Gadis Cantik Korban Pembunuhan di Siak
BREAKING NEWS:Kondisi Ibu Gadis Cantik di Siak yang Jadi Korban Pembunuhan, 6 Hari Tak Termakan Nasi
Sejak kepergian anaknya yang tragis, ibu gadis cantik yang jadoi korban pembunuhan di siak masih tak selera makan. Sudah 6 hari nasi tak tertelan
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Sejak kepergian anaknya yang tragis, ibu gadis cantik yang jadoi korban pembunuhan di siak masih tak selera makan. Sudah 6 hari nasi tak tertelan mengenang sang putri.
Hujan deras mengguyur kampung Paluh, kecamatan Mempura, Siak, Selasa (8/2/2022). Cuaca menambah suasana duka di rumah kontrakan yang ditinggali Hani Setiani (51), ibu dari gadis cantik yang jadi korban pembunuhan bersama anak-anaknya.
Rumah kontrakan ini berada di jalan semenisasi belakang Masjid Alfalah, RT 01 RW 1 Dusun 1 Kampung Paluh.
Sebuah tenda masih berdiri tegak di halaman rumah yang pas-pasan.
Pelayat masih ramai berdatangan ke rumah korban pembunuhan sadis itu.
Rumah itulah tempat tinggal VRM (16) selama ini bersama seorang ibu, adik dan kakaknya.
Dari rumah itu pula gadis cantik tersebut mengais asa untuk masa depannya.
Namun semuanya hanya tinggal kenangan.
VRM berpulang ke rahmatullah dalam keadaan tidak wajar, mengalami perundungan dan pembunuhan.
Sungguh bukan cara berpulang yang pantas bagi gadis seelok VRM. Begitulah pendapat semua orang di sekitar rumah itu.
VRM memang terbilang anak yang manja dan menyenangkan bagi keluarga dan tetangga.
Kepergian VRM tidak hanya ditangisi pihak keluarga, tetapi juga kesedihan semua warga yang tinggal di Kampung Paluh.
VRM pergi setelah 3 tahun ayahnya meninggal dunia. Sejatinya, VRM adalah yatim, yang turut membantu ekonomi keluarga setiap pulang sekolah.
Kini, hanya foto-fotonya yang terpampang di dinding ruang tamu rumahnya yang bisa terlihat.
Kepergian VRM dengan cara tragis tersebut belumlah bisa diterima ibunya Hani Setiani.
Matanya masih sembab, yang setiap sebentar air matanya meleleh membasahi pipi.
Satu hal yang disesalkannya dan mengusik ketenangannya adalah tidak dapat menolong VRM, anak keduanya itu saat dirudapaksa SAS, pelaku yang kini sudah ditangkap polisi.
“Sejak Vebi hilang Rabu kemarin sampai sekarang, tidak termakan nasi, mata saya tidak bisa tertidur. Saya sebenarnya belum bisa terima kenyataan ini,” kata Ani, panggilanya, sambil menyeka air matanya kepada Tribunpekanbaru.com.
Setiap malam, Ani membayangkan VRM meronta dan minta tolong di dalam pondok kebun sawit itu.
Kadang kala, ia menghayal saat yang tepat ia tiba menyelamatkan VRM dari kejahatan SAS.
Tetapi aksi heroik itu hanyalah dalam bayangannya, sebab takdir sudah jatuh pada anaknya tersebut.
“Bukan saya tidak mau makan dan tidur, tetapi selera itu tidak ada. Mau tidur selalulah terbayangkan bagaimana anak saya menahan sakit sambil minta tolong. Seandainya saya tiba saat itu, itulah terus yang membuat saya tidak bisa tidur,” tutur Ani.
( Tribunpekanbaru.com / Mayonal Putra)
