Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Hakim Wanita Afghanistan Diburu Para Pria Napi Yang Dibebaskan Oleh Taliban

Dua wanita hakim Mahkamah Agung ditembak mati oleh pria bersenjata tak dikenal pada Januari.

Wakil KOHSAR / AFP
Orang-orang Afghanistan berkumpul di sepanjang jalan saat mereka menunggu untuk naik ke pesawat militer AS untuk meninggalkan negara itu, di bandara militer di Kabul pada 20 Agustus 2021, beberapa hari setelah militer Taliban mengambil alih Afghanistan. 

Dia telah menghubungi rekan-rekannya di Afghanistan: "Pesan mereka adalah ketakutan dan teror total. Mereka memberitahu saya jika mereka tidak diselamatkan, hidup mereka dalam bahaya langsung."

Hakim wanita yang menjadi narasumber Reuters ini melarikan diri dengan bantuan sekelompok sukarelawan HAM dan rekan asing di International Association of Women Judges (IAWJ).

“Selain hakim, ada sekitar seribu perempuan pembela HAM yang juga bisa menjadi sasaran Taliban,” kata Horia Mosadiq, seorang aktivis HAM Afghanistan.

Tahanan yang dibebaskan "menelepon dengan ancaman pembunuhan kepada hakim wanita, jaksa wanita dan polisi wanita.

Mereka mengatakan 'kami akan mengejar Anda'," katanya.

Menteri Kehakiman Inggris Robert Buckland mengatakan pekan lalu, London telah mengevakuasi sembilan hakim wanita dan bekerja untuk memberikan jalan yang aman bagi lebih banyak "orang-orang yang sangat rentan".

"Banyak dari hakim ini bertanggung jawab untuk menjalankan aturan hukum dan memang benar mereka takut akan konsekuensi yang sekarang dapat mereka hadapi dengan munculnya Taliban," katanya.

Beberapa aktivis HAM dan hukum yang terlibat dalam upaya untuk menyelamatkan hakim perempuan Afghanistan dan pembela HAM menyatakan negara-negara Barat tidak membuat evakuasi mereka cukup menjadi prioritas dalam kekacauan setelah Kabul jatuh.

"Pemerintah (asing) sama sekali tidak tertarik mengevakuasi orang-orang yang bukan warga negaranya sendiri," kata Sarah Kay, pengacara HAM yang berbasis di Belfast dan anggota jaringan pengacara internasional Atlas Women.

Dia bekerja dengan sekelompok veteran sukarelawan online yang dikenal sebagai "Dunkirk digital", dinamai sesuai nama evakuasi pasukan Inggris dari Perang Dunia II dari Perancis yang diduduki Nazi.

Operasi Dunkirk digital ini telah membantu ratusan orang melarikan diri dengan bantuan grup chat dan kontak pribadi.

Di IAWJ, tim yang terdiri dari enam hakim asing juga mengoordinasikan informasi, melobi pemerintah, dan mengatur evakuasi.

"Tanggung jawab yang kami pikul hampir tak tertahankan saat ini karena kami adalah salah satu dari sedikit orang yang bertanggung jawab atas kelompok ini," ujar salah satu pemimpin upaya tersebut, Patricia Whalen, seorang hakim Amerika yang membantu melatih hakim perempuan Afghanistan dalam 10 tahun, kepada Reuters.

"Saya sangat marah tentang itu. Tak satu pun dari kita harus berada dalam posisi ini."

(*)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved