangan puas. Gak boleh puas, tidak boleh puas ya. Jalan masih panjang," pinta Eng Hian

"Iya Koh, makasih Koh," jawab Apri.

Bakat Apriyani Terlihat Sejak Usia 3 Tahun

Dikutip dari Kompas.com. kisah Apriyani Rahayu, Cuma Modal Raket dan Uang Rp 200.000 Saat Pelatnas hingga Raih Emas Olimpiade.

Apriyani Rahayu melalui perjalanan sulit dalam kariernya sebagai pebulu tangkis.

 Apriyani Rahayu sudah menunjukkan minatnya dalam olahraga bulu tangkis sejak usianya masih tiga tahun.

Ani, sapaan Apriyani, awalnya dibuatkan raket dari kayu dan kok dari jerami oleh sang ayah, Ameruddin, agar bisa menekuni hobinya saat balita.

"Jadi saat pertama mencoba olahraga ini, Ani menggunakan raket yang saya buat dari kayu dengan dengan shuttlecock terbuat dari jerami," kata Amerudin melalui telepon, Senin (2/8/2021).

Memasuki bangku sekolah dasar, Apriyani yang masih hobi bermain bulu tangkis meminta untuk dibelikan raket sesungguhnya.

Namun, Ani hanya diberi raket usang yang tali senarnya sudah pada putus karena keluarganya memiliki keterbatasan ekonomi.

"Masalahnya kalau tidak dikasih raket, dia menangis," tutur Ameruddin mengenang.

Apriyani kemudian mulai berlatih di Gedung Sarana Kegiatan Bersama (SKB) Unaaha, Kabupaten Konawe, yang berjarak 9 kilometer dari rumahnya.

Apriyani mulai ikut turnamen bulu tangkis tingkat kecamatan pada 2005, setahun kemudian dia ikut ajang bulu tangkis junior tingkat Kabupaten Konawe.

Potensi Ani sudah terlihat dengan kecermelangannya tampil di sejumlah turnamen junior tingkat daerah.

Seperti ketika dia meraih juara II Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sultra di Raha, Kabupaten Muna, pada 2007.

Naik ke turnamen junior tingkat provinsi, Ani juga dapat menunjukkan penampilan gemilangnya.

Bergabung dengan Klub Pelita Bakrie

Apriyani kemudian bergabung dengan klub PB Pelita Bakrie binaan legenda bulu tangkis Tanah Air, Icuk Sugiarto, di kawasan Kosambi, Jakarta Barat, pada 3 September 2011.

Hal tersebut dilakukan demi mengasah kemampuannya untuk menjadi pebulu tangkis profesional.

Apriyani dibawa oleh Akib Ras, salah seorang pegawai kantor perwakilan Konawe ke Jakarta, untuk bergabung dengan PB Pelita Bakrie.

Dia sempat mendapat penolakan, tapi dengan usaha Akib, Icuk Sugiarto akhirnya mau menerima Ani.

Pada tahun 2017, Apriyani yang hanya bermodalkan sebuah raket dan mengantongi uang Rp 200.000 mendatangi pelatih Eng Hian untuk berlatih di Pelatihan Nasional (Pelatnas) Cipayung, Jakarta.

Sejak saat itu, Apriyani mulai bermain di level senior dan diduetkan dengan Greysia Polii.

"Cuma Apri yang datang ke saya waktu masuk pelatnas, dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp 200.000 di tangan," kata Eng Hian usai Greysia/Apriyani menjadi juara Daihatsu Indonesia Masters 2020.

"Dia bilang dia mau jadi juara, terserah Koh Didi mau kasih program apa, saya siap."

Apriyani Rahayu kemudian terus menunjukkan kegigihannya meski sudah meraih berbagai prestasi di tingkat senior.

"Itu dibuktikan sama dia, saat masih punya duit sampai sekarang sih tidak ada yang berubah, dari segi latihan dan kemauan masih sama," ujar Eng Hian melanjutkan.

Eng Hian sendiri memiliki harapan yang begitu besar kepada Apriyani dan Greysia agar bisa meraih prestasi tertinggi, yakni Olimpiade.

"Harapan saya, mereka tidak puas begitu saja, perjuangan belum selesai.

Setelah tanding, saya enggak sampaikan apa-apa karena memang setelah juara ya mulai dari nol lagi," katanya.

"Target utama mereka kan lebih dari ini. Dalam hati tentu saya bangga sama mereka, luar biasa."

"Tapi, saya enggak mau mereka puas di sini, jadi biasa saja. Habis juara, bagus, tapi di depan masih ada Olimpiade, target yang lebih besar lagi," katanya menegaskan.

Apriyani Rahayu bersama Greysia Polii akhirnya dapat menjawab harapan Eng Hian untuk menjuarai Olimpiade.

Pada Senin (2/8/2021), Greysia/Apriyani sukses meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 usai mengalahkan ganda putri China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.

Ini adalah medali emas pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020.

Sebagian isi artikel ini telah tayang di Tribunnews.com, dengan judul Eng Hian, Sosok di Balik Medali Emas Olimpiade, Ubah Greysia/Apriyani dari Bukan Unggulan Jadi Juara, https://www.tribunnews.com/sport/2021/08/03/eng-hian-sosok-di-balik-medali-emas-olimpiade-ubah-greysiaapriyani-dari-bukan-unggulan-jadi-juara?page=2.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved