Kenapa Soeharto Tak Diculik saat G30 S PKI? Terungkap Fakta Ini. . .
Selanjutnya Soeharto menumpas PKI. Setidaknya 500.000 orang yang dituduh PKI atau simpatisannya, dihabisi di berbagai penjuru Indonesia.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Masih banyak misteri yang belum terungkap dalam peristiwa G30S/PKI.
Peristiwa ini tentu menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi masyarakat Indonesia.
Salah satunya latar belakang dan dalang sebenarnya di balik peristiwa tersebut.
Ada yang meyakini bahwa Presiden ke-2 RI, Soeharto, punya peran dalam insiden 56 tahun lalu itu.
Bahkan dia diyakini sebagai orang yang berada di balik peristiwa G30S dan pembantaian ratusan ribu orang yang menyusulnya.
Sebab, meskipun Soeharto salah satu jenderal TNI saat itu, namun dia tidak diculik dan dibunuh oleh PKI seperti jenderal-jenderal lainnya.
Lalu, mengapa Soeharto tidak diculik dan dibunuh PKI? berikut ulasannya.
PKI berusaha mendiskreditkan Suharto dengan situasi dimana kediaman para perwira TNI AD yang menjadi korban G30S/PKI berdekatan dengan kediaman Suharto.
Mereka juga menjadikan posisi Pangkostrad yang memiliki kekuatan pasukan tapi mengapa tidak menjadi target operasi penculikan dan pembantaian.
Baca juga: LINK STREAMING Film G30 S PKI: Sejarah Penumpasan Pengkhianatan PKI
Baca juga: INILAH Perbedaan Hari Kesaktian Pancasila dengan Hari Lahir Pancasila
Diketahui, semua perwira TNI AD yang menjadi korban kebrutalan PKI adalah mereka yang menolak proposal yang diajukan PKI mengenai Angkatan ke V.
Memang benar bila tempat tinggal mereka saling berdekatan yaitu didaerah Menteng. Tapi harus diingat bahwa mereka yang menjadi korban adalah para petinggi di Markas Besar AD.
Jenderal AH Nasution merupakan Menko Pangab namun jabatannya hanya jabatan struktural.
Jenderal Ahmad Yani merupakan Menpangad/KASAD yang merupakan pucuk pimpinan tertinggi di TNI AD. Sutoyo, S Parman, Suprapto, DI Panjaitan, MT HARYONO merupakan deputi ataupun Asisten Menpangad yang berkedudukan di Markas Besar TNI AD.
Ke 7 perwira TNI AD yang menjadi target penindakan Letkol Untung adalah petinggi TNI AD yang membuat keputusan dan kebijakan di tubuh TNI AD.
Suharto yang ketika itu menjabat sebagai Pangkostrad bukanlah bagian dari Mabes AD yang dapat memberi keputusan dan Suharto hanyalah bagian dari mereka yang menjalankan keputusan yang diambil Mabes AD.