Venezuela Naikan Gaji Karyawan Tiga Kali Lipat, Tapi Tetap Saja Tak Cukup Untuk Beli Daging Sekilo
Upah pekerja di Venezule hanya sebesar USD 477 atau sekitar Rp 6.971.545 per tahun atau Rp 580 ribu per bulan.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Krisis ekonomi di Venezuela semakin parah. Negara yang dulunya sebagai 'Raja Minyak' di Amerika Selatan itu kini bangkrut.
Sebanyak 5 juta rakyatnya telah berimigrasi ke negara lain demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Sementara itu, pemerintah Venezule telah memangkas atau melakukan redenominasi sebanyak enam nol dalam mata uang bolivar demi memudahkan transaksi.
"Semua jumlah moneter yang dinyatakan dalam mata uang nasional akan dibagi satu juta," kata bank pemerintah sayap kiri Presiden Nicolas Maduro.
Dengan perombakan mata uang, bank sentral akan menerbitkan uang kertas baru dengan nilai nominal lima, 10, 20, 50 dan 100 bolivar dan satu koin satu bolivar, kata Menteri Komunikasi Freddy Nanez di Twitter.
Dilansir dari Daily Mail, perubahan akan mulai berlaku pada 1 Oktober 2021 dengan penerbitan catatan mata uang baru.
Gaji karyawan juga dinaikan sebesar tiga kali lipat dari upah normal pada Mei lalu.
Namun tetap saja para pekerja di Venezuela tak bisa membeli satu kilogram daging dengan seluruh gajinya karena mata uangnya terdevaluasi.
Upah pekerja di Venezule hanya sebesar USD 477 atau sekitar Rp 6.971.545 per tahun atau Rp 580 ribu per bulan.
Sementara dari Januari hingga Mei harga sejumlah kebutuhan pokok telah naik 265 persen.
Gadis Venezuela ramai-ramai jadi PSK
Akibat krisis moneter yang parah, para wanita muda terpaksa menjadi pekerja seks.
Sejak negaranya dilanda krisis keuangan, warga Venezuela harus melakukan apa saja agar bisa bertahan hidup.
Seorang wanita dari negara bagian Zulia, Venezuela bernama Luisa Hernández (30) mengaku tak bisa berbuat apa-apa saat negaranya mengalami krisis.
Ibu enam anak ini hanya bisa pasrah melihat anak-anaknya tidur dengan perut kosong.
“Melihat anak-anak Anda tumbuh tanpa makanan, tanpa apa pun, sungguh tak tertahankan.
“Makan dari tempat sampah untuk bertahan hidup bukanlah kehidupan, jadi kami pergi. Tapi, sekarang dengan pandemi, kami berada di limbo, kami terjebak di Kolombia , dan lapar lagi. Kami telah beralih dari satu krisis ke krisis lainnya. " kata Luisa.
Dilansir dari The Guardian, keruntuhan total ekonomi Venezuela telah memicu krisis kemanusiaan berskala besar, kompleks, dan kekurangan dana.
Pengungsi, perempuanlah yang paling rentan terhadap perburuhan dan eksploitasi seksual, perdagangan dan kekerasan.
Wabah Covid-19 memperburuk keadaan. Para imigran dari Venezuela tak bisa menyusup ke negara tetangga untuk menjajakan diri.
“Saya telah mendengar banyak cerita tentang wanita di jalan setapak ini,” kata Luisa.
“Penyelundup, pedagang manusia, dan kelompok bersenjata mengenakan biaya sekitar $ 2,50 (£ 1,95) sehingga Anda dapat melintasi perbatasan. Ini bukan penyeberangan legal dan juga tidak aman. Tidak ada jaminan Anda akan berhasil keluar dari sana, terutama jika Anda seorang wanita, ”katanya.
“Pria berpikir bahwa karena Anda sendirian dengan anak-anak, wanita pasti menjual diri mereka sendiri. Saya memiliki beberapa proposisi untuk dijual kepada diri saya sendiri untuk memberi makan anak-anak saya. Sangat sulit untuk menolak karena saya membutuhkan pekerjaan ” tambah Vargas, wanita lainnya.
Sementara itu, mantan PSK Venezuela yang saat ini menjadi aktivis perempuan mengatakan, pengungsi Venezuela dari Bogotá ke Lima yang dipaksa menjadi pekerja seks untuk bertahan hidup tidak memiliki pilihan selain terus bekerja selama pandemi virus korona.
Dua tahun lalu, di sebuah kedai kopi di Machala, pada puncak krisis pengungsi, Bravo mengatakan banyak Gadis Muda yang menawarkan seks seharga $ 9, atau sekitar Rp 130 ribu sekali kencan.
Bahkan ada gadis Venezuela yang di Ekuador terpaksa melayani pria hidung belang dengan bayaran $ 2 atau sekitar Rp 28 ribu.
"Saya tahu banyak orang Venezuela yang melayani klien di Ekuador selatan hanya dengan $ 2 di bawah pandemi untuk bertahan hidup." katanya.
Mirisnya lagi ada keluarga di Kukuta menjual putrinya yang masih berusia 12 tahun ke pria hidung belang dengan tarif $ 1 atau sekitar Rp 14 ribu.
Di Indonesia, uang sebesar itu tentunya hanya cukup untuk membeli satu kilogram beras saja.
“Keluarga di sini menjual putri mereka ke dalam pekerja seks semuda 12 tahun dan hanya dengan satu dolar sekarang di Cúcuta," katanya.(Tribunpekanbaru.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/ilustrasi-cewek-latin-venezuela.jpg)