Tanpa Perlawanan Taliban Kuasai Kabul, Kantor Presiden Afghanistan Sebut Situasi Terkendali
Tidak banyak perlawanan yang diberikan militer Afghanistan untuk menahan masuknya Taliban.
Penulis: Ilham Yafiz | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Taliban mengklaim telah masuk ke Ibu Kota Afghanistan, Kabul.
Tidak banyak perlawanan yang diberikan militer Afghanistan untuk menahan masuknya Taliban.
Dilansir dari news.com.au, Minggu (15/8/2021), wartawan BBC Yalda Hakim, yang telah melaporkan dari Afghanistan selama bertahun-tahun, mengatakan para militan tidak menghadapi banyak perlawanan di ibukota Afghanistan.
Taliban dilaporkan telah memerintahkan para pejuangnya untuk menahan diri dari melakukan kekerasan di Kabul.
Reuters mengutip seorang pemimpin Taliban di Doha yang mengatakan perjalanan yang aman akan diizinkan bagi siapa saja yang memilih untuk pergi.
Dia juga meminta agar perempuan untuk melindungi diri.
Pembicaraan darurat tentang 'menyerah'
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dilaporkan dalam pembicaraan dengan Perwakilan Khusus Amerika Serikat untuk Rekonsiliasi Afghanistan dan pejabat tinggi NATO.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa pemerintah Ghani sedang dalam pembicaraan dengan Taliban tentang "penyerahan damai" Kabul.
Orang-orang mati-matian berusaha melarikan diri
Ada laporan tentang kemacetan lalu lintas besar-besaran dan kejar-kejaran di bank-bank ketika orang-orang berusaha mati-matian melarikan diri dari Kabul.
Rekaman AFP menunjukkan antrean besar warga Afghanistan di luar bank di Kabul.
Anggota parlemen Afghanistan Farzana Kochai mengatakan kepada BBC, orang-orang tidak punya tempat lagi untuk pergi di Kabul.
“Saya tidak tahu, mereka tidak bisa pergi ke mana pun, tidak ada tempat lagi. Mungkin pesawatnya penuh dan penerbangan dari Kabul hari ini, saya cek dengan beberapa teman yang akan pergi ke sana, keluar dari Kabul, seperti ke India atau negara tetangga lainnya,” katanya.
"Mereka mengatakan bahwa penerbangan penuh dan kami terjebak di sini, mereka yang akan pergi keluar dan Anda tahu, ke mana mereka bisa pergi, mereka tidak punya pilihan, mereka harus tinggal di sini."
