Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Club Bola Wanita Afghanistan Khawatir Mereka Dijadikan Budak Nafsu Milisi Taliban

Mereka khawatir akan dijadikan budak nafsu oleh milisi Taliban jika milisi itu tahu bahwa mereka adalah pesepakbola.

Imago/Ritzau Scanpix
Kapten bola wanita Afghanistan 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban membuat club bola wanita di negara itu khawatir. Mereka pun membakar baju dan sepatu mereka agar tidak ketahuan oleh Taliban

Mereka khawatir akan dijadikan budak nafsu oleh milisi Taliban jika milisi itu tahu bahwa mereka adalah pesepakbola.

Mantan kapten nasional Zemarai dan keluarganya sebelumnya melarikan diri dari Afghanistan pada tahun 1992 ketika Taliban merebut negara itu dengan paksa.

Dia kembali ke negara itu untuk bermain sebagai penjaga gawang dari 2014 dan sekarang bekerja sebagai pelatih.

'Katakanlah bahwa Taliban mengenali seorang pemain... Mereka hanya memilih pemain itu, menyiksanya dan mendapatkan informasi tentang di mana para pemain lainnya berada.' kata Zemarai.

Bintang olahraga itu menambahkan bahwa para wanita itu telah mengalami pelecehan seksual sebelumnya, tetapi risiko terhadap Taliban sepuluh kali lebih buruk daripada apa pun yang akan mereka alami.

Sementara, mantan kapten club bola wanita, Khalida Popal meninggalkan Afghanistan setelah menerima ancaman pembunuhan pada 2011 lalu. 

Ia mengatakan dia tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan rekan satu timnya yang masih berada di negara itu.

Pemain berusia 34 tahun, yang membantu membentuk tim nasional putri, mengatakan dia telah menasihati para pemain untuk meninggalkan rumah mereka, membakar foto dan perlengkapan sepak bola mereka dan mencoba menghapus sejarah mereka.

"Saya telah mendorong untuk menghapus saluran media sosial, menghapus foto, melarikan diri dan menyembunyikan diri,"

"Bahkan saya menyuruh mereka untuk membakar atau menyingkirkan seragam tim nasional Anda,"

"Itu menghancurkan hati saya karena selama bertahun-tahun kami telah bekerja untuk meningkatkan visibilitas wanita dan sekarang saya mengatakan kepada wanita saya di Afghanistan untuk tutup mulut dan menghilang. Nyawa mereka dalam bahaya"

Setelah melarikan diri bersama keluarganya, Popal kembali ke Afghanistan dua dekade kemudian sebagai penghuni di sebuah kamp pengungsi di Pakistan.

Dengan perlindungan masyarakat internasional, Popal optimistis hak-hak perempuan akan dimajukan.

'Generasi saya memiliki harapan untuk membangun negara, mengembangkan situasi untuk generasi perempuan dan laki-laki berikutnya di negara ini. Jadi saya mulai dengan perempuan muda lainnya menggunakan sepak bola sebagai alat untuk memberdayakan perempuan dan anak perempuan.'

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved