Sudah 2 Pekan Banjir di Sintang Kalbar, Ribuan Warga Mengungsi dan Mulai Terserang Penyakit
Menurut BPBD Sintang bencana banjir melanda setidaknya di 12 kecamatan,140.468 jiwa terdampak banjir dan 2 warga dilaporkan meninggal dunia.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Lebih dari sepekan mengungsi karena banjir, warga korban banjir di Sintang, Kalimantan Barat, mulai terserang penyakit.
Dilansir dari KompasTV, sejumlah warga di lokasi pengungsian mulai terserang diare dan gatal-gatal, salah satunya para pengungsi di Desa Tanjung Puri.
Hal itu, menurut petugas medis di Puskesmas Tanjung Puri, penyebab munculnya penyakit tersebut karena faktor lingkungan, air bersih, dan konsumsi makanan.
"Kebanyakan menderita gatal-gatal, karena kondisi pengungsian yang kuran bersih," kata Novi Rahmwati, petugas medis di Puskesmas Tanjung Puri.
Menurutnya, kebutuhan mendesak para pengungsi korban banjir di Sintang adalah air bersih.
Sementara itu, dilansir dari Antara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sintang menjelaskan, bencana banjir melanda setidaknya di 12 kecamatan.
Lalu, sebanyak 140.468 jiwa terdampak banjir tersebut, dan dua warga dilaporkan meninggal dunia.
Selain itu, ada 32 titik tempat pengungsian serta 24 dapur umum yang terpantau BPBD Sintang per tanggal 11 November 2021.
Sementara itu, tercatat ada 35.117 unit rumah yang terendam banjir dengan ketinggian banjir hingga 3 meter.
Lalu, lima unit jembatan rusak berat dan beberapa sarana prasarana lainnya juga terdampak.
Saat ini Pemkab Sintang telah memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir selama 30 hari terhitung mulai 13 Oktober hingga 16 November 2021.
Dua pekan dilanda banjir
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebutkan, banjir di Sintang bermula saat hujan dengan intensitas tinggi mengguyur pada 21 Oktober 2021 sekitar pukul 10.00 WIB.
Setidaknya 12 kecamatan di Sintang terendam.
Kedua belas kecamatan itu yakni Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Binjai Hulu, Kecamatan Sintang, Kecamatan Sepauk, Kecamatan Tempunak. Lalu, Kecamatan Ketungau Hilir, Kecamatan Dedai, Kecamatan Serawai, Kecamatan Ambalau, Kecamatan Sei Tebelian, dan Kecamatan Kelam Permai.
"Menurut laporan BPBD setempat, saat ini kondisi di jalan lintas provinsi - kabupaten masih tidak bisa dilewati untuk kendaraan disebabkan ruas jalan masih digenangi banjir," beber Abdul, Minggu (7/11/2021).
Fadli Zon Sindir Jokowi
Politisi Partai Gerindra, Fadli Zon pun menyentil Presiden Joko Widodo yang tak kunjung memperhatikan musibah banjir di Sintang.
Fadli Zon berkomentar di unggahan Jokowi yang tengah menunggang motor dalam pembukaan Sirkuit Mandalika, Lombok.
"Sirkuit Mandalika sempat diguyur hujan hari ini, saya tetap turun dan menjajalnya dengan sepeda motor saya. Rupanya begini yang disebut sirkuit balapan itu. Tikungan-tikungannya tajam sekali. Ada 17 tikungan. Kalau untuk pembalap mungkin enggak ada masalah. Tapi saya?" tulis akun Twitter resmi Jokowi dikutip Warta Kotalive.com pada Sabtu (13/11/2021).
Lantas, Fadli Zon mempertanyakan kapan Jokowi akan bertandang ke Sintang yang hingga saat ini masih terendam banjir.
"Luar biasa Pak. Selamat peresmian Sirkuit Mandalika. Tinggal kapan ke Sintang, sdh 3 minggu banjir belum surut," tulis Fadli Zon
Seperti diketahui, wilayah Sintang kini sedang mengalami musibah banjir.
Banjir terjadi di banyak titik di kabupaten itu.
Dalam hitungan jam, ratusan rumah warga di Tebidah, Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, terendam banjir pada Jumat, 12 November 2021.
Akibat diguyur hujan 2 malam berturut-turut debit air sungai kayan dan tebidah meluap, menyebabkan perumahan penduduk di enam desa terdampak banjir.
"Karena diguyur hujan 2 malam berturut-turut, air sungai kayan dan tebidah meluap. Rumah yang berada di dekat sungai terendam air dengan ketinggian antara 1 meter sampai dengan 2,5 meter. Kondisi air sungai saat ini masih naik," kata Bripka Indra Wahyudin, Bhabinkamtibmas Polsek Kayan Hulu dikonfirmasi Tribun Pontianak.
Volume air naik sangat cepat dan masih berpotensi naik, jika kembali diguyur hujan.
"Volume air di perhuluan sungai naik semua. Air mulai naik sekitar jam 06.30 wib. Kondisi air sungai saat ini masih naik," katanya.
Akibat luapan sungai tebidah dan kayan tersebut, pemukiman penduduk di 6 desa terendam banjir. Antara lain: Desa Tebidah, Landau Bara, Entogong, Kebarau, Tanjung bunga dan Nanga Payak.
"Banjir khususnya rumah yang berjarak sekitar 20 m s/d 50 m dari bibir sungai. Air naiknya cepat. Kalau yang terendam rumahnya untuk 6 desa lebih dari 100 rumah," ungkap Indra.
Indra mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Selain Kayan Hulu, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, kembali dilanda banjir pada Jumat, 12 November 2021.
Banjir yang terjadi akibat luapan sungai melawi disebabkan oleh guyuran hujan intensitas tinggi pada dua hari terakhir menyebabkan 22 desa terdampak, 2 kepala keluarga mengungsi.
Berdasarkan monitoring Polsek Serawai pada Jumat, 12 November 2021 pukul 11.05 Wib, ketinggian air mencapai 1,5 sampai dengan 2 meter.
"2 meter dari stegher di pasar 1,5 meter di pemukiman warga yang berada di aliran sungai melawi," kata Kapolsek Serawai.
Berdasarkan data Polsek Serawai, 22 desa di Kecamatan Serawai terdampak. Dua kepala keluarga sudah mengungsi.
"Untuk sementara warga yang terdampak banjir masih bertahan di kediaman masing-masing di karenakan sebagian rumah warga berlantai 2 ( dua ) serta ada juga warga yang memilih membuat tempat pengungsian darurat menggunakan Lanting. Jumlah pengungsi ada 2 kepala keluarga. Ada di lanting dan di bukit tabur," ungkap Kapolsek.
Akses Jalan Kabupaten atau Kecamatan yang tergenang air antara lain: jalan Tanjung pura Desa Nanga Serawai kecamatan serawai, panjang genangan air 5 s.d 6 Km, kedalaman sekitar 2 meter.
"Sampai saat ini air masih di perkirakan naik. Cuaca di kecamantan Serawai dan sekitarnya untuk saat ini turun hujan dengan intensitas sedang," jelasnya.
Mengungsi di kebun karet
Berdasarkan data yang dihimpun Koramil 1205/07 Sintang, jumlah warga terdampak banjir di Kecamatan Sinrang, sebanyak 13.874 kepala keluarga atau 46.282 jiwa.
"Jumlah pengungsi sebanyak 6.839 jiwa," kata Pjs Danramil 1205/07 Sintang, Lettu P Rajagukguk kepada Tribun Pontianak, Kamis 11 November 2021.
Ribuan pengungsi tersebut, tersebar di sejumlah tempat. Mulai dari masjid, gedung sekolah, posko-posko swadaya masyarakat, pemda, hingga di kebun karet yang dekat dengan komplek pemakaman.
"Dapur umum kami data ada 54, walau pun masih ada dapur-dapur Swadaya langsung bagi nasi bingkus ke warga," kata Raja.
Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito menyatakan bencana banjir yang terjadi di empat wilayah di Kalimantan barat itu dipicu oleh faktor cuaca, yakni tingginya intensitas hujan di wilayah hulu Sungai Kapuas.
Kendati demikian, Ganip mengatakan bahwa kejadian banjir yang merupakan jenis bencana hidrometeorologi basah tersebut seharusnya dapat dicegah dengan berbagai upaya.
Upaya itu menurut Ganip antara lain tata kelola ruang yang baik dan benar dan perilaku masyarakat untuk lebih peduli dan memahami tentang pemanfaatan alam yang berkelanjutan untuk kehidupan di masa depan.
“Kalau kita melihat dan mengevaluasi itu, maka bencana hidrometeorologi sebenarnya bencana yang bisa kita cegah. Dengan apa? dengan penggunaan ruang hidup yang benar, kemudian perilaku masyarakat kita yang memahami tentang penggunaan alam dan seisinya itu untuk kehidupannya,” jelas Ganip.
Di samping itu, Ganip juga mengingatkan bahwa pada bulan November hingga Februari sebagian besar wilayah di Tanah Air mengalami fenomena La Nina, yang mana hal itu dapat memicu terjadinya peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan dari 20 persen hingga 70 persen.
Melihat adanya fenomena La Nina yang dapat memicu terjadinya bencana itu, BNPB telah beberapa kali mengingatkan dan memberikan imbauan kepada pemangku kebijakan agar mengambil langkah pencegahan, mitigasi, meningkatkan kapasitas dan mengantisipasi sehingga dampak risiko bencana dapat dicegah dan dikurangi.
“BNPB sejak dari awal telah mengingatkan para BPBD untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana hidrometeorologi basah dengan mitigasi, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Kita harus siaga terus,” kata Ganip.
Ganip menambahkan bahwa apa yang telah disampaikan tersebut merupakan arahan dari Presiden Joko Widodo, bahwa dalam menghadapi bencana yang paling penting adalah mitigasi dan pencegahan.
Dua hal itu dapat dilakukan melalui sinergitas berbagai komponen baik dari pemerintah, komunitas, akademisi, dunia usaha hingga media massa, atau yang disebut ‘Pentaheliks,.
“Sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Dalam menghadapi bencana yang penting yang utama adalah pencegahan atau mitigasi. Unsur pentaheliks harus terus bersinergi dan berkolaborasi dalam penanggulangan bencana baik pada pra bencana, saat bencana maupun paskabencana,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dalam upaya penanganan darurat seperti yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Sintang beserta unsur Forkopimda, maka Ganip memberi arahan agar upaya penyelamatan korban menjadi hal yang harus diutamakan kemudian pemenuhan kebutuhan dasar hidup masyarakat.
“Yang penting adalah penyelamatan korban. Masyarakat, nyawa yang diutamakan. Kemudian kebutuhan dasar yang diutamakan,” jelas Ganip.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengungsi Bencana Banjir Sintang Mulai Terserang Gatal dan Diare, Air Bersih Kurang "dan di WartaKotalive.com dengan judul Ribuan Orang Mengungsi Akibat Banjir Sintang, Fadli Zon Sindir Jokowi Pilih Naik Motor di Mandalika,
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/pengungsi-banjir-sintang.jpg)