Berita Inhil
Makam Sosok Ulama Asal Inhil Ini Tak Pernah Sepi Pengunjung, Peziarah Bahkan Datang dari Luar Negeri
Makam sosok ulama asal Inhil ini tak sepi dari pengunjung. Bahkan peziarah rela datang jauh-jauh dari luar negeri
Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: Nurul Qomariah
Awalnya jabatan ini ditolak Tuan Guru sejak ditawarkan Sultan, namun akhirnya diterimanya dengan syarat beliau tetap tinggal di Sapat dan tidak mau menerima gaji dari kerajaan.
Sebelum menetap di Sapat, Tuan Guru yang pernah memperdalam ilmu di Mekkah selama 7 tahun ini, sempat merantau ke Padang, Sumatera Barat (Sumbar) dan menjalankan usaha sebagai penyepuh emas sembari berdakwah ke pelosok-pelosok Sumbar.
Tuan Guru juga pernah di Bangka Belitung sesaat setelah dirinya sampai di Kalimantan sepulang dari dirinya menuntut ilmu di Mekkah.
Atas izin dari birokrasi pendidikan Mekah Tuan Guru Sapat kembali ke tanah air dengan alasan ingin mengabadikan ilmu yang didapat di kampung halaman.
Meskipun Kini dirinya telah tiada, namun karya-karyanya yang berbentuk kitab.
seperti jadwal sifat dua puluh, sittin masalah dan Jurumiah, asrarul shalah min’iddatil kutubi al mu’tamadah, syair ibarat dan kabar kiamat, serta banyak lainnya lagi.
Saat ini, kitab-kitab tersebut masih menjadi literasi di banyak pusat pusat pendidikan Islam, seperti pesantren dan Madrasah ribuan murid-muridnya.
Wisata Religi

Kepala Dinas Pariwisata, pemuda, Olahraga, Budaya (Disparporabud) Kabupaten Inhil, Junaidy Ismail menjelaskan, Makam Tuan Guru Sapat tentunya menjadi potensi yang besar bagi daerah bila digarap dengan baik.
“Masyarakat terus datang, ini menjadi potensi besar bagi daerah kita juga. Kalau dimakam tuang guru ini kan setiap tahun juga ada haul dan itu ramai, jadi luar biasa potensinya itu,” imbuhnya.
Menurutnya, masyarakat Inhil yang pulang dari perantauan juga menjadikan wisata ini sebagai tujuan utamanya saat pulang kampung.
Apalagi pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari wisatawan lokal saja, tapi wisatawan mancanegara juga kerap datang untuk berziarah ke Makan Tuan Guru Sapat yang memang memiliki murid dari berbagai negara ini.
“Karena memang yang datang kesana itu kan bukan hanya orang sini, tapi orang dari mana – mana datang juga, seperti Malaysia, Singapore, Brunei dan terbanyak dari Kalimantan,” jelasnya.
Berkunjung makam Tuan Guru Sapat tidaklah begitu sulit, wisatawan cukup menggunakan perahu pancung (speed boat) dari Pelabuhan RSUD Puri Husada atau pelabuhan lain yang berada di pusat Kota Tembilahan.
Setelah perahu bersandar di Dermaga Hidayat Desa Teluk Dalam, perjalanan dilanjutkan dengan menempuh jalur darat sekitar dua kilometer menggunakan ojek untuk menuju Komplek Makam.