Berita Kampar
Pengecer di Pelosok Kampar Tak Mampu Jual Minyak Goreng Satu Harga, Ini Kendalanya
Pedagang di pelosok Kabupaten Kampar kesulitan menerapkan minyak goreng satu harga. Mereka terkedala jarak dan pasokan pengecer di atas mereka.
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: CandraDani
TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Pemerintah Republik Indonesia telah menerapkan minyak goreng satu harga. Tetapi tidak serta merta diikuti di seluruh wilayah Kampar.
Katakanlah seperti di pelosok Kecamatan Kampar Kiri.
Pengecer masih membanderol Migor dagangannya dengan harga lama yang lebih mahal.
Di atas harga pemerintah
"Di sini mana bisa harga segitu. Penjual itu bilang, nggak sanggup," ungkap Yanti, warga Kampar Kiri kepada Tribunpekanbaru.com, Jumat (4/2/2022). Ia sendiri masih berbelanja Migor dengan harga di atas Rp. 30.000 sampai Rp. 35.000 untuk kemasan dua kilogram.
Menurut Yanti, pengecer membeli dari grosir dengan harga di atas yang telah ditetapkan pemerintah.
Otomatis, harga eceran mereka semakin jauh di atas harga pemerintah.
Yanti mengatakan, banyak pengecer yang sudah menstok barang dagangannya dalam jumlah besar sejak harga pemerintah belum ditetapkan.
Persediaan harus dalam jumlah besar karena mereka harus menempuh perjalanan sangat jauh untuk mengisi stok.
Menurut Yanti, pedagang grosiran memang kerap datang ke pengecer-pengecer di lokasi.
Biasanya setiap Sabtu.
Tetapi itupun, harga yang diberikan mengikuti kebijakan pemerintah.
Betapa tidak, akses yang sulit dari pusat Kecamatan Kampar Kiri ke pelosok amat sulit dan jauh.
Sehingga memakan ongkos transportasi yang besar.
Mereka pun memaklumi harga dari grosir.
"Kalau masyarakat nggak mau beli kalau di atas harga pemerintah, ya gimana lagi. Nggak mungkin jual rugi. Gitu kata pengecer," ujar Yanti. (Tribunpekanbaru.com / Fernando Sihombing)
