Video Berita
Jago Sodaro, Ini Strategi Intelijen Tangani COVID-19 di Riau (VIDEO)
Amino mengatakan, dengan metode ini tetangga memiliki peran mengamankan tetangganya yang terpapar COVID-19
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: didik ahmadi
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU-- Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) Riau, Brighen TNI Amino Setya Budi mencetuskan istilah "Jago Sodaro". Istilah ini kini digunakan dalam penanganan COVID-19 di Riau.
Strategi "Jago Sodaro" pertama sekali diungkap Amino saat melaporkan vaksinasi massal pelajar dan door to door masyarakat umum kepada Presiden Joko Widodo melalui Video Conference di SMA Negeri 5 Pekanbaru, Kamis (19/8/2021).
"Izin Bapak. Di Jawa dikenal dengan Jogo Tonggo. Kalau di Riau Jago Sodaro," ungkap Amino kepada Presiden. Maksudnya, tetangga mengingatkan tetangganya untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Bagus.. bagus," jawab Jokowi memuji strategi yang dicetuskan Amino.
Tribunpekanbaru.com menanyai Amino lebih rinci ihwal strategi yang dimaksud. Ia mengungkap strategi ini sedang dijalankan oleh dunia intelijen di Riau.
Selaku Ketua Komite Intelijen Daerah (Kakominda) Riau, Amino mengajak seluruh aparat menjalankan sistem ini. Sehingga akan membentuk sistem saling peduli di tengah-tengah masyarakat dalam memerangi COVID-19.
Amino lebih jauh menjelaskan kerja-kerja intelijen dalam penanganan COVID-19. Ia memulai dari gerakan intelijen yang pada hakikatnya senyap. "Intelijen itu bekerja tertutup. Ini adalah terbuka," katanya.
Terbuka yang dimaksud Amino, dalam kegiatan bakti sosial. Misalnya, penanganan bencana alam, kebakaran hutan dan COVID-19. "Namun, operasi tertutup tetap diadakan," tegasnya.
Operasi tertutup itu misalnya dalam kontra terorisme, kontra separatis, kontra peredaran narkoba dan lain sebagainya. BIN memiliki jaring di semua tempat untuk operasi tertutup tersebut.
Terkait penanganan COVID-19, kata Amino, operasi tertutup tidak dipraktikkan. Yakni dalam mengawasi dan memata-matai. Sebab jumlah personil terbatas.
"Untuk itulah kita menggunakan jaring. Siapakah jaring kita dalam rangka untuk mengawasi? Pergerakan masyarakat mobilisasi. Kadang masyarakat bergerak walaupun dia sakit," jelas Amino.
Ia mengungkapkan, Jago Sodaro mengadopsi metode Jogo Tonggo di Jawa. "Kenapa tidak kita terapkan di Riau? Nah, di Riau kita sebut Jago Sodaro. Artinya, sesama saudara kita mengamankan," katanya.
Amino mengatakan, dengan metode ini tetangga memiliki peran mengamankan tetangganya yang terpapar COVID-19. Selain itu mengingatkan tetangganya yang melanggar protokol kesehatan.
"Kalau perlu tetangganya yang melaporkan (pelanggaran prokes) kepada pihak yang berwajib," tandas Amino. Sehingga tetangga saling mengawasi agar pengawasan mobilisasi masyarakat lebih mudah.
( Tribunpekanbaru.com / Fernando Sihombing)