Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Penduduknya Cuma 200 Ribu, Bagaimana Tetangga Baru Indonesia Ini Melakukan Referendum Kemerdekaan?

Bougainville merupakan sebuah pulau paling timur Papua Nugini, di Laut Solomon kawasan Pasifik barat daya. 

Editor: Muhammad Ridho
via suar.id
Warga Bougainville, pulau di bawah bendera Papua Nugini yang ngotot ingin merdeka 

Pada tahun 1972, Australia memberikan Bougainville beberapa tingkat otonomi, tetapi ini tidak mengakhiri gerakan separatis.

Hubungan antara Bougainville dan pemerintah Papua Nugini memburuk setelah pembunuhan dua pegawai negeri senior Bougainville pada bulan Desember 1972.

Penduduk pulau marah dengan pembunuhan itu, dan peristiwa itu membantu mengkonsolidasikan gerakan kemerdekaan. 

Akibatnya, Komite Politik Khusus Bougainville (BSPC) dibentuk untuk bernegosiasi dengan pemerintah Papua Nugini tentang masa depan Bougainville.

Pada tahun 1974, BSPC telah mencapai kompromi dengan Komite Khusus Parlemen Papua Nugini, yang akan memberikan pulau itu otonomi yang lebih besar. 

Panitia Khusus tidak setuju untuk memberikan bagian tertentu dari keuntungan tambang Panguna kepada masyarakat Bougainville

Pemerintah Papua Nugini yang konservatif menolak untuk mengikuti bagian-bagian penting dari laporan komite, dan pada bulan Mei 1975, negosiasi antara kedua pihak gagal total.

Pada akhir 1988, sepupu dan pemimpin lokal, Francis Ona dan Pepetua Serero, memutuskan untuk mengangkat senjata melawan pemerintah Papua Nugini. 

Ona telah bekerja untuk Bougainville Copper, dan telah menyaksikan dampak tambang terhadap lingkungan.

Pada tahun 1987, Ona dan Serero mengadakan pertemuan pemilik tanah di sekitar Panguna, membentuk Asosiasi Pemilik Tanah Panguna. 

Serero terpilih sebagai 'Ketua' dan Ona sebagai Sekretaris Jenderal. 

Mereka menuntut miliaran kompensasi dari perusahaan Australia atas hilangnya pendapatan dan kerusakan, total setengah dari keuntungan tambang sejak dimulai pada 1969.

Pada bulan November 1988 Tentara Revolusioner Bougainville (BRA) kembali menyerang tambang.

Mereka memotong pasokan listrik ke seluruh tambang dengan meledakkan pembangkit listrik. 

Pasukan BRA ini dikomandani oleh Sam Kauona, pria yang pernah berlatih di Australia dan membelot dari pasukan pertahanan Papua Nugini untuk menjadi tangan kanan Ona. 

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved