Sah, Taliban Sepakat Tunjuk Sosok Ini Sebagai Emir Afghanistan, Jadi Pemimpin Tertinggi Negara Itu
Keputusan diambil oleh Taliban menetapkan pemimpin tertinggi negara Afghanistan atau Emir.
Penulis: Ilham Yafiz | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Keputusan diambil oleh Taliban menetapkan pemimpin tertinggi negara Afghanistan atau Emir.
Taliban bersepakat menunjuk pemimpin tertinggi mereka menjadi pemimpin negara itu usai mereka berhasil menggulingkan pemerintahan yang sah pasca kepergian Amerika Serikat.
Pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada akan menjadi emir "Imarah Islam Afghanistan,"
Tariq Ghazniwal, seorang jurnalis media resmi Taliban Alemarah, mengonfirmasi penetapan Imarah tersebut.
Tariq Ghazniwal menjelaskan kepada NDTV dari India, Senin (6/9/2021).
Akhundzada, 60, adalah seorang ulama dari Kandahar.
Dia menjadi pemimpin tertinggi Taliban pada tahun 2016 setelah pemimpin kelompok itu Mohammad Mansour meninggal karena serangan pesawat tak berawak AS.
Sejauh ini, Taliban belum memberikan komentar apapun atas klaim tersebut.
Jika benar, posisi itu akan memberinya keputusan akhir atas semua keputusan politik, agama, dan militer.
Kata emir berarti "memerintahkan" dalam bahasa Arab.
Ada sejarah panjang yang digunakan sebagai gelar di dunia Arab, Afrika Timur, Afrika Barat, Afghanistan dan anak benua India.
Emir itu masih gelar untuk raja Qatar dan Kuwait.
Perlawanan dari Lembah Panjshir
Gerilyawan Afganistan masih terus memberikan perlawanan kepada Taliban yang berusaha engambil alih Lembah Panjshir.
Lokasi itulah satu-satunya tempat yang tidak mampu dikuasai oleh Taliban.
Pasukan gerilyawan Afganistan sudah berada di lokasi tersebut setelah Taliban menguasai Kabul dan pusat pemerintahan.
Mereka bertekad akan memberikan perlawanan kepada Taliban dengan dukungan rakyatnya dan mantan veteran perang.
Salah satu pemimpin gerilyawan tersebut adalah Ahmad Massoud merupakan putra dari Ahmad Shah Massoud, komandan gerilyawan yang dijuluki "Singa Panjshir" karena membendung invasi Uni Soviet.
Ia berjanji akan terus melakukan perlawanan kepada Afganistan daripada harus menyerahkan lembah Panjshir kepada Taliban.
"Taliban sudah memilih jalan untuk perang," kata dia seraya berjanji terus melawan.
Taliban terus mengepung lokasi dan mengatakan mereka siap dengan peralatan tempur yang lengkap untuk mengakhiri perlawanan gerilyawan Afganistan tersebut.
Kelompok Taliban disebut menghantam pasukan perlawanan Afghanistan di Lembah Panjshir dengan persenjataan lebih lengkap.
Upaya negosiasi perdamaian antara milisi dengan kelompok gerilya berisikan milisi dan mantan tentara pemerintah dianggap gagal.
Karena itu, mereka mengerahkan kekuatan ke Panjshir, satu-satunya wilayah yang belum mereka kuasai sejak 15 Agustus.
"Taliban membuat kemajuan yang sangat signifikan," kata Nishank Motwani,, analis Afghanistan yang berbasis di Australia seperti dikutip dari kompas.com
Motwani menjelaskan milisi menyerang Lembah Panjshir dengan persenjataan yang lebih lengkap, ditambah keuntungan dari sisi psikologi.
Dia merujuk kepada keberhasilan besar merebut ibu kota Kabul dari tangan pemerintah pada pertengahan Agustus.
Selain itu, milisi juga menyita tank, kendaraan lapis baja, maupun perlengkapan militer yang ditinggalkan AS.
"Mereka juga mempunyai unit kejut, termasuk menggnakan bom bunuh diri," jelas Motwani dikutip Daily Mail Sabtu (4/9/2021).
Meski begitu, pasukan dari Front Perlawanan Nasional (NRF) juga mengamankan sejumlah peralatan mutakhir untuk membendung serangan Taliban.
Pada Rabu (1/8/2021), pejabat senior milisi Amir Khan Muttaqi dalam pesan radio mengeklaim mereka sudah mengepung Panjshir.
Dia menyerukan kepada kelompok gerilya untuk menyerah. "Siapa pun yang masih ingin bertempur, silakan berhenti," kata dia.
Tetapi NRF merespons dengan terus memberikan perlawanan, dalam upaya mereka mencegah milisi menguasai Panjshir.
Beberapa jam setelah peringatan, Taliban menghantam NRF dengan serangan yang digelar dari Kapisa maupun terusan Khawak.
Kedua kubu mengeklaim menderita korban yang cukup banyak, meski laporan tersebut tidak bisa diverifikasi dikarenakan beratnya medan.
Milisi kemudian mengumumkan mereka sudah mengepung Panjshir dari empat sisi, sehingga kemenangan NRF tidak akan tercapai.
NRF, aliansi yang beranggotakan milisi etnis Tajik dan mantan pasukan pemerintah Afghanistan menolak untuk menyerah.
Ali Nazary, juru bicara NRF menyatakan mereka harus menghadapi serangan hebat dari Taliban, membuat pemimpin mereka, Ahmad Massoud, sibuk.
Massoud merupakan putra dari Ahmad Shah Massoud, komandan gerilyawan yang dijuluki "Singa Panjshir" karena membendung invasi Uni Soviet.
Dalam pernyataan yang dirilis Rabu, Massoud mengungkapkan dirinya ditawari "satu atau dua kursi" di pemerintahan.
Tetapi dia dengan tegas menolak. "Taliban sudah memilih jalan untuk perang," kata dia seraya berjanji terus melawan.
Lembah sepanjang 112 km tersebut menawarkan keuntungan bagi NRF, yang bisa menyergap musuh mereka dari tempat tinggi.
Martine van Bijlert dari Afghanistan Analysts Network berujar, milisi sudah bergerak ke pintu masuk lembah.
Van Bijlert mengatakan, kedua pihak sama-sama menderita kerugian yang besar. Tetapi, Taliban meminta bala bantuan dari provinsi terdekat.
"Dengan semakin banyaknya pasukan yang didatangkan dari daerah lain, tekad anggota NRF jelas menurun," papar Van Bijlert.
Lebih lanjut Motwani berkata, keberadaan Lembah Panjshir memberikan arti simbolis bagi mereka yang menentang Taliban.
Sejak dulu, wilayah tersebut dikenal sebagai benteng bagi siapa pun yang datang dengan maksud melakukan penjajahan.
"Daerah itu memberikan harapan kepada warga Afghanistan yang tidak menerima kekuasaan Taliban," jelas Motwani.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/seorang-pedagang-keliling-membawa-bendera-taliban.jpg)