Siswa India Protes Siswi Kenakan Jilbab, Pelajar Muslimah Diusir Dari Sekolah
Mereka dusir dari kelas setelah sejumlah pelajar yang tergabung dalam organisasi sayap kanan memprotes adanya siswi yang berjilbab.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Larangan berjilbab bagi siswi muslimah dan mahasiswi di India berlaku di sejumah univesitas dan sekolah di negeri Bollywood.
Larangan berjilbab itu didukung oleh sejumlah siswa dan mahasiswa yang berafiliasi ke partai penguasa.
Situasi semakin memanas ketika enam siswa remaja di sebuah SMA negeri mengadakan protes atas larangan tersebut.
Mereka dusir dari kelas setelah sejumlah pelajar yang tergabung dalam organisasi sayap kanan memprotes adanya siswi yang berjilbab.
Pihak sekolah memperbolehkan siswi mengenakan jilbab di lingkungan sekolah, namun wajib membukanya ketika di kelas.
Dilansir dari BBC, kebuntuan itu telah meningkatkan ketakutan dan kemarahan di antara minoritas Muslim India, yang mengatakan konstitusi negara itu menjamin mereka kebebasan untuk mengenakan apa yang mereka inginkan.
Masalah ini juga meluas ke perguruan tinggi lain di negara bagian itu pada hari Kamis, sebuah video yang menunjukkan gerbang perguruan tinggi ditutup pada sekelompok wanita muda berhijab telah menyebabkan kemarahan.
Aksi itu terjadi di sebuah perguruan tinggi pra-universitas di Kundapur di distrik Udupi di Karnataka.
Protes sebelumnya juga terjadi di Udupi, salah satu dari tiga distrik di sabuk pantai yang sensitif secara komunal di Karnataka.
Para komentator sering menggambarkan wilayah itu kubu Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) Perdana Menteri Narendra Modi sebagai laboratorium untuk politik mayoritas Hindu.
Dalam video tersebut, seorang siswa terdengar memohon kepada pihak berwenang untuk mengizinkan mereka menghadiri kelas untuk membantu mereka mempersiapkan ujian.
Namun kepala sekolah tidak mengizinkan mereka masuk ke kampus dengan mengenakan hijab.
Sehari sebelum para wanita dilarang masuk kelas, sekelompok anak laki-laki datang ke kampus mengenakan selendang safron warna kunyit yang dianggap sebagai simbol Hindu untuk memprotes wanita Muslim yang mengenakan jilbab.
Tiga perguruan tinggi lain di negara bagian itu juga mengalami protes serupa.
Nagesh BC, menteri pendidikan negara bagian, telah mendukung otoritas perguruan tinggi yang mengatakan syal safron dan jilbab harus dilarang di kampus.
